Part 1

214 3 0
                                    

Dita POV

"Apa-apaan ini? Tak ku sangka ternyata kau seperti ini. Kenapa tak mengajakku? Sudahlah aku pergi sendiri." Aku bertolak pinggang merasa kesal mengapa mereka pergi tak mengajakku? Padahal aku cuma meninggalkan mereka sebentar hanya untuk menanyakan bukuku pada salah satu temanku. Hah menyebalkan.

Dengan wajah memerah, aku berjalan menuju kantin yang kelihatannya sudah cukup sepi karena waktu istirahat hampir saja habis. Setelah aku selesai berbelanja, akupun berniat kembali ke kelas namun tiba-tiba saja, bruk..

"Aw, eh kalo' jalan makek mata juga dong jangan ngandalin kaki doang!" Aku terkejut ketika pria yang ku tabrak adalah Rian. Sebetulnya aku tak terlalu menyukainya dan bisa dibilang aku biasa-biasa saja dengan dia meskipun tampangnya tampan.

"Apa yang barusan kau katakan tadi? Berani sekali kau denganku!"

"Eh, emangnya kamu siapa? Kenal aja nggak!" Dita pun berlalu.

"Hey, apakah dia tak tahu? Kita kan pernah satu SMP dulu? Sebetulnya aku yang tak sepopuler itu atau memang dia yang tak tau?"

Sesampainya di kelas, langsung saja aku menyantap jajanan yang ku beli tadi. Aku termasuk orang yang banyak makan. Tapi aku heran kenapa badanku tak pernah besar? Ah sudahlah biarkan. Orang diluar sana sedang sengsara karena badannya yang besar padahal hanya sedikit makan. Hahaha liciknya aku.

Namun aku memikirkan sesuatu. Ada apa dengan hari ini? Kenapa aku selalu sial hari ini? Dalam hati aku berkata "Hari ini begitu melelahkan, terlalu banyak kesialan. Kenapa juga aku harus bertemu dengan anak itu?"

***

Tapasya POV

Aku terduduk sendiri di dalam kelas. Sambil merenung aku memikirkan, sejak kapan aku datang sepagi ini? Yang benar saja? Aku sungguh tak menyangka. Yah setidaknya aku mempunyai kemajuan saat ini.

"Eh, Dita mana ya? Kok belum datang sih."

Belum kutup mulutku, ternyata Dita sudah ada di ambang pintu sambil melambai ke arahku dengan wajahnya yang selalu memamerkan giginya yang tak rapi karena gingsulnya itu. Anak ini..

"Hey, Tapasya. Hahaha cieee dia datang pagi. Bangun jam berapa kamu?"

"Entahlah, aku hanya merasa hari ini aku harus datang pagi."

"Ah, iya. Aku lupa. Aku mau bicara sesuatu kepadamu. Tentang kemari yang kualami seharian. Hari yang menyebalkan."

***

Rian POV

Aku berjalan dikoridor dengan santai, meskipun aku tau bel masuk sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Aku merasa ini sudah menjadi kebiasaanku terlambat masuk sekolah. Anak itu lagi. Sedang apa dia duduk berdua di depan kelas? Kenapa kelasnya harus berdekatan denganku? Sunggu menyebalkan bertemu dengan perempuan yang tak mau minta maaf saat melakukan kesalahan.

"Hey, bro nyantai banget lu gak kena marah apa digerbang sama guru gara-gara keseringan telat?"

"Haha.. Ren lo pikir gue apaan? Ya nggak lah, gue kan banyak kenal guru-guru disini, ngapain harus takut lagi?"

"Haha iya gue lupa. Yuk masuk, tuh buguru udah mau masuk."

Aku merasa bosan dengan pelajaran hari ini. Tak sengaja aku melihat keluar jendela. Sepertinya aku mengenalinya. Oh ya, itu dia, anak yang menabrakku di kantin kemarin. Sedang apa dia disitu? Apa yang dia pegang itu? Apakah kodok? Hey anak itu tak merasa geli dengan kodok. Apakah anak itu sudah gila? Sepertinya masa kecilnya kurang bahagia. Sebenarnya dia ini laki-laki apa perempuan sih? Meskipun aku laki-laki, namun aku merasa jijik melihat kodok. Argh, kenapa aku harus memikirkannya. Tak ada gunanya..

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang