chapter 14

1.6K 92 8
                                    

Allen pov

Pesawat yang ku tumpangi beberapa saat lagi akan mendarat di bandara soeta dan aku segera ke toilet di dalam pesawat untuk mengganti bajuku dengan yang bersih,aku tak mau bila berpenampilan kusut di depan wanita yang sudah sangat kurindukan.

Papi menghubungiku beberapa hari yang lalu kalau tita dan asistenya lah yang akan menjemputku di bandara karna papi dan mami serta kak kevin juga zio akan keluar kota saat aku tiba di jakarta.

Tak masalah bagiku tak di sambut kedua orangtuaku asalkan aku bisa melihat tita.

Pesawat telah mendarat dan sebelum turun aku masih sempat memakai parfum.
Entah apa yang terjadi padaku karna kini aku merasa seperti anak abg yang sedang jatuh cinta dan akan bertemu pujaan hatinya.

Aku memang sedang jatuh cinta tapi aku bukanlah anak abg yang berumur belasan,tapi entah mengapa kini jantungku berpacu dengan cepat ketika aku berjalan menuju tempat penjemputan penumpang.

Mataku mencari sosok wanita yang namanya selalu berada dalam tarikan nafasku,beberapa saat aku tertegun melihat gadis yang mengenakan kemeja putih dengan rok senada bermotif bunga selutut memperlihatkan kakinya yang jenjang melambai padaku.

"Hay kak allen,apa kabar?"tita menghampiriku dan mengayunkan tanganya di depan wajahku tapi aku tak bergeming karna masih terpana dengan gadis yang kini telah berubah menjadi wanita dewasa.

"Kakak masih jet leg ya?"kini tita mengguncang tubuhku dan baru kusadari aku mengagumi tita begitu lama hingga tita mengira aku masih jet leg,

"En eng iya dek,kaka masih jet leg,"bohongku untuk menutupi rasa kagumku pada tita.

"Ayo kita pulang,kaka mau makan dulu gak?"tita menarik koperku dan aku menatap punggungnya yang menjauh sementara aku menelan salivaku susah payah karna tak percaya bahwa wanitaku kini benar2 seorang wanita dan bukan lagi gadis remaja.

Aku berjalan mengikuti langkah tita dan ku sadari tak sedikit laki2 menatap tita dengan tatapan kagum yang membuat hatiku menjadi was2 karna menyadari betapa tita sangatlah cantik dan anggun dan itu membuat tita banyak di kagumi oleh laki2.

Sesampainya di tempat parkir seorang laki2 sebaya denganku menghampiri tita dan mengambil koper yang berada di tangan tita kemudian dia memasukanya ke dalam bagasi.

Tita hendak membuka pintu mobil tapi aku menahan tanganya,"duduk di belakang bareng kaka dek,"ucapku begitu aku berhasil menutup kembali pintu yang tadi tita buka kemudian aku membuka pintu dan meminta tita masuk terlebih dahulu.

Mobil berjalan perlahan keluar dari tempat parkir dan suasan di dalam mobil terasa canggung karna diantara kami tidak ada satupun yang berbicara.

"Gimana tesis kamu dek?"ucapku memecah keheningan dan tita menoleh padaku datar tanpa ekspresi.

"Bentar lagi kelar kak,tapi masih ada yang harua tita revisi karna banyak bagian yang salah ketik,"jawab tita kemudian dia membuang muka ke arah jendela melihat jalanan ibu kota yang macet.

Aku tak tahu mengapa tita tak seperti biasanya,biasanya tita selalu ceria dan entah apa yang membuat wanitaku ini kini begitu berbeda.
Aku mengirimkan pesan pada benedic untuk menanyakan ada apa dengan tita belakangan ini tapi benedic membalas pesanku dengan cepat dan mengatakan dia tak merasa ada yang aneh dengan tita akhir2 ini.

Aku menjadi serba salah pada diriku sendiri,menyadari ada yang tak biasa pada wanitaku aku berinisiatif bertanya padanya tapi sebelum aku melontarkan pertanyaanku baru ku sadari kalau wanitaku telah tertidur pulas dengan kepala yang ia sandarkan di kaca jendela mobil,aku menatap wajah tita yang begitu damai saat sedang tertidur dan aku bertanya2 dalam hati,masihkah dia bermimpi buruk dan siapa yang menjadi penjaganya di saat itu terjadi?

Wajah tita tak berubah sama sekali dari foto yang ku terima beberapa tahun silam,hanya kini wajahnya terlihat lebih dewasa dan anggun,sepertinya dia sudah pandai merias wajahnya dengan benar.
Teringat dulu saat aku berada di jakarta aku tak pernah sekalipun melihat tita memakai riasan dan itu membuat wajahnya benar2 cantik alami.

Aku masih menatap wajah tita dan aku meminta asisten papi untuk memelankan laju mobilnya karna takut membangunkan tita yang seperti kelelahan,aku tahu tita memang sangat lelah belakangan ini karna dia harus mengerjakan skripsi dan mengurus kafenya dan juga masih harus membantu mami menjaga zio.

Aku tak tahu kenapa tita tak memberi tahuku tentang kafenya tapi ku sadari tak semua hal menyangkut tita aku harus tahu.
Tapi tetap saja ajudanku benedic selalu memberitahukan apa saja yang tita kerjakan,aku bukan tak percaya pada tita tapi aku hanya tak mau wanitaku kenapa2 dan itu memaksaku untuk mengutus benedic untuk mengikuti kemanapun tita pergi..

Perjalanan dari bandara ke rumah masi 1 jam lagi,aku masih betah memandangi wajah tita yang kini baru ku sadari ada air mata yang menetes dari matanya yang terpejam.

Oh tuhan,apa ini kenapa wanitaku menangis,apa yang membuatnya menangis dan kenapa dia menangis dalam tidurnya??
Aku mendekatkan wajahku padanya demi meyakinkan mataku bahwa aku tak salah lihat kalau wanitaku memang benar2 sedang menangis dalam tidur,hatiku seperti tersayat menyaksikan wanitaku meneteskan air matanya yang bahkan tak tahu karna sebab apa.

Dengan hati2 aku merengkuh tubuh tita ke dalam pelukanku dan mengusap air matanya yang mulai mengering,tita tak bergeming sama sekali saat tubuhnya kini berada dalam pelukanku,hatiku terasa sakit karna tak bisa menjadi pelindungnya sebagai sahabat penanya yang mencintaiya dengan tulus.
Tapi ini tak akan lama lagi karna pada wisuda tita yang hanya tinggal menghitung bulan aku akan datang untuknya sebagai sahabat penanya.

I Love You sahabat PenakuWhere stories live. Discover now