Kembali

96 10 0
                                    

"Ya. Dimana Peter?" Stuard ikut-ikutan.

Christ mendesah keras. Ia menundukkan kepalanya. Tak terlihat wajahnya. Aku mengerutkan kening, mengakibatkan semua menoleh kearahku.

"Aku mau jujur," ucap Stev disambut kelegaan di hatiku. "Saat koma...aku memimpikannya. Ia bilang bahwa aku akan baik-baik saja, lalu ia selalu menyayangiku, dan ia juga minta maaf tidak menjadi kakak yang baik—"

"Maaf?" Yang Teragung Saha memototng. "Kakak? Peter adalah kakakmu?"

Stev mengangguk. "Hanya dia satu-satunya orang yang memanggilku Steven. Walaupun itu menjengkelkan."

"Oven," desis Elvino disambut cekikikan kecilnya.

Stev langsung menepuk-nepuk pundak Elvino. "Kau masih ingat itu."

"Aku memanggilmu Steven di penjara dulu," ucap Ben.

"Oh berarti kau juga. Tapi menurutku, lebih sering Peter."

Yang Teragung Saha langsung melirikku. Pundakku terangkat. Tidak tau harus berkata apa.

"Memangnya Peter menyebalkan?" tanya Yang Tercantik Ara. Memberiku waktu berfikir bagaimana cara menceritakan semua.

"Menurutku, dulu ia menyebalkan. Karena ia sombong dan memerintah dengan angkuh. Aku tidak suka." Kemudian Stev menundukkan kepalanya. "Tapi sekarang aku benar-benar merindukannya."

"Aku juga," sambung Lyla. "Bagaimana pun juga ia tetap temanku dan...Raja yang patuh."

Kini Yang Tercantik Ara yang melirikku. Aku belum menemukan ide!

"Dia tertusuk pedang perompak."

Aku membuka mata lebar. Elvino berhasil menjawabnya. Diikuti aliran air mata yang jatuh perlahan. Aku menganggapnya wajar. Ia mungkin merasa sangat bersalah.

"A-apa?" Lyla bergertar. "Maksudmu El?"

"Chintya," Stev menoleh kearahku, "jelaskan kepada kami."

Christ mendongak menatap arah lain. Aku bisa melihat matanya yang memerah.

"Baik dengar," ucapku menarik nafas panjang. "Tapi aku ingatkan kepadamu Stev. Ia sangat sangat sangat menyayangimu. Walaupun kau membencinya."

"Ya. Aku tau," sahut Stev.

"Ini salahku... hiks..." Elvino menangis sejadi-jadinya. Levin dengan segera merangkulnya.

"Kita tidak akan..menyalahkanmu, El," Christ kembali menundukkan kepalanya.

Kini kepalaku serasa berputar. Angin topan ada di dalam otakku. Membuat pusing yang sangat hebat.

"Kami menemukan El di Kota Senja. Dan kami menyuruhnya ikut. Dia mempelajari terbang menggunakan Jubah Terbang dengan ceroboh. Sampai ia terjatuh di kapal bajak laut. Kapal yang sama seperti kalian jumpai."

Aku menundukkan kepala. Menyembunyikan air mata yang mulai terlihat. "Banyak perompak. Peter tidak bisa diam, ia bilang 'tunggu disini aku akan menyelamatkan dia.' Tapi saat aku menyusul, banyak sekali perompak dengan otot mereka. Peter tidak bisa melawan ratusan perompak yang berotot. Ya dia kalah. Lehernya dihadang pedang salah satu perompak. Aku...bilang 'Kalian curang satu melawan ratusan.' Tapi aku malah ditertawakan. Mereka ingin aku menjadi ibu mereka dengan hadiah...Peter dibebaskan."

Another World Sahaara LandWhere stories live. Discover now