➡1

751 49 4
                                    

"Prilly, mama kan udah pernah bilang sama kamu, jangan buat masalah lagi! Ini udah keberapa puluh kali mama dipanggil kesekolah gara-gara kamu ribut sama Ali! Mama tuh udah sabar tapi kamu nya cari masalah mulu!" Rima sudah sangat gerah dengan kelakuan putrinya ini, bahkan kakak Prilly yang cowok pun tidak senakal dia.

Prilly memutar bola matanya jengah, dia segera duduk di sofa yang disusul oleh mamanya. "Mama, aku baru pulang, capek" rengek Prilly.

"Capek mana sama mama yang tekanan batin terus ngadepin kamu! Astaga Prilly! Kamu udah besar!" Kali ini Rima memegang kepalanya, sangat pusing sekali mendapat kabar bahwa putrinya itu ada masalah lagi dengan anak sahabatnya, padahal baru tiga hari yang lalu mereka berbuat ulah dan orang tua mereka dipanggil sekarang melakukannya lagi. Ingat, tiga hari yang lalu. Astaga.

"Emang Prilly udah besar, siapa yang bilang Prilly masih kecil" gerutu Prilly.

"Badan lo yang kecil" ucap Rangga. Kakak kedua Prilly dari arah dapur. Prilly semakin menekuk wajahnya.

"Rangga diem ya" ucap Rima pada Rangga, Prilly pun tersenyum puas. "Dan kamu Prilly, jangan harap dapet uang jajan dari mama 1 minggu kedepan" kata Rima tak terbantahkan.

"Tapi ma-" belum sempat Prilly melanjutkan bicaranya, Rima sudah memelototkan matanya ke arah Prilly. Dan Prilly pun meluruhkan badannya lagi.

Seminggu gak ada uang jajan, yakali dikira gue gak ada uang apa. Let's see, mommy. Batin Prilly tertawa.

"Dasar unta sialan! Awas aja lo jatuh cinta sama gue! Gue sumpahin dari hati terdalam gue!" Ucap Prilly dengan gemas.

★★★

"Ali! Ini apa lagi?!" Teriak Hana-mama Ali- dengan frustasi. Ali hanya diam saja, dilangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil air minum dikulkas. Kepalanya panas, ia butuh sesuatu yang dingin.

"Ali dengerin mama nggak sih?!" Teriak Hana lagi yang mengekori Ali.

"Jangan teriak-teriak mah, kesehatan mama itu loh" jawab Ali santai lalu meneguk beberapa kali air minumnya.

"Kamu bisa ngomong kayak gitu? Tapi yang bikin kesehatan mama drop juga kamu! Gimana bisa!" Nada bicara Hana tidak turun 1 oktaf pun, masih di 8 oktaf menurut Ali.

Ali menatap mamanya sekilas, lalu segera beranjak dari dapur ke arah ruang keluarga. Entah kenapa kepalanya pening sekali, dan ditambah dengan suara mamanya yang indah itu. Ingin rasanya menjedorkan kepalanya sendiri ditembok. Hana duduk disebelah Ali, masih membawa surat pernyataan dari sekolah.

"Mama gak tau harus gimana lagi ngadepin kamu. Kenapa juga harus cari masalahnya sama Prilly, dia itu anak sahabat mama Li. Mama harus nyebut berapa kali sih ini" Hana pasrah, disaat seperti ini Ali malah menunjukan sikap tak pedulinya. Bahkan saat ibunya hampir kehilangan nafas gara-gara berteriak tadi dia malah pergi dengan santainya. Ali menuruni sikap Juna-ayahnya- dan lebih parah.

"Mama cukup ambil nafas terus buang, ambil lagi buang lagi, begitu seterusnya ya bu" mukanya bahkan sangat datar sangat mengucapkan kalimat itu. Hana bangkit dari duduknya dan memilih ke kamar untuk mengistirahatkan kepalanya.

Ali menghembuskan nafas kasar saat mamanya sudah berada dikamar.

"Dasar hamster sialan! Gue sumpahin dengan segenap hati gue ya lo bakal jatuh cinta sama gue!" Geram Ali.

★★★

"Kamu mama kirim ke Aussie aja ya sama Aunty Cammy?" Tanya Rima pada Prilly saat mereka berlima sedang makan malam. Prilly tersedak dan segera meminum air putih didepannya.

