BAGIAN 1. MAAFKAN

6.6K 349 26
                                    

(Ilustrasi: Bisma dalam versi pewayangan Jawa.)

Waktu hampir tengah malam saat di dalam kamarnya, Bisma menjatuhkan badan di atas pembaringannya yang mencoba menyerap rasa lelah dari tubuh sang pangeran kerajaan Hastina ini. Perjalanan jauh selama beberapa hari baru saja berakhir menjelang malam tadi setelah rombongan yang dipimpinnya tiba kembali di istana. Rombongan yang berhasil melaksanakan misi mengikuti sayembara meminang putri-putri kerajaan Kasi, bahkan tiga putri sekaligus yang Bisma menangkan dan langsung dibawanya pulang. Keberhasilan besar oleh Bisma demi kelanjutan keturunan Kuru meneruskan tahta kerajaan Hastina.

Belum hilang rasa lelahnya, sebuah ketukan di pintu kamar terdengar. Bisma tidak mengharapkan kedatangan siapa pun mengeluh dalam hati seraya beranjak dari tempat tidurnya mendekati pintu kamar.

"Siapakah yang di luar?" tanya Bisma di balik pintu kamarnya. Beberapa saat menunggu, tidak ada jawaban dari luar sehingga membuat Bisma bertanya-tanya sampai akhirnya dia membuka pintu.

Sesosok wanita berdiri di depan pintu kamarnya, walau wajahnya tertunduk tetapi Bisma bisa mengenali wanita itu. Ini adalah hari pertama mereka bertemu dan baru kali ini berhadapan berdua saja.

Dialah Putri Amba, putri sulung Raja Kasi dari tiga bersaudara.

"Apa gerangan yang membuat tuan putri mendatangi kamarku di tengah malam begini? Bukahkah tuan putri bersama adik-adik sebaiknya beristirahat karena kelelahan setelah perjalanan panjang hari ini?" tanya Bisma sambil menatap tajam.

Amba masih terdiam dan tertunduk, mulutnya membisu dan hanya menggigit bibirnya yang bergetar. Bisma menghela nafas panjang dan mulai kehilangan kesabaran mengingat dirinya masih kelelahan. Tapi sebelum Bisma membuka mulutnya lagi, ternyata Amba sudah tidak kuasa lagi menahan diri. Amba pun membalik badannya dan berlari meninggalkan Bisma yang terheran-heran di depan pintu kamarnya.

Bisma kebingungan menatap sosok Amba yang berlari dan tampak terguncang. Mau tidak mau ada rasa kekhwatiran yang mulai timbul, sehingga dia pun berjalan cepat menyusuri lorong istana mengikuti arah lari Amba. Suasana di dalam istana yang sudah mulai sepi hanya menyisakan beberapa penjaga yang kadang tidak menampakkan diri, mereka berada di lorong-lorong dan di depan pintu kamar beberapa petinggi kerajaan. Bisma enggan membuat keributan dengan memanggil mereka. Dia pun mempercepat langkah mengikuti suara langkah kaki Amba yang menggema. Tak berapa lama Bisma bisa melihat Amba sedang berdiri di depan jendela dan pintu yang mengarah ke sebuah balkon istana.

"Putri Amba!" panggil Bisma dengan nada cemas mendekati Amba.

Amba terkejut dan menoleh ke arah Bisma yang tak lama tiba di hadapannya. Amba tidak menyangka Bisma akan mengejarnya, tapi dia sudah lelah berlari dan hanya bisa terdiam sambil melihat sosok Bisma dengan ekspresi penuh kegelisahan.

Remang-remang cahaya bulan purnama dari balkon istana menembus jendela dan menerangi wajah Amba saat Bisma memandangnya. Paras Amba yang cantik walau dipenuhi ekspresi keresahan, mata bulat yang indah walau tampak berkaca-kaca, bibirnya yang merah merekah walau sendu, dan pipi merahnya yang belum kering dari air mata. Bisma terpana sejenak dan sebersit perasaan yang sulit diungkapkan mulai tumbuh untuk pertama kali di hatinya.

Amba pun tersadar bahwa Bisma, sang pangeran Hastinapura yang gagah perkasa itu hanya terdiam sambil menatap wajahnya lekat-lekat. Segera dia menundukkan wajahnya sambil mengusap air mata dari pipinya dan mengatur nafasnya yang masih terengah. Bisma pun dengan canggung mengalihkan pandangannya dan kebetulan ditatapnya pintu balkon. Bisma meraih gagang pintu lalu mencoba membukanya dan pintu itu pun terbuka.

"Baiklah Putri Amba, seandainya tuan putri mau mencoba berbicara kepadaku di balkon istana, aku akan dengan senang hati menemani dan aku berharap pemandangan indah cahaya bulan purnama dan cahaya obor dari rumah-rumah penduduk di sekitar istana akan mampu menghibur suasana hati tuan putri," ajak Bisma mencoba bersabar dan berbicara seramah mungkin.

MAHACINTABRATA SUKMA WICARAWhere stories live. Discover now