14. Mulai

735 73 0
                                    

Aku ingin kau sekali saja menganggapku ada didunia ini, apa tak boleh?

-

Langkah kaki menggema di koridor sekolah. Gladys mengangkat kepalanya, ingin mengetahui siapa yang datang ke sekolah pagi- pagi selain dirinya.

Revanno.

Seketika, ingatan Gladys dipenuhi oleh kejadian- kejadian beberapa hari yang lalu. Revan melewati tubuhnya, entah tidak menyadari ada sepasang mata yang daritadi melihat ke dirinya terus atau dia memutuskan untuk tidak mencampuri segala urusan Gladys lagi.

"Revan." Suara itu dapat membuat tubuh Revan berhenti, tepat selangkah dari tempat Gladys berada.

Laki-laki itu menoleh kearah Gladys. Ia menaikkan kedua alisnya, kedua tangannya ia masukkan kedalam kantongnya.

"Ada apa?" Sekarang dahinya berkerut, bingung.

"Tolong aku." Gladys memandang Revan penuh harap. Sama persis seperti dulu, sama sekali tidak ada perbedaan. Tapi bedanya, sekarang Revan tidak merinding lagi.

"Lagi?" Tangan kiri Revan sekarang mengusap tengkuknya. Ia merasa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi.

Gladys mengangguk lemah. Rasanya tidak enak harus meminta tolong kepada laki- laki yang baru- baru ini dikenalnya. Tapi mau bagimana lagi, kejadian itu benar- benar mengganjal pikirannya.

"Tolong selamatkan hantu yang merasukiku," ujar gadis itu, sedikit pelan. Kerutan di dahi Revan semakin dalam. Matanya bergerak- gerak dengan liar.

"Maksudmu? Untuk apa aku menolongnya, dan juga bukannya kau benci dengannya?" Revan membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya. Sungguh, ia tidak tertarik dengan topik pembicaraan ini, apalagi jika berhubungan dengan makhluk tak kasatmata. Melihat makhluk itu saja sydah membuat hidupnya tak tenang.

"Iya, aku memang membencinya. Tapi, dia selamatin aku dengan mengobarkan dirinya. Aku harus bagaimana?" Gadis itu menggigit pelan bibir bawahnya. Tanpa mereka sadari, koridor sekolah sudah tidak sepi lagi.

Revan menghela napas. Melihat tatapan Gladys mampu membuat hati Revan luluh lagi untuk kesekian kalinya.

"Jadi, maksudmu, aku harus menyelamatkan hantu, begitu? Tak masuk akal."

Gladys menganggukkan kepalanya sekilas. Ia juga setuju dengan kata- kata 'tak masuk akal'. Tapi mau bagaimana lagi.

"Mau ya?"

Laki- laki itu diam mematung. Dipikirannya sedang ada pergulatan hebat.

♡♡♡

Makhluk tak kasatmata itu, sedang melihat kerumunan orang dengan tatapan kosong. Ditangannya terdapat selembar kertas kusam yang sudah hampir robek. Ia memejamkan matanya, berusaha menyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik- baik saja.

Perlahan tapi pasti, tubuhnya mendekati salah satu orang dan merasukinya. Seketika, jiwanya sudah berada ditubuh orang itu.

Leyla, yang sekarang sudah merasuki orang, mundur beberapa langkah. Matanya melihat kebawah, berusaha memastikan bahwa ia sudah merasuki orang.

Kakinya gemetar, selembar kertas itu masih ada pada pegangannya. Tangannya juga ikut gemetar. Rasanya matanya memanas, dan ada cairan bening dipelupuk matanya.

Ia melangkahkan kakinya pelan, menembus kerumunan orang didepannya. Sedetik kemudian, matanya sedang mengamati seorang laki- laki yang memiliki tubuh tinggi.

The Shadow [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang