3. Troublemaker Is Davian

95 5 2
                                    

Caitlin Beadles as Alika

***
"Kenapa, sih?" Tanya Alika pada Nina yang menggedikan bahunya. Matanya menatap aneh ke orang-orang yang tertawa dan menatap sinis ketika berhadapan dengannya.

"Nggak tahu, Al. Tapi kayaknya anak-anak pada ngetawain elo deh." Ungkap Nina. "Dan juga nyinisin elo,"

Alika memutar mata, "Kalo itu gue juga udah tahu dari tadi, Ninaaa!" Ucapnya jengah. "Tapi seriusan deh. Ini pada kenapa? Ngeliatin gue seolah-olah gue tuh kayak orang paling aneh gitu,"

Nina yang kini sedang bermain ponsel kembali menggedikan bahunya. "Emang lo aneh kali,"

"Yeh, sembarangan!"

"Lucu ya, masa nggak mau bayar barang yang udah dibeli sendiri,"

Alika mengernyit ketika dua orang perempuan di depannya melihatnya sinis. Dan salah satu dari mereka menyindir seseorang dengan pedas.

"Iya. Kalo emang nggak punya duit mah nggak usah sok-sok ngeborong kali!" Yang satunya ikut menyahut dengan sorotan mata yang tertuju lurus-lurus ke Alika.

Ini mereka nyindir gue?

"Al, itu mereka kenapa ngomong gitu ke elo?" Tanya Nina yang Alika jawab dengan gelengan.

Nina aja sadar mereka nyindir gue. Tapi, emang gue ngapain?

"Gue nggak tau apa-apa, Nin. Tapi kayaknya ada yang nggak beres deh."

Nina mengangguk, menyetujui ucapan Alika yang memang ia juga merasakannya.

Mereka tetap berjalan di koridor yang disambut dengan tatapan sinis dan tawaan yang Alika tidak tahu apa maksudnya.

Tadi dua cewek itu nyindir gue kalo gue nggak bisa bayar? Emang gue beli apaan?

Alika terus berpikir sepanjang perjalanannya melewati koridor. Ucapan dua cewek tadi seolah membuat asumsi Alika kalau ada yang tidak beres semakin kuat.

Saat sedang sibuk berpikir, Alika tidak melihat ke sekitarnya hingga ia merasakan tubuhnya menabrak seseorang hingga ia terjatuh.

"Aduh!" Ucap Alika refleks ketika bokongnya mendarat dengan kasar di lantai. "Aduh, anjir, sakit banget." Lanjutnya sambil meringis kecil.

"Al, lo nggak pa-pa?" Alika menggeleng pelan tanpa melihat siapa yang sudah bertanya kepadanya. Ia terlalu sibuk meresapi rasa sakit dibokongnya. "Al, sakit banget apa?"

Alika mengangguk kecil, lalu sedikit tersentak ketika sebuah tangan terjulur ke arahnya.

Tangan cowok, Batin Alika.

Alika pun perlahan menoleh ke atas. Memperhatikan tubuh tinggi tegap seseorang yang tangannya masih terjulur ke arahnya, memberinya bantuan untuk berdiri. Namun, setelah melihat siapa orang tersebut, Alika membelalakan matanya.

"Davian?!" Teriaknya reflek. Merasa kaget karena tiba-tiba Davian mau membantunya.

"Iya gue," kata Davian dengan wajah bingung. "Lo kenapa kaget gitu, sih?"

"Eng-enggak," kata Alika gagap. Entah kenapa ketika melihat Davian, perasaannya jadi aneh.

"Ayo, Al." Kata Davian sambil sedikit menggerakan tangannya yang terbalut hoodie biru dongker yang kini terjulur ke arahnya. "Ayo gue bantu," Lanjutnya.

Dengan ragu, Alika menerima uluran tangan tersebut. Sesekali ia meringis ketika rasa nyeri di bokongnya terasa saat ia berdiri perlahan-lahan dengan dibantu Davian.

"Sorry ya, gue tadi buru-buru." Kata Davian sambil tersenyum.

Lah, tumben ini anak senyum.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 16, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Myster-iousWhere stories live. Discover now