5/21

89 10 4
                                    

DAN HERE! AKA YOUR FAVOURITE AUTHOR.

guys.. maap, ada kesalahan teknis:p kalo kemaren kalian baca cerita ini trus ngeliat klo mereka dah mo UN terus kelas 12, salah yha. mereka masih kelas 11, salah ketik:v 

oya, klo kalian merasa style ngetik gua aneh, maklumin. gua kebiasaan nulis inggris jd mungkin beberapa kalimat ato kata terasa janggal gt, gpp lah yak

btw vote n comment jan lupa, gasusah kok, cuma ngeklik 'vote' doang, kelar. nyoho:3
*
edited: 4/14/17
-

 Raisa mengeluarkan ponselnya lalu mencari untuk nama yang sedang ia ingin hubungi. Beberapa detik kemudian orang itu mengangkatnya. 

"Bacot lu Rai.

 "Dimaaaaas, lu dimana?" tanya Raisa, mengabaikannya."Rumah. Ngape?

Raisa menarik nafas lega, dan ia tersenyum. Nyawanya masih terselamatkan. "Jemput gue dong. Pleasee?" mohonnya. "Eh sial, dah tau jarak rumah kita seberapa. Mang Thomas mana?

Sebenarnya, rumah mereka tidak terlalu jauh, tetapi jika kearah sekolah, rumah Raisa berlawanan arah.

Raisa memutar bola matanya tidak peduli. Apapun akan  lebih baik saat ini bagi Raisa daripada harus berangkat dengan Thomas. "Ih, masih sempet lah. Telat dikit gapapa.  Ayolah, lu dah tau kan, rumah Jeremi lebih jauh lagi." 

"Dan lu satu komplek sama Thomas." ujarnya tak acuh. Raisa mengerang. "Ah, Dimas! Please,  Gua juga ga ada rencana telpon, tapi dari tadi angkot gada yang lewat, sumpah. Ayolah, kenyataannya lu juga masih dirumah kan? " 

Terdengar Adimas mendesah. "Kenapa dulu ama Thomas." paksanya. "Di sekolah aja apah," seru Raisa dengan kesal. 

"Berantem lagi?" Raisa mendecak kesal. "Iya! Udahkan, puas?!? Sekarang sini lu, gercep." Adimas tertawa kecil. "Sip, sip." lalu Raisa memutuskan panggilan tersebut.

***

"Besok besok, awas lu tiba-tiba nyuruh jemput gitu. Kalo mau dari malemnya." sahut Adimas dengan kesal, sambil melepaskan helm nya. Raisa menuruni motornya. "Iya iya, makasih deh Adimas ku tersayaaang,"

 Ia memeluk Adimas yang dibalas olehnya dengan erangan, lalu saat Raisa ingin berlari kedalam, tangannya ditahan. "Eits, siapa bilang gua bakal anterin lo tanpa penjelasan?" Raisa menganga. Sialan juga.

 Adimas melipat tangannya. "Penjelasan. Sekarang." tuntutnya. Raisa mendesah, "Dim, ayolaaah. Kita udah telat 3 menit! Kalo kita belom masuk dalem 2 menit gate nya kan ditutup! Dan lo dah tau hukuman Pa Rocky gimana!" Ninis berusaha untuk beralasan. 

"Bodo, kaya lu gatau gua aja. Mang selama ini kita semua kalo telat bisa lolosnya gimane? Motor Pak Rocky belom ada kok. Asal gak ketauan satpam, kita aman." Raisa terdiam. "Kan, ceming. Udah ah, cepetan. Cerita ga lu." tuntutnya sekali lagi. "Intinya kita berantem, oke?" 

 Adimas memutar bola matanya. "Kalo itu gua juga dah tau, sial. Maksud gua, apa alesannya?" sekali lagi, Raisa terdiam. 

Bagaimana caranya menjelaskan kepada Adimas tentang yang satu ini? Bahwa ia iri dengan Thomas yang mendekati Naura? Iya, sepertinya itu lumayan masuk akal, walaupun ia akan berbohong kepada Adimas jika itu yang ia katakan. "Gua-" 

Ucapan Raisa terpotong saat ia mendengar sesuatu dibelakangnya. Raisa dan Adimas sama-sama melirik kebelakang, dimana Pak Amin telah mengembok gerbang. Ninis langsung berlari kearah gerbang dengan histeris. 

 Adimas berusaha untuk menghentikannya sebelum Pak Amin melihat mereka berdua, tetapi telat. Pak Amin telah melihat mereka. Ia tersenyum jail. "Wah, telat 5 menit, lumayan juga." 

I Know PlacesWhere stories live. Discover now