Chapter 18

5.4K 475 73
                                    

Seira Pov

"Suara apa itu?" tanya Garret ngeri.

"Kurasa penghuni labirin ini ingin menemui pengunjungnya," jawab Louis.

Kami semua menoleh menatap Louis dengan tatapan bertanya, tak lama cahaya merah kembali melesat lagi dan lagi ke langit, tanda kematian.

"Tidak ada jalan, bagaimana kita bisa menghindar dari penghuni labirin itu?" tanya Garret sambil mengedarkan pandangannya.

Aku menatap tempat ini yang berbentuk persegi panjang dikelilingi oleh dinding semak tanpa satu pun lorong , ditengah tempat ini terdapat air mancur dengan burung gagak sedang bertengger manis.

"Sihir. Dengan sihirmu mungkin kita bisa menemukan pintu keluar labirin ini, aku tahu labirin ini terus berubah tapi setidaknya kita mencobanya lebih dulu," usul Gon.

"Kau gila?! Tidak ada jalan keluar dari tempat ini, Alaina sengaja mengirimkan kita ke labirin ini untuk memberitahukan kalau tidak ada satu pun jalan keluar. Dia ingin kita mati, dia ingin kita putus asa, dia ingin kita jadi budak kegelapan," Garret berkata dengan sedikit emosi.

"Aku bilang pintu keluar 'labirin' bukan pintu keluar death mountain," balas Gon dengan suaranya yang tegas sambil menekankan kata 'labirin'.

Garret terdiam. Gon menatapku untuk meminta jawaban, sebelum aku menjawab, Louis mendahuluiku.

"Tidak ada salahnya untuk mencoba, biar aku yang melakukannya," Louis berjalan ke tengah tempat itu lalu menaruh tangannya--lebih tepatnya kaki depannya--di tanah lalu memejamkan matanya.

"Apa yang landak itu lakukan?" tanya Garret.

"Melacak keberadaan pintu," jawab Oliver singkat.

Aku membalikkan tubuhku, guncangan itu terjadi lagi cukup jauh memang, tapi sudah membuatku sedikit cemas.

"Sebenarnya landakmu itu apa?" tanya Garret lagi.

"Namanya Louis, aku menciptakannya dari elemen air."

"Kau...kau menciptakannya?" tanya Garret tak percaya.

"Louis adalah salah satu hewan sihir yang kuciptakan. Ia menguasai elemen air berikut perubahannya karena ia terlahir dari air."

"Salah satu katamu?" tanya Oliver.

"Iya. Lain waktu mungkin kau bisa melihat mereka," jawabku.

Langkah kaki berat itu kembali membuat guncangan kecil dan entah mengapa aku merasa penghuni itu kian mendekat. Tak lama, aku kembali mendengar suara desingan besi beradu.

"Jumlah pemain tinggal enam orang," ucap Oliver lebih kepada dirinya sendiri, ia menyisir sekitar dengan tegang dan waswas.

"Kenapa kau sangat yakin kalau labirin ini memiliki jalan keluar?" tanya Garret pada Gon.

"Jawabannya cukup mudah, jalan masuk itu bisa menjadi jalan keluar untukmu."

Aku tersenyum mendengar jawaban Gon, ia benar jalan masuk labirin ini bisa menjadi jalan keluar juga.

"Ketemu. Pintu keluar la-" Kalimat Louis terpotong oleh munculnya lorong labirin baru serta dua pemuda yang terlempar masuk dengan tubuh berdarah - darah. Tak bernyawa.

Jantungku terasa berhenti berdetak, napasku memburu, aku tak percaya akan melihat secara langsung. Mahkluk bertubuh manusia dan berkepala banteng kira - kira setinggi dua meter, berdiri di ambang lorong.

 Mahkluk bertubuh manusia dan berkepala banteng kira - kira setinggi dua meter, berdiri di ambang lorong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ljosalfar : The Light Elves Where stories live. Discover now