0.0 Prolog

168 9 1
                                    

"Diem nggak lo?!" Alika tak henti-hentinya berteriak jengkel kepada seorang cowok di hadapannya. "Diem, atau gue timpuk?!" Alika melepas sepatu di kakinya dengan gerakan secepat kilat. Lalu diarahkannya sepatu itu ke arah Davian yang kini hanya menatapnya bingung.

"Emang lo berani nimpuk gue?" Tanya Davian meremehkan. Davian tertawa kecil ketika melihat perubahan wajah Alika yang mendadak diam.

Alika menatap Davian dengan jengkel. Ia merutuki dirinya yang tak pernah bisa melawan perkataan Davian yang tak lebih dari tong kosong yang nyaring bunyinya. Atau seperti burung beo yang selalu mengoceh tanpa henti ketika mendengar kata-kata baru. Alika menggeram tanpa sedikitpun mengubah gerakan tangannya yang sudah berancang-ancang untuk menimpuk Davian.

"Gue nggak takut sama lo," desis Alika dengan penuh penekanan. Matanya menatap mata Davian lurus-lurus. "Gue nggak takut, Davian!"

Davian menghentikan tawanya. Alisnya terangkat sebelah, menatap Alika sarkastis. Cewek itu selalu bisa memunculkan sifat jahil dalam dirinya. Alika Savia Radianty, cewek cuek yang mampu membuat Davian merasa tertantang untuk memilikinya.

"Oh, ya?" Davian bersuara. "Lo nggak takut sama gue, Al?" Davian mendekat, maju selangkah dari tempatnya semula ke tempat Alika berdiri. "Lo nggak takut sama Davian Rakha Mahendra?" Davian maju lagi, selangkah.

"Berhenti, Davian!"

Bukannya berhenti, Davian malah menyeringai sambil terus melangkah mendekati Alika yang kini ketakutan. Raut wajah ketakutan Alika malah membuat dirinya geli sendiri. Persis seperti seorang psikopat yang menyukai garis ketakutan di wajah korbannya.

Lucu, batin Davian tersenyum.

Senyum itu ternyata menular ke wajah tampannya. Membuat garis ketakutan di wajah Alika berganti dengan raut kebingungan.

Tingkah Davian berbeda ketika bersamanya.

"Ngapain lo senyum-senyum? Hih," Alika bergidik geli sambil mengernyitkan alis.

Dan pertanyaan itu membuat wajah Davian kembali datar. Namun detik selanjutnya kembali menyeringai. Alika kembali waspada.

Davian kembali melangkah, kali ini dipercepat. Davian akan mengucapkan sebuah janji untuk Alika. Janji yang selalu dia ucapkan dengan keteguhan setelah beberapa bulan ke belakang selalu ribut dengan Alika.

Janji hatinya.

"L-lo mau ngapain?!" Alika berdesis ngeri ketika jarak Davian tak lebih dari tujuh senti meter. "D-dav," mata Alika seketika tertutup. Ia sudah tidak bisa berkutik karena posisi mereka sangat memberatkan Alika.

Davian tersenyum, wajahnya mendekat dan bibirnya ia arahkan ke samping kiri kepala Alika, tepat di telinganya. Davian berbisik, "Gue sayang sama lo, Al."

Dan Alika reflek membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali sampai akhirnya pandangan matanya tepat menatap Davian. Ke mata hitam berkilau milik Davian yang meneduhkan. Tatapan elang yang selalu menatapnya tajam, kini perlahan berubah menjadi teduh setelah mata itu bertemu pandang dengan mata cokelatnya.

"Dav,"

"Gue sayang sama lo, dan gue pastiin lo bakal jadi milik gue."

Myster-iousWhere stories live. Discover now