17. HIJRAH and HIDAYAH [2]

3.5K 224 2
                                    

Pukul 01.15, Rara bangun dan menunaikan sholat tahajjud bersama dengan Fatimah dan Dinda. Sesampainya di depan masjid Rara berhenti dan menerawang kedepan. Ia teringat, saat ia menganggu Rasyid yang sedang sholat dan bertanya banyak hal padanya. Rara tersenyum miring, segera ia buang kenangan itu dan melangkah kedepan.

Sekarang Rara sudah berwudhu. Ia akan menunaikan sholat Tahajjud. Ia lupa bagaimana cara sholat. Fatimah dan Dinda mengajarinya dengan sabar. Rara sesekali meronta,membentak dan sempat putus asa. Dengan kesabaran kedua sahabatnya, akhirnya Rara bisa melakukan gerakan sholat. Walau belum luwes, Rara cukup bangga dengan dirinya.

Setelah melakukan sholat mereka bertiga tidur.

⏪⏩

Pukul 4 pagi, Fatimah membangunkan Rara yang masih terlelap.

"Kak bangun. Sholat subuh dulu" kata Fatimah dengan mengoyang tubuh Rara berkali-kali.

Bhuk

Tangan Rara tepat mengenai wajah imut Fatimah. Ia mengusap lembut hidungnya yang sudah memerah. Rara bangun dan menatap Fatimah tanpa dosa.

"Iya, Gue bangun" kata Rara masih mengucek matanya.

Rara mencuci wajahnya dan menggosok giginya, kemudian kembali kekamarnya. Ia mengenakan jilbabnya dan berjalan bersama dua sahabatnya ke masjid.

⏪⏩
Allahu akbar, Allahu akbar 2x
Asyhaduallaa ilaaha illallah 2x
Asyhaduanna muhammadar rasuulullaah 2x
Hayya 'alassholaah 2x
Hayya 'alalfalaah 2x
Allahu akbar, allahu akbar 2x
Assolatu khoirum minan naumm
Laa ilaaha illallah

Hati Rara bergetar setelah mendengar adzan, ia tidak menyangka hanya dengan adzan ia bisa menanggis karena mengingat Allah.

Adzan selesai dikumandangkan. Rara membaca doa setelah adzan.

"Gila, itu yang ngumandangin adzan keren banget" celoteh Rara.

"Iya kak. Maha Besar Allah kak" Fatimah bersyukur. "Eh, kakak ada satu hal lagi. Kalo kakak melihat atau mendengar sesuatu yang baik, kakak harus mengucapkan masyaallah. Tapi jika kakak melihat atau mendengar sesuatu yang buruk, kakak mengucapkan Subhanallah"

Rara mengangguk." Oke. Itu yang adzan siapa?"

"Bang Rasyid" Fatimah tersenyum lembut pada Rara.

Deg.

Rasyid? Dia apa kabar ya.

Sesampainya didepan masjid, mereka bertiga mencari shaf yang terbaik. Mereka berwudhu. Rara melihat disekeliling, Fatimah berdiri untuk melaksanakan sholat sunnah dua rakaat.

"Kok sholat? Ini kan belum waktu sholat subuh"

"Ini namanya sholat Fajar. Kata Rasulullah seseorang yang sholat fajar lebih baik dari pada dunia dan seisinya" kata Fatimah.

Rara ber-oh ria. Ia mengikuti apa yang Fatimah lakukan. Tidak lama ada seorang yang mengetuk pengeras suara untuk mengetes suara.

⏪⏩

Rara duduk di kasurnya sambil mendengarkan lagu dan membaca bukunya. Dinda sibuk dengan kasurnya yang berantakan. Sesekali Dinda melihat ke Rara. Wajah Rara yang tenang saat membaca buku membuat Dinda berhenti sejenak merapikan kasurnya dan mengambil Al-Qur'an.

"Kakak suka baca buku ya?" Tanya Dinda polos.

Rara mengangguk.

"Kakak juga suka mendengarkan musik ya?" Tanya Dinda lagi.

Rara mengangguk.

Senyum mengembang dibibir Dinda segera ia maju dan mengambil buku dan ponsel Rara.

"Lo apa-apaan sih. Sini balikin bukunya kalo lo nggak mau jadi rempeyek kacang" bentak Rara, ia sudah mengangkat tangan kanannya yang mengepal.

