Part 3 - Habibah Fadiyah

14.5K 911 1
                                    

Habibah pov
Aku memejamkan mataku, aku akan sangat merindukan kak Nai, dia begitu sangat mengerti aku sama seperti umi, itu yg membuatnya begitu dewasa disaat umurnya masih 5 tahun, itu juga yg membuat umi dan abi begitu menyayanginya, aku tau itu.

Kak Habibi, dia adalah saudara kembarku yg begitu melindungiku juga begitu memaklumi sikap manjaku, meski terkadang dia suka menasehatiku untuk tidak terlalu bergantung lagi pada kak Nai dan mengurangi sikap manjaku, kak Habibi juga seseorang yg begitu protektif, apalagi padaku yg begitu senang berteman dengan siapa saja termasuk berteman dengan pria, meski begitu aku sudah tau untuk, menjaga jarak dengan pria yg bukan muhrim seperti yg slalu diajarkan abi dan umi.

***

Namaku Habibah Fadiyah Arvando, umi memberikan nama yg hampir mirip pada kami bertiga karna umi mengatakan bahwa kami adalah anak anak mereka yg dilindungi, aku slalu bersyukur dengan nama yg diberikan umi pada kami.

"Umi, kalau kita sampai disana, apa kita akan langsung pulang?" tanyaku pada umi.

"Iya Bibah, kita cuma mengantar kak Nai saja, besok juga kalian sudah masuk ke pesantren, jadi ga mungkin kalo kita menginap" ucap umi ku.

"Kak Nai bakalan hubungin Bibah kok, ga usah sedih" ucap kak Nai disampingku.

"Janji?"

"Inshaa Allah" aku tersenyum senang mendengarnya.

"Kak Bibih?" panggilku pelan.

"Hmm?"

"Kalo Bibah takut tidur sendiri, boleh ya Bibah tidur dikamar kak Bibih"

"Ngga"

"Kak Bibihhhhh" rengekku padanya.

"Bibah, kamu udah gede, lagian kak Bibih males tidur sama kamu, kamu suka ngiler, entar bantal kak Bibih kena iler kamu semua"

"Kak Bibih" aku memukul lengannya, kudengar dia hanya tertawa terbahak begitupun dengan kak Nai dan juga umi.

"Bibih, berhenti lah menggoda Bibah, persediaan permen umi sudah habis"

"Umiiiii" aku memanyunkan bibirku, dan kini aku mendengarkan abi yg tertawa terbahak.

"Nih" aku melihat sebuah buku tebal didepanku, kulihat tangan kak Nai memegangnya, akupun menoleh kearahnya.

"Ambillah, untuk Bibah, kak Nai sudah selesai menulisnya, dan Nai sudah boleh membacanya, untuk nemenin Bibah kalo takut tidur sendiri" aku tersenyum pada kak Nai dan langsung mengambil buku itu, dialah satu satunya yg slalu membela ku kalau yg lain suka menggodaku.

Aku sangat suka membaca, buku setebal apapun akan aku baca, sama seperti kak Habibi yg juga sangat suka membaca, berbeda dengan kak Nai yg suka menulis, bahkan sudah banyak hasil tulisannya yg sudah aku baca dan sekarang ini adalah satu satunya buku yg sudah sangat lama aku ingin membacanya namun kak Nai tak pernah memberikan padaku, dia bilang suatu saat aku akan membacanya, dan inilah saatnya.

"Jangan dibaca dulu, Bibah boleh membacanya kalau hanya ingin tidur saja"

"Ehm, baiklah, terimah kasih kak Nai" aku memeluk buku itu dan menoleh kearah kak Bibih lalu mengejeknya, umi  dan abi pun hanya tersenyum melihat tingkahku.

♥♥♥♥♥♥♥

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang