part 4

16.5K 632 11
                                    

Happy reading :)) moga suka, jangan lupa vote dan commentnya, serah kalian mw comment apa, tapi jangan terlalu kasar, takut author nya baper :')

****

Bel pulang sekolah pun berbunyi, semua murid pun langsung bersemangat memasukkan barang-barang mereka kedalam tas, lalu keluar dengan berhamburan.

Kulihat Sinta menghampiri bangkuku "Dian gue duluan ya. Lo sama Rio kan?"

Aku mengangguk "Hati-hati" ujarku tersenyum. Semua kejadian di wc tadi tidak ada yang tahu, aku memang sengaja tidak ingin menceritakan kepada siapa pun.

Setelah itu Sinta pun pergi, meninggalkanku. Aku masih sibuk mencatat yang ada di papan tulis. Ya beginilah aku, udah gak terlalu pintar, lambat pula ngerjain tugas, nyatet aja lambat. Bahkan guru yang mengajari kami pun sudah keluar. Di kelas hanya tinggal aku dan Rio. Rio sudah jelas selesai dari tadi, mungkin dia hanya menungguku.

"Lo duluan aja, ntar gue bisa pulang pake ojek atau taxi" ujarku melihat Rio yang sedang memainkan ponselnya di sampingku.

"Aku mau nunggu kamu" ujarnya.

"Ngapain nunggu aku sih!"

"Na... Aku tau ada yang gak beres pas kamu habis dari toilet tadi"

Hah? Tau dari mana Rio? Jangan-jangan dia ngikutin aku lagi.

"Lo ngikutin gue ya" ujarku langsung menuduhnya. Sialnya Rio masih sibuk sama ponselnya, aku nya udah serius banget sambil liatin Rio.

"Rio!" Aku langsung merebut ponselnya.

"Aku gak ngikutin kamu,"

"Terus?"

"Aku sadar dari tadi sikap kamu beda, biasanya tiap aku usilin kamu, kamu bakal marah. Dan tadi kamu cuman cuek-cuek aja, terus juga sering melamun. Dari situ aku taunya. Nah jadi sekarang kamu cerita sama aku. Ada apa gerangan pacarku yang cantik ini jadi pendiam" lalu Rio mencolek daguku.

"Apaan sih, sejak kapan gue pacaran sama lo. Nembak aja lo kagak" ujarku kembali mencatat yang ada di papan tulis. Puyeng liatnya, kebanyakan angka sih. Ini lagi, yang di hitung itu yang gak masuk akal. Kapan apel jatuh lah, ngukur tinggi pohon atau bayanganlah. Ya Tuhan ini buat apa sihh?

"Kode nih ceritanya, lagian kita udah mau nikah, gak penting ada acara nembak-nembakan" ujar Rio dengan santai. Ia kembali mengambil ponselnya yang ku tarok di meja ku tadi

Dasar Rio tidak pekaa!!! Aku cewek bukan kambingg!!

Aku tidak membalas perkataannya lagi. Terserah dia! Lagian kalau dia nembak, seribu persen bakal aku tolak! Tapi rada nyesek sih pas Rio bilang kayak tadi. Eitss bukan berarti aku sakit hati karna cinta yang kayak di novel-novel biasanya. Aku cuman ngerasa kayak kurang di hargai aja. Iya kayaknya cuman karna itu. Au ah, gak penting juga bahas ini.

"Jadi kamu gak mau cerita nih" Rio kembali merayuku dengan mengelus pipi kananku.

"Ini pipi kamu merah kenapa?" Tanya Rio. Rio kelihatan panik. Aduh, aku baru ingat, itu kan bekas tamparannya Lidya. Massa iya sih masih kelihatan.

"Hahaha, lebay kamu. Jadi tadi pas di wc itu aku jatuh karna lantainya licin, terus pipi aku kena lantai, jadi merah deh. Tapi tenang udah aku bersihin kok" ujarku berbohong. Bahkan saking gugupnya aku, tanpa sadar menggunakan aku-kamu. Yoweslah, kali aja dia luluh dan gak nanya macam-macam lagi.

Married 17 [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang