BAGIAN 9. DEWI GANGGAWATI

1.1K 94 2
                                    

(Illustrasi: Dewi Ganggawati membawa Ganggadata yang masih bayi ke Sungai Gangga.)

"KANDA BISMA!" seru Amba dari dalam kereta. "BERHENTI!"

Bisma yang terkejut segera menghentikan kereta kuda mereka yang sedang berjalan kembali ke Kasi. "Ada apa, Putri Amba?" tanya Bisma. Amba ternyata turun dari kereta lalu naik ke bangku depan tempat kusir dan duduk di samping Bisma.

"Aku bosan di dalam kereta sendirian. Kanda sudah berjanji dan aku ingin mendengar cerita tentang ibu Kanda, Dewi Ganggawati," pinta Amba. "Kanda tentunya bisa bercerita sambil mengemudi."

"Tapi perjalanan kita masih jauh, Amba."

"Kalau begitu aku berharap cerita Kanda cukup panjang karena aku tidak mau merasa bosan lagi," ucap Amba tegas.

Bisma pun mengalah dan mulai bercerita sambil kembali melajukan kereta kudanya.

***

Dewi Ganggawati sebenarnya adalah dewi penguasa Sungai Gangga, diturunkan ke alam Marcapada sebagai hukuman akibat kesalahannya di kahyangan dan akhirnya telah menemukan cara untuk menebus dosanya. Dia lalu menemui seorang Begawan, yaitu Begawan Pratipa dari padepokan Talkanda yang terletak di pinggir Sungai Gangga. Saat bertemu, sang Begawan pun telah arif dan bisa melihat bahwa Ganggawati bukanlah wanita biasa tetapi merupakan seorang dewi kahyangan, dari gerak-gerik dan tutur katanya yang menawan dan kecantikannya yang luar biasa.

"Apakah gerangan maksud dari Anda kemari, wahai putri?" sapa Begawan Pratipa.

"Mohon maaf, Begawan Pratipa. Aku ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu," jawab Ganggawati. "Namaku Ganggawati, aku sebatang kara dan hidup sendiri selama ini. Dan kedatanganku ke sini karena aku ingin memohon pertolongan dari sang Begawan yang terkenal sangat arif bijaksana."

"Tentunya aku sebagai manusia akan membantu apa pun yang bisa kulakukan dan kuberikan untuk sesama, Ganggawati. Tetapi kau bisa lihat bahwa di sini bukanlah istana, hanyalah padepokan yang sederhana tanpa materi keduniawian. Pertolongan macam apakah yang kau inginkan, Ganggawati?"

"Aku hanya ingin diperistri oleh Begawan Pratipa yang sudah terkenal berbudi luhur dan arif bijaksana," pinta Ganggawati.

Mau tak mau sang Begawan tersenyum, lalu berkata lagi, "Aku ini sudah tua renta dan fisikku sudah lemah. Tidak adakah ksatria yang lebih muda dan gagah yang mau menjadi suamimu, wahai putri?"

"Aku hanya ingin menjadi istri seseorang yang berbudi luhur dan menghargai sesamanya bahkan melebihi kepada dirinya sendiri, taat kepada janji dan sumpah walau harus mempertaruhkan nyawa," jawab Ganggawati.

Sang Begawan termenung dan berpikir. Dia teringat anaknya yang kini menjadi raja di Talkanda dan kebetulan belum beristri.

"Baiklah putri, aku akan membantumu. Tetapi bukan aku yang akan menjadi suamimu. Bila kau berkenan untuk menemui putraku, kau akan melihat bahwa dia memiliki sifat-sifat seperti yang kau harapkan. Aku menjaminnya karena aku sendiri yang mendidik dan membesarkannya selama ini," ucap Begawan.

"Baiklah, Begawan. Aku percaya pada kearifan Begawan."

Begawan Pratipa dan Ganggawati kemudian melakukan perjalanan ke istana Talkanda, dimana Prabu Santanu bertahta dan menjadi raja yang bijak dan arif, gagah perkasa dalam bertarung, tetapi belum memiliki istri terlalu sibuk mengurus negara warisan dari ayahnya, Begawan Pratipa.

Prabu Santanu sedang menanti-nanti kunjungan dari ayahnya, yang sudah biasa dan rutin dilakukan. Wejangan dan nasihat yang sering diberikan Begawan Pratipa tentang memimpin kerajaan dan memperhatikan kesejahteraan rakyat selalu menjadi pedoman sang prabu dalam menjalankan tahtanya. Dan betapa herannya sang prabu ketika melihat ayahnya datang bersama seorang putri yang cantik jelita bagaikan dewi kahyangan. Seperti pucuk dicinta ulam pun tiba, Santanu dengan suka cita dan penuh harap menyambut kedatangan ayahnya.

MAHACINTABRATA SUKMA WICARAWhere stories live. Discover now