Dinda menggeleng dan tersenyum. "kak lebih baik baca ini aja". Dinda menyodorkan Al-Qur'an.

Ia mengangkat alisnya dan menatap bingung Dinda. Rara melipat kedua tangannya kedepan dada. Tanpa basa basi ia mengambil dan menatap kosong Al-Qur'an. Ia teringat perkataan Rasyid. Keutamaan membaca Al-Qur'an. Entah kenapa setiap kegiatan keagamaan yang ia lakukan selalu teringat Rasyid. Segera ia menghilangkan wajah Rasyid di pikirannya.

"Okedeh. Din lo bisa bantu gue baca Qur'an?" Tanya Rara.

"Insyaallah bisa kak"

Dinda duduk disamping Rara dengan menunjukkan kepiawaiannya membaca Qur'an. Rara memperhatikan setiap huruf, harakat dan tajwid di Qur'an. Dinda sangat hati-hati saat membacakannya.

"Sekarang kakak cobe deh. Bismillahir-rahmanir-rahim"kata Dinda sabar.

"Bismillahir-rahmanir-rahim" kata Rara terbata-bata.

Ada senyum yang mengembang dibibir Dinda. Walau Rara hanya membaca basmalah, ada rasa bahagia di hati Dinda.

"Gue bisa baca Qur'an. Masyaallah gue bisa. Alhamdulillah". Rara tak kalah senang. Rara kegirangan.

"Assalamu'alaikum. Kayaknya seneng banget kok nggak ngajak sih"

"Waalaikum salam Fatimah, eh ada bu Ayu"

Fatimah dan bu Ayu datang dari balik pintu kamar. Keduanya duduk mendekati Rara.

"Alhamdulillah ya Ra, kamu dapat hidayah dari Allah. Jadi gimana enak nggak rasanya?" Kata bu Ayu dengan senyum imutnya.

"Masyaallah bu. Enaknya nggak main. Rasanya saya dilahirin kembali" Rara tersenyum lebar.

"Hidayah itu tidak datang sendiri Ra, hidayah itu dijemput. Kekuatan iman mu yang membuat kamu menjemput hidayah. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah,dialah yang mendapat petunjuk,dan barang siapa yang disesatkan maka engkau tidak akan mendapatkan penolong-penolong bagi mereka sekalian. Qs. Al-Isra (17):97."
Keempatnya berbincang-bincang dengan bahagia. Rara teringat pertanyaan yang ingin ia tanyakan ke bu Ayu.

"Agar kamu semangat kerjakan dengan sabar dan istiqamah Ra. Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman,maka mereka itu akan masuk kedalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. Qs. An-Nisaa (4):124

Rara mengangguk paham.

"Bu kenapa ada orang yang diberi hidayah sama Allah?"

"Karena Allah mencintainya"

"Gimana caranya kita bisa tau kalo Allah mencintai kita bu?"

"Kamu diuji dengan musibah yang kamu alami. Pokoknya dengan kesulitan"

Rara tambah bingung dengan perkataan bu Ayu.

"Loh bu, enggak salah? Kalo orang suka dengan orang lain bakalan ngelakuin apa aja buat orang yang ia sukai suka padanya. Lah tapi ini kok beda? Dikasih ujian dulu malahan"

"Iyalah Ra. Sebelum kamu menaruh hatimu untuk seseorang, pasti kamu ingin tau sebesar apa cintanya sama kamu. Dengan cara diuji, kita bisa tau sebesar apa cintanya untuk kamu"

Rara mengangguk dan ber-oh riya. Ada senyum yang mengembang dibibir Rara. Ia mendekati bu Ayu dan memeluknya hangat.

"Makasih banget bu Ayu. Saya tambah cinta deh sama bu Ayu. Bu Ayu kayak ibu ke duabelas saya" goda Rara.

"Hah kedua belas?" Kata bu Ayu kaget.

"Iyalah. Pertama ibu saya sendiri, kedua nenek saya dan seterusnya guru saya mulai dari TK sampai SMA. Dan sekarang bu Ayu"
Rara nyengir melihat baby face bu Ayu. Ia tambah gemas dengan bu Ayu.

⏪⏩
Terima kasih yang masih setia baca. Maaf kalo ada salah kata, maklum masih belajar dan maaf kalo pesannya belum dapet. Tetep komen sama Vote ya

Ra&Ra[SPIRITUAL-01]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang