Red Angel

156K 2.9K 56
                                    

Mungkin karena Karen sangat mencintai buku ia bekerja di tempat yang biasanya dihindari wanita secantik dan semenarik dirinya. Ia sangat suka membaca buku, sangat menyukai dirinya yang dikelilingi oleh buku dan mencintai bau yang menyeruak dari buku yang halamannya sudah menguning. Oleh karena itu, ia bekerja di perpustakaan yang terletak di pusat kota. Untuknya bisa bekerja dengan hal yang paling disukainya di dunia adalah impiannya.

Sebenarnya ia menyukai semua jenis buku, ia membaca literature asing, sastra local maupun bacaan ringan seperti komik. Apapun itu asalkan bentuknya buku ia akan membacanya dan membiarkan dirinya terserap ke dalam dunia buku. Mungkin karena itulah di umurnya yang ke-26 ia masih belum juga menemukan pasangan, karena ia masih terperangkap fantasinya dalam dunia buku. Padahal dengan rambut merah dan tubuh langsing ideal semestinya ia bisa menjerat pria manapun dengan hanya menatapnya. Tapi, bukan berarti Karen tidak mendambakan cinta. Akhir-akhir ini ia sering mengunjungi segmen novel roman dan berlama-lama di situ dan membacanya dengan wajah memerah. Ia berkhayal ingin mempunyai kehidupan romantis seperti dalam novel-novel yang dibacanya. Apalagi di novel roman, tokoh pria-nya selalu pintar bercinta dengan segala teknik dan romantisme yang ingin ia rasakan suatu hari nanti.

Lalu ketika ia menemukan seseorang yang sedang tertidur di pojok perpustakaan, seorang pria lebih tepatnya dan pria yang sangat tampan, ia merasa hatinya berdebar. Suatu perasaan yang baru kali ini ia rasakan kepada seorang manusia, bukan tokoh-tokoh di novel romansa yang dibacanya. Wajah tidur pria itu terlihat kalem, bulu matanya panjang dan rambut coklatnya terlihat sangat lembut di bawah sinar matahari sore. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Karen melihat pria ini. Sebelumnya ia pernah melihatnya di lapangan parkir perkantoran yang terletak di sebelah perpustakaan.

Tiba-tiba mata pria itu membuka dan Karen dapat melihat warna biru luar biasa yang terpancar dari bola matanya. Ia terkesiap dengan wajah memerah, cepat-cepat ia melangkahkan kakinya, namun pergelangan tangannya tertangkap oleh pria itu.

"Akhirnya aku menemukanmu. Bidadari berambut merah-ku..." ucapnya lembut, membuat wajah Karen memerah sampai ke telinga. Ia berdiri dengan tetap menatap Karen dan tidak melepaskan pergelangan tangannya, jantung Karen berdebar sangat kencang hingga ia merasa ingin pingsan. Dan, jantung Karen benar-benar jungkir balik ketika pria itu mendekatkan wajahnya dan menanyakan namanya. "Namamu?" bisiknya lembut.

"Ka, Karen..." ucapnya dengan suara tercekat. Ia merasakan sesuatu bangkit dari dalam dirinya.

"Nama yang indah. Aku Neal..." ucapnya sambil mengelus lembut rambut merah Karen yang terjuntai sampai ke dada. "Aku tahu ini tiba-tiba, tapi aku selalu memperhatikanmu. Jangan kaget, tapi aku ingin menjadikanmu milikku..." ucapnya, mengecup punggung tangan Karen.

Wajah Karen memerah ia tidak tahu harus berbuat apa, tapi di sisi lain ia tahu gairahnya telah bangkit hanya dengan kecupan di tangan itu. Lalu dengan gerakan tiba-tiba, Neal menarik Karen ke dalam pelukannya, tubuhnya lunglai seketika ketika ia merasakan otot-otot kencang dari tangan yang memeluknya itu. Ia ingin terus di sini. Pikiran itu membuatnya tidak melakukan perlawanan apapun. Ia merasa Neal akan membawanya ke dalam satu petualangan yang tak akan ia lupakan. Namun, ia segera sadar bahwa mereka berada dalam perpustakaan dan melepaskan diri dari pelukan Neal.

Dengan gugup ia berkata, "Maaf, ini perpustakaan..."

"Perpustakaan yang sudah tutup maksudmu?" tanyanya dengan seringai kecil yang membuatnya terlihat semakin tampan. "Menurutmu, kenapa aku tidur di pojok ini?"

Karen benar-benar lupa bahwa sekarang sudah senja. Perpustakaan di pusat kota memang tutup jam setengah 5 dan hanya dibuka ketika ada pengunjung yang memerlukan data penting. Dan, hari ini adalah shift-nya untuk jaga malam. Ini berarti ia sendirian di sini, berduaan dengan pria yang sangat tampan ini. Wajah Karen memerah ketika pria itu kembali mendekatinya.

Library BluesWhere stories live. Discover now