CHAPTER 4

180 20 0
                                    


Januar terbangun dengan kepala yang amat pening. Ia teringat kejadian saat preman-preman itu menusuknya tanpa ampun. Namun aneh, tubuhnya terasa ringan dan segar. Ia tak pernah merasa sesehat ini sebelumnya. Januar meraba lukanya dan ajaibnya, luka itu kini menghilang tanpa bekas.

Januar bangkit dan nyaris terlonjak melihat kengerian yang ada di sekelilingnya. Ia ada di dalam sebuah rumah. Darah terciprat di dinding-dindingnya dan ia juga bisa melihat mayat-mayat bergelimpangan di lantai.

Mayat para penghuni rumah ini.

Di depannya tampak seorang wanita cantik tengah duduk sambil memperhatikannya.

Januar ingat benar siapa wanita itu. Ia adalah wanita yang ditolongnya di gang tadi. Namun ....

"Kau? Makhluk apa kau ini?" tanya Januar. "Aku melihatmu membunuh dan menghisap darah orang-orang itu." Anehnya, ia sama sekali tak merasa takut dengan keberadaan perempuan itu.

"Namaku Juliana Beaugerard." gadis itu tersenyum, "Tentang siapa-kah aku ini, kurasa kau sudah tahu."

"Vampir." bisik Januar. "Ya Tuhan, semua kegelapan ini ... kau memanfaatkannya ..."

Gadis itu kembali tersenyum, "Kau hebat. Kau adalah orang pertama di kota ini yang menyadarinya."

Juliana beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arahnya dengan langkah yang anggun. Januar langsung mundur.

"Cahaya adalah musuh kami. Kami hanya bisa makan ketika malam tiba. Namun seringkali, itu juga bisa beresiko. Karena itu, kami hanya bisa berpesta pora pada saat-saat seperti ini ... saat kegelapan melingkupi dalam waktu yang lama ..."

Januar tiba-tiba mendengar sesuatu. Degup jantung. Bukan detak jantungnya sendiri, namun orang lain.

Ada orang lain di ruangan ini.

Januar menunduk dan melihat seorang gadis menatapnya dengan wajah ketakutan. Selama ini ia bersembunyi di balik sofa.

Januar kembali mendongak ke arah Juliana, berharap ia tak menyadari kehadiran gadis itu.

"Apa yang kau lakukan pada orang-orang di rumah ini?"

Juliana tertawa, "Salah mereka sendiri mereka tak mau pergi saat ada perintah evakuasi. Darah mereka sangatlah lezat. Bahkan rasanya darah yang berdesir di nadi mereka seakan memanggilku ke rumah ini. Darah anak-anak mereka lebih lezat ketimbang orang tuanya."

"Kau ... kau membunuh semuanya?" Januar tampak geram.

"Ada satu bayi di belakang. Tentu saja aku tak menghisap darahnya. Aku masih menaruh belas kasihan kepadanya," Juliana menatap pemuda itu sambil menyeringai, "Aku membunuhnya dengan cepat sehingga ia tak merasakan sakit sedikitpun."

"Kau biadab!!!"

Juliana tertawa terbahak-bahak.

"Lalu kenapa kau tidak membunuhku?" Januar beruaha mengalihkan perhatian Juliana, sambil memberikan kode pada gadis yang tengah bersembunyi itu untuk segera kabur.

"Entahlah, aku juga tak tahu. Yang jelas aku sudah menyelamatkan nyawamu. Satu-satunya cara agar kau tidak mati adalah membuatmu hidup abadi."

"Apa ... apa maksudmu?" Januar mulai khawatir.

"Seperti kau tahu, gigitan vampir dapat mengubah mangsanya menjadi vampir juga."

Januar terkesiap, "Aku ... aku tak sama seperti kau!!!"

Juliana kembali menyeringai, "Benarkah?"

Dengan gerakan secepat kilat, Juliana segera menangkap gadis yang tengah bersembunyi itu, lalu menggorok lehernya dengan kukunya.

CITY OF ASHES: PART ONEOnde histórias criam vida. Descubra agora