X.

9.1K 423 10
                                    


Ruangan yang cukup hening dengan suara pendingin ruangan yang terus bekerja. Olivia mengalihkan pandangannya pada kursi besar di ruangan itu. Di sana, Cilia tertidur dengan kedua tangan yang bersedekap di dada.

Terlihat jelas bagaimana atasannya tertidur dari tempatnya duduk. Ruangan mereka bersebelahan dan hanya dibatasi oleh dinding kaca yang tebal. Cilia bernapas dengan teratur, tidur dengan tenang seolah tidak ada yang membebaninya saat ini.

Olivia melanjutkan kegiatan mengetik dokumen dengan hening. Setelah beberapa lama, suara orang berbicara terdengar di luar ruangan namun Olivia tidak memperdulikannya.

Semakin lama, suara orang-orang di luar semakin kuat. Tidak tahan dengan keributan yang dapat mengganggu tidur Cilia, Olivia keluar dari ruangannya.

Di meja resepsionis lantai ini, tampak seorang pria yang berbicara dengan karyawan di balik meja. Terdengar jelas dari nada suara yang diucapkan pria tersebut, tampaknya ia marah. Olivia beralih ke belakang pria tersebut. Seorang pria yang juga memakai pakaian kantor serta kacamata hanya diam saja, memegang sebuah buku yang tampak seperti buku agenda.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Olivia tiba-tiba membuat kedua pihak bungkam sejenak. Merasa bertanggung jawab menjelaskan, karyawan itu membungkukkan badannya kemudian berujar, "Tuan Xavior ingin bertemu dengan Nona Cilia. Namun tidak ada janji temu atas nama Morgan Xavior."

Olivia menatap Morgan, "Maafkan saya. Nona Cilia sedang sibuk. Ia tidak bisa diganggu untuk saat ini."

Morgan menyerngit, "Sekretaris Cilia, bukan? Aku ingin bertemu dengan atasanmu." Olivia langsung menggelengkan kepalanya begitu mendengar permintaan yang lebih terdengar seperti perintah. "Nona Cilia sibuk untuk saat ini, Tuan. Beliau tidak dapat diganggu untuk saat ini."

Morgan merasa kesal. Ia mengepalkan tangannya kemudian berbicara dengan nada naik, "Aku tahu Cilia tidak sibuk! Suruh dia menghadap padaku!"

"Tidak!" Olivia mengucapkan dengan nada tinggi, membuat semua orang terkejut. Menyadari kesalahannya, wanita itu berdehem, kemudian membungkukkan badannya kepada Morgan, "Maaf atas ketidaksopanan saya, Tuan. Tapi Nona Cilia tidak bisa diganggu saat ini." Morgan menatap tajam pada Olivia yang dibalas dengan tatapan sama tanpa ragu dan takut.

"Hm.... Tuan Morgan," panggil Leon, mencoba mengalihkan perhatian Morgan namun tidak dipedulikan.

"Apa yang terjadi di sini Olivia?"

Sontak Olivia memutuskan kontak matanya dengan Morgan dan beralih ke Cilia yang berada di belakangnya. Berjarak beberapa meter dengan tempatnya berdiri, Cilia terlihat sangat terkejut. Atasannya itu diam di tempat, bahunya tegang dan matanya terbuka. Tidak ada kata lain yang dapat mendeskripsikan ekspresi Cilia saat ini, kecuali terkejut.

Olivia menatap kembali pada Morgan. Pria itu tersenyum tipis. Salah satu ujung bibirnya terangkat.

Ralat. Morgan bukan tersenyum. Lebih tepatnya ia menyeringai pada atasannya. Olivia merasakan tulang-tulangnya mengigil, sepertinya sesuatu yang buruk akan menimpa Cilia.

Cilia berjalan ke arah Morgan, berdiri di posisi Olivia tadi. Sedangkan Olivia menepi dan membungkuk sebentar pada Cilia.

"Selamat siang, Tuan Xavior," sapa Cilia sambil menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Selamat siang, Nona Louhan," balas Morgan, meraih tangan wanita itu, memutarnya sehingga punggung tangan Cilia yang berada di atas serta dikecupnya dengan lembut.

Cilia menarik tangannya dengan tiba-tiba. "Anda tidak harus memperlakukan saya seperti itu. Ini bukanlah era Victoria."

Morgan tersenyum ketika menyadari Cilia tidak terbiasa dengan sikap ini.
Cilia menyembunyikan rasa canggungnya dan mengelak.

Lucky BastardWhere stories live. Discover now