Bagian 15 (Bad News)

11.2K 1.2K 145
                                    

VOTE dulu kek, ntar lupa :D

Happy reading :)

****

          Ognelion merupakan surga yang tersembunyi. Segalanya yang hidup di sini merupakan apa yang selama ini menjadi khayalanku. Aku seperti berada di negeri dongeng, menjadi seorang putri yang di kelilingi oleh banyak peri bersayap.

Udara sejuk dan tumbuhan yang begitu subur merupakan pemandangan yang sudah tidak asing lagi. Cuaca di sini selalu cerah, tak pernah ada hujan, meski tak ada matahari, langit mereka tetap memancarkan cahaya sendiri. Saat malam bintang memang tak terlihat, tetapi langitnya memiliki hiasan sendiri. Pada malam hari, langitnya berhiaskan serpihan-serpihan bubuk yang berkilau. Para peri penjaga malam akan menaburkan serbuk mereka di langit untuk menciptakan keindahan-keindahan bagi seluruh penduduk yang masih tersisa di sini. Serpihan itu berterbangan di langit, terkadang berkumpul membentuk beberapa benda yang unik.

Aku tak pernah bosan mengeluarkan kepalaku ke jendela dan melihat pemandangan langit indah Ognelion yang biasanya mampu membuatku mengantuk.

Tak kuhitung lagi sudah, berapa lama aku di sini. Hera menghitung, dia bilang ini sudah hari ke 74 aku berada di sini. Betapa aku tak percaya bahwa aku telah menghilang dari Voldent selama ini. Tak bisa kuketahui kabar mereka, aku benar-benar kehilangan koneksi. Di sini tak ada cara untuk membuka komunikasi dengan dunia luar, ralat, sebenarnya ada, tapi tidak digunakan untuk kemanaan Ognelion sendiri. Ognelion tak membuka sarana pemantauan apapun terhadap dunia luar, pengamatannya hanya sebatas apa yang terjadi tepat di atas Danau yang tak lain merupakan gerbang untuk membuka Ognelion. Hanya beberapa hari setelah aku menghilang, para prajurit dari Voldent seperti terlihat mondar-mandir di sekitar Danau, aku mengawasi mereka dari sini. Sebagian dari mereka menyelam untuk mencariku. Namun, itu hanya berlangsung beberapa hari.

Tak jarang aku bertanya-tanya sendiri tentang reaksi mereka setelah menemukan aku tak ada. Apakah mereka akan merasa kehilangan? Apakah Julian akan....?

Ah.

Kupejamkan mataku sejenak ketika bayangan Julian merasuk lagi ke dalam pikiranku. Sungguh. Awalnya, aku memang sangat kesal dan merasa dijebak oleh situasi ini. Aku marah pada Hera karena dia seolah memenjarakanku di sini. Namun, setelah aku sering berfikir lagi. Aku berubah pikiran.

Mungkin ada baiknya aku menghilang dari Voldent. Lagipula, terakhir kali Julian mengatakan bahwa akulah penyebab dari seluruh kekacauan yang ada di sana.

Masih kuingat jelas caranya menatapku. Kebencian dan kemarahan jelas terpampang dari bola matanya. Bahkan ia juga tak mempedulikanku saat aku menangis. Padahal, di detik-detik kehilangannya, aku selalu ingin menjadi penguat baginya. Aku ingin menghabiskan waktu bersamanya, menenangkan dirinya, membuatnya tersenyum, hingga ia tak larut dalam luka kehilangannya.

Sekali lagi aku menarik nafas berat, memandang keluar jendela. Belum kulepaskan mahkota yang ada di kepalaku, biasanya aku akan melepaskannya ketika aku ingin tidur. Entahlah, mahkota itu seperti memberiku rasa kepercayaan diri dalam memimpin Ognelion.

Suara ketukan pelan dari luar berhasil membuabarkan lamunanku. Aku mengernyit sebelum akhirnya berdiri pelan sambil memegangi perutku yang sudah semakin membesar ini. Rasanya aku seperti menenteng bola basket kemana-mana.

Kubuka pintu perlahan. Ada 3 orang guardian yang langsung memberi hormat padaku. Hera berada di tengah, Penelopia dan Cythera berada satu langkah di belakang Hera. Aku telah banyak menghafal beberapa mahluk di sini.

The Last SaverWhere stories live. Discover now