5. Thunder

4.8K 423 22
                                    

Pertama, orang itu akan menyukaimu. Sebagai tandanya akan kuberikan petir.

Kedua, dia mulai nyaman denganmu. Sebagai tandanya akan kuberikan badai.

Ketiga, dia mulai mencintaimu. Sebagai tandanya akan kubuat dia mati.

***

Aku menyentakkan mejaku ketika petir itu menyambar tiang listrik. Hingga hampir membuat minumanku dan punya Aiden tumpah.

Itu dia tandanya. Tanda yang selalu berhasil membuatku ingin menangis jika bisa. Ku keluar dari kafe menuju beranda. Hujan deras masih melanda.

Aiden terlihat bingung. "Ada apa Lisa? Kau terlihat pucat." Aiden ingin menyentuhku tapi langsung kutepis dengan tanganku.

"Jangan sentuh aku! Aku ingin pulang." Aku terus melihati tiang listrik yang terbakar itu sementara orang-orang juga mulai keluar ke beranda.

"Baiklah akan kuantar kau pulang." Aiden mengatakannya dengan sabar.

"Tidak! Aku akan pulang sendiri dan ini tidak bisa dibantah."

Aku memakai hoodie ku lagi yang tadi sempat kulepas dan memakai tudungnya. Sambil terus berjalan menjauh, aku mendengarkan suara hujan yang turun.

***

Aku merasa sangat lelah ketika terbangun di pagi hari. Sepertinya aku terkena demam karena terkena hujan semalam. Badanku sangat panas. Untungnya hari ini hari minggu, jadi kutarik kembali selimut ku.

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi ketika kubangun untuk yang kedua kalinya. Aku pergi ke dapur dan mengambil air hangat dan obat penurun demam. Kutelan dengan cepat obat itu.

Kulihat ponselku, ada sebuah pesan baru dari orang yang kuberi nama Aiden stalker.

Apakah kau baik saja? Mengapa  tidak ingin kuantar?

Aku sedang tidak mood membalasnya. Jadi hanya kuletakkan kembali ponselku di nakas.

Hari ini aku bermalas-malasan di kamar. Aku ingin melupakan semua hal yang terjadi kemarin. Mulai dari pertarungan ku dengan Jack sampai petir yang menyambar tiang listrik di dekat kafe.

Pikiranku sangat kusut. Jadi ku nyalakan plasma tv ku. Aku cari channel mtv untuk menonton teen wolf.

Entah mengapa aku sangat suka menonton movie series ini. Ada werewolf, monster dan mahkluk aneh lainnya.

Selama ini aku belum pernah bertemu mahkluk-mahkluk aneh seperti itu. Mungkin karena mereka harus merahasiakan tentang diri mereka seperti aku, atau hanya aku yang berbeda di dunia ini. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka ada. Karena buktinya ada aku di dunia ini.

***

Hari bersekolah sama artinya aku bertemu dengan Aiden.

Memikirkannya saja aku sudah muak. Kenapa sih hidupku tak pernah tenang? Tapi aku tetap berangkat ke sekolah.

Orang- orang mulai membicarakanku ketika aku lewat.

Pasti karena kejadian kemarin. Pikirku.

Aku memutar bola mataku. Ya ya bicarakan saja aku sesuka kalian karena ketika kalian mati nanti aku masih hidup. Ujarku dalam hati.

Memikirkan hal itu membuat tertarik sudut bibirku. Tersenyum.

Aku menghindar dari Aiden sepanjang hari ini tapi tertangkap juga ketika aku sedang makan siang. Aiden duduk disampingku.

Dia tersenyum dan menyapaku. Seakan-akan kemarin tidak terjadi apa-apa dan aku bersyukur karena itu.

Aiden menusuk daging ayam nya dan memakan nya. Dia lagi-lagi tidak bicara apa-apa, hanya memakan daging ayamnya dan melihatiku. Dia terus tersenyum. Kurasa dia sudah jadi orang sinting, sekarang. Aku ingin sekali pindah tapi bagaikan terhipnoptis aku tetap duduk disana sambil meminun es green tea ku.

"Foto saja. Jika kau ingin terus melihatku. Aku tidak keberatan." aku membuat Aiden menyadari bahwa aku telah menyindirnya.

"Ehmm maaf. Aku terpana."

Hah? Terpana. Pujian macam apa itu. Dramatis sekali!

Angin menerpa rambut Aiden yang pirang kecoklatan itu. Ya ampun, dia terlihat sangat tampan. Walaupun aku tak punya perasaan, aku masih bisa membedakan orang tampan dan yang tidak, jahat dan tidak.

Akhirnya aku melesat secepat mungkin ke lorong setelah makan siangku selesai. Akhir-akhir ini aku semakin terlatih untuk berlari.

Aku berharap untuk saat ini, orang-orang yang banyak ini dapat melenyapkanku dari Aiden dan itu berhasil. Aku merasa kerumunan ini semakin sesak.

Dengan cepat tanganku disambar seseorang. Aku tahu itu bukan Aiden karena Aiden masih di belakangku tadi. Cowok ini berambut hitam dan berbadan tegap.

Lalu dengan gerakan yang secepat kilat dia menciumku tepat di bibir.

Ciuman pertama ku!

Dan tak jauh dari sana Aiden menatap kami.








-

Sekali lagi maaf kurang panjang ceritanya.

Makasih untuk vote dan komennya. Yang nambahin cerita aku ke reading list kalian dan yang follow aku. Thanks

Immortal SoulWhere stories live. Discover now