Chapter One

565 40 12
                                    

BLUE

Ternyata Los Angeles berbeda dengan Mullingar. Kupikir kedua kota itu sama saja. Oh God, otakku ini terlalu dangkal sekali sampai berpikiran begitu.

Hari ini merupakan hari kedua kami di Los Angeles. Kemarin, kami tidak melakukan apapun. Bisa di tebak sekali bahwa kami mengalami Jetlag. Ya, hanya aku dan Nike sih. Tapi itu cukup menjengkelkan.

"Morning Mum,"Aku mencium pipi kanan Mum lalu duduk di Kursi makan baru kami. Mum tersenyum kemudian menaruh segelas susu putih diatas meja untukku.

"Thanks Mum,"Balasku. Aku pun meneguknya selagi menunggu Nike untuk turun dari kamarnya.

Mum pun duduk di kursi yang berada di sampingku. Diikuti Dad yang duduk di samping Mum. Kedua orang tuaku sedang berseri-seri karna setelah delapan belas tahun mereka terasingkan, akhirnya mereka dapat bertemu teman-teman lama mereka. Kalau tidak salah namanya One Direction. Aku tidak tau, kudengar itu Boyband Zaman dulu. Tapi masih ada sampai sekarang sih. Walau mereka sudah hiatus cukup lama.

"Nanti malam kita ke rumah Liam. Aku penasaran dengan Istri barunya,"Ucap Dad.

Mum memutar mata."Sudah kubilang kalau Liam masih duda. Ia belum mau membuka hati untuk siapapun. Tetap mantan istrinya yang berambut hitam itu di dalam hatinya."

"Kau rasis sekali memanggil mantan istrinya 'Si rambut hitam',"komentar Dad.

Mum kembali memutar matanya. Kemudian menggunyah roti selai Blueberry buatannya. "Lagipula perkataanku ada benarnya kan? Kedua anak Liam sangat berbeda dari Ayahnya sendiri. Liam berambut coklat, sedangkan kedua anaknya tidak. Logis kan Horan?".

"Iya sayang."Dad menjawil hidung Mum yang membuatku kembali menggunyah Rotiku.

"Sorry, Good morning." Suara serak Nike terdengar dari atas tangga. Rupanya Nike baru bangun, tumben sekali. Biasanya ia yang paling rajin.

"Kau tampak buruk Nandos," Komentar Dad. Nike memutar matanya kemudian turun ke lantai bawah untuk menyantap sarapannya. Oh ya, Nandos itu panggilan sayang dari Dad untuk Nike.

"Ada makanan apa?"Tanya Nike. Mata birunya masih penuh dengan kotoran mata. Sial. Ia tampak buruk sekali.

"Kau tampak menjijikan,"Komentarku yang membuat Nike mendengus.

"Oh ya? Sayangnya aku tidak perduli Blueshit sayang,"Nike mengambil Rotinya dari atas piring kemudian menggunyahnya. Aku hanya dapat memutar mataku ketika mendengarnya memanggilku 'Blueshit'. Panggilan itu diambil dari kata 'Bullshit', Nike berkata padaku bahwa itu panggilan sayang darinya buatku. Tapi entahlah .. aku merasa itu bukanlah panggilan sayang.

"Whatever Nikey."

Setelah makan, aku memutuskan untuk mengobrol bersama Nike di Taman belakang. Taman belakang yang sangat lebar dengan Kolam berenang.

"Mau berenang?" Tanya Nike yang mulai membuka T-Shirt Hitam yang ia kenakan. Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Kau jorok,Nike! Belum mandi dan sudah berenang. Cih, pantas saja Jomblo,"Sindirku.

Nike yang sudah menceburkan dirinya kedalam Kolam berenang mendengus kearahku lalu memberikanku sebuah middle finger andalannya. Aku tertawa sambil membalas middle finger nya.

Nike pun beranjak dari kolam berenang. Ia berlari sekencang mungkin kearahku, kakinya yang jenjang bukan main itulah kuncinya. Ia meraih tubuhku secara paksa lalu membopongnya ala bridal style menuju kolam berenang.

"WHAT THE HELL ARE YOU NIKE! AKU MAU DIBAWA KEMANA?" Aku menjerit keras. Bukannya menurunkanku diatas kursi yang kududuki tadi, Nike malah menceburkanku kedalam Kolam berenang bersamanya.

Beside HoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang