CHAPTER 1

374 26 0
                                    

Juliana menatap mayat-mayat hidup berjalan itu. Mereka memang vampir baru, namun di bawah kendali Nino, mereka terlihat seperti zombie.

"Inikah pasukan barumu untuk menemukan Darah Suci?" cibir Juliana, "Kurang meyakinkan bagiku."

"Kurasa ini lebih baik bagiku, ketimbang membangkitkan seorang pemuda tampan yang sama sekali tak memiliki kesetiaan. Kemana dia sekarang? Menemui pacar lamanya?"

Juliana merasa tersindir.

***

"Kau ..." jerit Lana,"Kau yang melakukan ini semua, Jan? Kau yang membunuh orang tuaku?"

"Tidak, Lana!" Januar berusaha membela diri, "Bukan aku! Aku baru saja sampai di sini! Aku mengikutimu sampai ke sini ..."

Namun itu tak menghentikan jeritan histeris Lana. Tba-tiba Januar merasakan tembakan panah yang mengenai punggungnya. Tubuhnya langsung terasa terbakar. Vervain yang masuk seakan ikut bersirkulasi bersama darahnya, membakar sekujur tubuhnya.

Januar langsung tersungkur, sementara Shandi menarik Lana keluar dari rumah itu.

"Lana ... kumohon ..." Januar berusaha menggapai gadis itu, "Bukan aku pelakunya ..."

***

Damia menjatuhkan tubuh vampir tak berkepala itu ke atas meja otopsi.

"Ini mayat vampir pertamamu, Eca! Manfaatkan untuk mencari tahu kelemahan mereka!"

Aisyah Jawas, mahasiswi kedokteran muda yang biasa dipanggil Eca itu, hanya menatap hampa tubuh itu. Kemudian gadis berjilbab hitam itu segera bekerja mengambil sample dari jenazah itu.

Diapun mengamatinya di bawah mikroskop dan merasa terkagum-kagum.

"Apa yang kau temukan?" tanya Damia.

"Darahnya bereaksi secara violently denganvervain. Kita benar, vervain memang melumpuhkan mereka, sama seperti efek racun pada tubuh kita. Dan hmmmm ... menarik sekali."

"Ada apa lagi?"

"Aku menemukan leukosit yang mengandung drum stick di sini, padahal fitur itu hanya ada dalam darah perempuan. Berarti dia memang menghisap darah karena tubuhnya tak mampu menghasilkan darah sendiri. Ia menggunakan darah orang lain untuk menyirkulasikan sari makanan dan oksigen dalam tubuhnya."

"Ah, berarti mereka bernapas. Bagus, berarti mereka sama seperti manusia, bisa dikalahkan."

"Aku takkan buru-buru mengatakan demikian," kata Aisyah sambil meneliti sampel lainnya, "Berdasarkan pengamatanku, daya regenerasinya teramat tinggi. Rasanya mustahil kita membunuhnya kecuali dengan menonaktifkan jantung atau otaknya, yang merupakan organ paling vital bagi kehidupan."

"Bahkan dengan vervain?"

"Vervain memang bisa melukainya, namun luka itu akan cepat sembuh, tergantung konsentrasi vervain yang kita berikan. Namun tetap takkan mampu membunuhnya."

"Lalu," tanya Damia yang diam-diam kagum akan kecerdasan gadis itu, "Apa kau sudah tahu mengapa mereka bisa berubah menjadi vampir?"

"Aku butuh lebih banyak sampel untuk menyimpulkannya, namun aku menduga: virus. Itu akan menjelaskan mengapa mereka bisa dilukai dengan peluru perak, sebab perak adalah logam oligodinamik yang dapat mengacaukan sistem enzim virus. Kurasa merkuri akan jauh lebih efektif, sayangnya sifatnya juga beracun bagi kita"

"Virus?" tanya Damia heran. Ia selalu mendengar vampir itu semacam hantu, namun sekarang virus? Ia benar-benar tak menduganya.

"Virus itu akan membajak inti sel dan mengubah DNA host-nya, tentu saja dengan tujuan untuk mereplikasikan diri mereka sendiri. Mereka akan meningkatkan jumlah telomerase dalam sel, menjelaskan mengapa mereka bisa hidup abadi."

CITY OF ASHES: PART TWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang