Wattpad Original
There is 1 more free part

Chapter 4 - Lost My Virginity

741K 24.6K 489
                                    

CHARLINA:

Aku kaget, marah, syok. Perasaanku bercampur aduk. Di sebelahku ada Andrew Heaton. Tertidur nyenyak Apa kami melewati malam bersama?

Tidak, tidak! Tidak mungkin! Apakah itu berarti aku sudah tidak— Aku tidak bisa menerima kenyataan ini. Dengan posisi terduduk, kucoba untuk mengingat kembali kejadian semalam.

Aku tidak bisa mengingat dengan jelas. Hanya samar-samar, tentang kami yang melakukannya, mungkin karena efek alkohol. Tapi aku ingat.

Kenapa bisa seperti ini? Bukan pertama kalinya aku mabuk, tapi kenapa aku bisa lepas kendali? Tiba-tiba aku teringat laki-laki yang mengobrol denganku di pesta. Kalau tidak salah dia memberiku minuman. Dan aku tanpa ragu meminumnya! Jangan-jangan dia memasukkan sesuatu ke dalam minuman itu!

Shit! Kenapa aku bisa sebodoh itu? Menerima minuman dari orang yang tidak kukenal sehingga membuatku seperti ini. Sepertinya semalam aku terlalu kesal, emosiku tidak stabil.

Aku kesal mengetahui kenyataan bahwa Andrew adalah sepupu Emily. Juga anak Carla. Jadi tanpa pikir panjang aku meminum minuman yang dari laki-laki yang tidak kukenal.

Tiba-tiba aku merasakan gerakan di sampingku. Andrew bergerak dalam tidurnya. Senyum menghiasi wajah tampannya yang seakan tanpa dosa. Kurang ajar! Bisa-bisanya ia tidur nyenyak sekarang.

Aku yakin semalam dia sadar. Maksudku, dia tidak mabuk. Seharusnya dia tidak mengambil keuntungan ketika aku mabuk. Padahal aku ingin menyimpannya sampai nanti menikah. Aku ingin menyimpannya untuk suamiku nanti. Tapi sekarang semuanya berantakan.

Perlahan, aku turun dari kasur agar Andrew tidak terbangun. Kuabaikan rasa pusing yang menyerang kepalaku saat berjalan dan bergegas untuk memakai kembali bajuku.

Ketika di lobi aku cek iPhone-ku. Ada dua puluh lima panggilan tak terjawab dan lima belas pesan. Dua puluh empat panggilan tak terjawab dari Emily, satu dari Octavia. Tiga belas pesan dari Emily dan dua dari Octavia.

Octavia menanyakan kabarku dan bagaimana pestanya. Tapi aku sedang tidak bisa mengobrol dengannya dalam kondisi seperti ini. Octavia pasti akan kecewa kalau dia tahu hal bodoh apa yang sudah aku lakukan. Aku merasa sungguh kacau sekarang, tapi aku yakin Emily khawatir. Jadi aku memutuskan untuk menelepon Emily saja. Dan dalam dering kedua dia langsung menjawab.

"KE MANA SAJA KAU?!" bentaknya sebelum aku sempat berbicara.

"Uh, maaf, Em. Aku—" Aku bingung harus mengatakan apa. Tidak mungkin aku bilang, 'Aku baru menghabiskan malam dengan sepupumu, dan sepupumu mengambil keperawananku' Tidak mungkin!

Tapi Emily tidak menunggu jawabanku. "Aku di rumah orangtuaku. Kau di mana? Biar sopirku yang jemput," katanya.

Kalau aku bilang masih di hotel, nanti dia malah bertanya-tanya lebih banyak.

"Oh, tidak apa-apa. Aku—hmm—aku sudah di rumah. Maaf kemarin aku tidak pamit. Tolong bilang juga ke Carla aku minta sungguh maaf. Kemarin aku tidak enak badan, jadi aku pulang naik taksi," jawabku berbohong. Maafkan aku, Em.

"Kau tidak apa-apa sekarang?" tanya Emily terdengar khawatir.

"Aku sudah baikan," jawabku.

"Oke kalau begitu. Kalau ada apa-apa langsung kabari aku," ucap Emily.

"Oke, Em. Thank you."

Setelah itu aku pulang ke Boston naik taksi. Sesampainya di apartemen aku langsung mandi. Seharian aku membaca buku berusaha melupakan apa yang terjadi semalam.

***

ANDREW:

Aku merasakan sinar matahari pagi yang hangat di wajahku. Langsung terbayang wajah cantik Charlina yang tertidur di sampingku. Tetapi ketika aku membuka mata—

Kosong. Apa dia sudah bangun? Di mana dia? Aku melihat berkeliling. Tidak ada siapa pun di kamar ini. Mungkin dia di kamar mandi. Aku ketuk pintu kamar mandi. Tapi tak ada yang menjawab. Aku buka pintunya. Tidak ada seorang pun di kamar mandi.

Aku bingung. Kucari dia di pantry. Kosong.

Di ruang tamu, kosong. Dia tidak ada di mana pun. Bahkan tas dan barang-barangnya pun tidak ada.

Apakah dia sudah pulang? Tanpa pamit?

Perasaan apa ini? Kenapa aku tidak suka dia pergi begitu saja? Selama ini setiap kali aku bermalam dengan perempuan, selalu aku yang meninggalkan mereka. Tapi kenapa perempuan ini pergi?

Apa dia ingat kejadian semalam?

Semalam adalah malam terbaikku seumur hidup. Bibirnya, matanya, suaranya, hidungnya—aku ingat dengan jelas. Rasanya aku adalah laki-laki paling beruntung dan paling bahagia di dunia. Tidak pernah aku merasakan itu saat dengan perempuan lain.

Dan sekarang aku menginginkan Lina kembali ke pelukanku. Entah kenapa aku merasa bersalah mengambil keuntungan ketika dia mabuk.

Aku tidak pernah merasa bersalah sekali pun seumur hidupku dan sekarang aku merasakannya. Ah, apa yang kukatakan pada laki-laki itu tadi malam? Memanfaatkan perempuan yang sedang mabuk itu sungguh bejat, licik sekali. Dan, ternyata aku sama saja.

Terlebih lagi, ternyata semalam adalah yang pertama untuknya. Aku tidak tahu sama sekali. Tidak kusangka kalau dia belum pernah—

Ah, kenapa aku semakin merasa bersalah? Oke, aku memutuskan. Aku memutuskan untuk mendapatkan Charlina Spencer kembali.

The BAD BOY In SuitWhere stories live. Discover now