"Maksud mama?" Tanya Prilly tak mengerti. Dipadangilah kakak-kakaknya, Reza dan Rangga serta papanya, Tomi. Mereka mengangkat bahu tak acuh.

"Kamu. Tinggal. Sama. Aunty. Cammy. Di. Aussie. Mama. Udah. Capek. Ngadepin. Kamu" ditekannya kata perkata oleh Rima sambil mencondongkan badannya ke depan, ke arah Prilly.

Reza dan Rangga pun mendengus geli mendengar mamanya berbicara seperti itu, Tomi pun juga memandang Prilly dengan tatapan geli. Sementara yang sedang diberi tatapan itu pun menekuk wajahnya sambil melipat tangannya didepan dada.

"Gimana, mau?" Tanya Rima lagi sambil melanjutkan makannya.

"Mama nyuruh aku tinggal sama adek mama yang super centil dan galak itu? Big No!" Kata Prilly tidak terima.

"Kan enak dek disana, katanya mau dapet bule kan?" Kata Reza dengan menaik turunkan alisnya.

"Iya, terus kan kamu disana gak perlu sekolah. Disuruh bersih-bersih rumah, menabung, memainkan puzzle" sambung Rangga yang mendapat jitakan dari Reza.

"Dasar gila" gumam Prilly. Reza dan Rangga pun terbahak. Sementara mama dan papanya pun lebih memilih diam.

"Prilly mau keluar, males liat kakak-kakak tak berperasaan itu" ucap Prilly segera pergi dari meja makan.

"Mau kemana?" Tanya Tomi. Prilly berhenti dan menatap papanya.

"Kerumah Fani papaku sayangku cintaku" Prilly berlari berhambur kepelukan papanya. Nyaman sekali jika dia bersama papanya. Tomi membalas dengan mengusap punggung Prilly dan mencium kening anaknya itu lembut.

"Hati-hati, jangan nakal, jangan buat onar dirumah orang" kata Tomi setelah Prilly melepaskan pelukannya.

"Itu sih aku nggak janji ya pa, soalnya kan ya itu udah mendarah daging gitu, jadi ya gitu deh" ucap Prilly asal.

"Papa doang yang dipeluk, mama enggak?" Kata mamanya merajuk. Prilly terkikik pelan.

"Aku sayang sama mama" ucap Prilly memeluk erat Rima.

"Sayang kok bikin darah tinggi mulu" Prilly tertawa.

"Khilaf mah"

Prilly berjalan kearah Reza dan Rangga. Diciumnya pipi kedua kakaknya itu dan dipeluknya mereka erat-erat oleh Prilly. Bagaimanapun mereka kakak terbaik.

"Lo kecil-kecil super ya dek" ucap Rangga berakting kehabisan nafas. Reza menghembuskan nafas kasar, sementara Prilly memutar bola matanya malas.

Ya Tuhan, keluarga macam apa yang kau berikan padaku ini. Batin Prilly meringis.

Prilly berpamitan dan segera melajukan mobilnya kerumah Fani. Jalanan cukup lenggang, didalam mobil Prilly bersenandung. Ali mulai masuk dalam fikirannya. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika dia harus menjadi musuh anak sahabat mamanya sendiri. Itu bukan keinginan Prilly, lelaki itu yang mulai menggoda Prilly. Dan sialnya kenapa mereka harus satu sekolah terus menerus bahkan satu kelas. Ini seperti direncanakan.

Maka dari itu, setiap Prilly digoda Ali dia pasti akan selalu membalas lebih kejam. Sangat kejam. Saat Prilly melihat Ali saat itu juga Prilly merasakan tanduk muncul dikepalanya. Pernah sekali Prilly mencoba mengajak Ali berdamai tapi dengan santainya anak itu berkata, "Kita damai? Emang kita lagi ngapain? Orang nggak ngapa-ngapain ngajakin damai. Aneh" setelah itu Ali pergi meninggalkan Prilly yang kaget dengan apa yang diucapkan Ali. Prilly bersumpah serapah didalam hatinya.

Prilly troublemaker? Tentu tidak. Maksudnya ya itu bukan keinginannya, mungkin ini yang disebut orang dengan remaja yang sedang mencari jati dirinya. Tapi demi apapun, semuanya diluar kendali Prilly, ini mengalir sendiri dan ditambah dengan hadirnya Ali.

Sialan, Ali lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Double TroubleWhere stories live. Discover now