Sixteen

13.8K 1.3K 147
                                    

Sebelumnya, aku minta maaf kalo.update-nya lama.

Gak dimaafin juga ga papa deh. Udah gitu aja. Met baca all..
:) :) :)

* * *

Langit di Kabupaten Tulungagung sedikit demi sedikit mulai mencerah seiring berputarnya jarum jam yang menunjukkan waktu hampir pukul lima pagi.

Ari dengan masih memakai piyama abu-abunya sudah bangun lebih dulu daripada penghuni lainnya di rumah sejak tiga puluh menit yang lalu. Kebiasaan bangun pagi-pagi buta sepertinya tidak akan bisa ia lepaskan dari habits list-nya.

Ini hari pertama yang menenangkan setelah kemarin begitu banyak kejadian diluar dugaan yang begitu menguras tenaga dan pikirannya.

Apalagi kebenaran mengenai sosok Nicholas yang sesungguhnya. Ia bahkan sampai sekarang masih belum bisa mempercayai semua itu, seakan-akan itu semua hanyalah mimpi buruk yang ia alami semalaman. Jauh dalam lubuk hatinya, ia merasa kasihan pada Nicholas yang sekarang berada di penjara ruang dan waktu yang diciptakan oleh Mas Agung dari masa depan. Ia pernah menjadi teman dekat Nicholas. Bahkan mungkin bisa dibilang hampir lebih dari teman, karena mereka berdua sempat menjalin hubungan tanpa status.

Namun ia juga tidak ingin lengah. Ia yakin Nicholas pasti punya alasan tersendiri kenapa ia mau menjadi kaki tangan penjahat-penjahat yang berniat membunuh Ari itu.

Ia hanya butuh penjelasan dan kebenaran dari mulut Nicholas sendiri, walaupun kemarin ia sempat mengunjungi cowok itu sebentar dan ia tidak mengatakan satu patah kata pun pada Ari.

Ari ingin bertemu dengan Nicholas lagi untuk meminta penjelasan. Tapi Mas Agung masih tidur. Ari merasa tidak enak hati jika memaksa dia bangun hanya untuk menemui Nicholas.

Ya sudah, nanti saja. Toh sebentar lagi para penghuni rumah juga bakal bangun.

Sekarang Ari tengah duduk di ruang tamu dan memilih untuk membuka sosmed lewat ponsel miliknya. Sebenarnya ia ingin balik ke kamar lagi lalu berbaring manja dipelukan Tomi.

Tapi nahas, pas bangun tadi ia mendapati Tomi tengah terkena serangan fajar yang membuat Ari memutuskan untuk menghindar, karena ia sendiri juga terkena serangan fajar. Ia memilih untuk mengutamakan keselamatannya.

Dengan mata yang sudah seratus persen melek, Ari membuka-buka akun Facebook miliknya, memperhatikan status-status para penghuni dunia maya yang kebanyakan ditulis pada hari kemarin, sambil merasakan keheningan pagi yang terasa damai dan sedikit dingin.

"Udah bangun, Ri?" suara seseorang dari arah tangga membuatnya terkejut. Ari menoleh dengan cepat.

"Mas Agung?! Huh, bikin kaget aja!" gerutunya lalu menggumam tak jelas dengan muka cemberut, lalu kembali fokus ke layar ponselnya.

"Hehehe, sori. Abisnya aku nggak pernah tahu kebiasanmu bangun pagi," balas Mas Agung yang sekarang sudah berdiri di depan Ari sambil berkacak pinggang dan menguap lebar.

"Bau, Mas!! Sonoh, ke kamar mandi, seenggaknya sikat gigi dulu kek. Sana sanah!" usir Ari sambil mendorong-dorong Mas Agung. Yang diusir cuma terkekeh kecil berjalan ke belakang sambil menggaruki ubun-ubunnya sendiri.

Ari sebetulnya pengen Mas Agung mengantarnya menemui Nicholas sekarang, tapi biarlah Mas Agung mempersiapkan dirinya dulu.

Setelah mendapatkan ketenangannya kembali, cowok itu kembali memperhatikan beranda Facebooknya.

Hingga tanpa sengaja, ia melihat sebuah status dari akun Facebook milik Nicholas. Ia baru ingat kalau mereka berdua sudah berteman di Facebook.

Ari memicingkan matanya, mencoba mencerna status yang ditulis Nicholas kemarin pagi itu.

Generation (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang