CHAPTER 4

134 20 0
                                    

"Darah Suci." bisik Foo dalam tidurnya. "Mengapa nama itu sangat penting hingga tiga dari saudara kita pun mati karenanya."

"Tugas mencari Darah Suci ini mulai membuatku muak." kata Nino, "Bila kutemukan, akan langsung kubunuhdia. Aku tak peduli lagi apa kata Pangeran Kegelapan."

"Bersabarlah Nino, justru kau bisa memanfaatkan Darah Suci untuk membawamu ke tampuk kekuasaan."

"Apa maksud Tuan Foo?" Nino mulai tertarik.

"Buktikan bahwa kau bisa menangkap Darah Suci sebelum Juliana, maka Pangeran Kegelapan pasti akan mengangkatmu sebagai penggantiku."

"Lalu dimanakah Darah Suci itu, supaya saya bisa segera menangkapnya?"

Foo mulai berkonsentrasi.

"Dia ada di tempat yang tak ingin kau kunjungi."

***

"Apa yang kau inginkan untuk kuramal?" tanya Nabila sambil menata kartu tarotnya di atas meja secara terbalik.

"Aku menyukai seseorang," tanpa sadar Lana melirik ke arah Shandi yang tengah bercakap-cakap dengan Dokter Citra. "Namun ... aku juga memiliki seorang sahabat. Tetapi ia telah berubah ... berubah menjadi seseorang yang tak aku inginkan. Aku bingung ... mereka berdua senantiasa melindungiku. Akan tetapi aku hanya bisa memilih salah satu."

"Apa yang hatimu inginkan?"

"Yang kuinginkan adalah tak menyakiti satupun dari mereka. Namun sepertinya itu mustahil. Apa ... apa aku harus mundur dar keduanya?"

"Ambillah tiga kartu. Kartu-kartu ini akan menjelaskan tentang takdirmu."

Lana menurutinya dan mengambil tiga kartu secara acak.

Nabila membuka kartu pertama. Kartu "Judgement".

"Kau benar. Kau sedang di ambang antara dua pilihan yang sama beratnya. Namun jangan khawatir, kartu ini akan mengatakan bahwa pada akhirnya nanti, pilihan yang akan kau buat sangatlah jelas."

"Lalu apa arti kartu kedua?"

Lana tersentak melihat kartu kematian, namun Nabila hanya menjawab dengan santai.

"Jangan khawatir. Kartu kematian tak selamanya berarti buruk. Kartu ini berarti kelahiran kembali. Entah, mungkin kelahiran hubungan yang baru. Yang pasti akan terjadi suatu perubahan. Namun kelahiran baru ini selalu dimulai dengan pengorbanan. Jika kau tak mau berkorban, maka kau akan kehilangan sesuatu yang sangat kau cintai."

Lana tak begitu paham apa yang ia maksudkan, namun ia tetap penasaran akan arti kartu ketiga.

Ketika Nabila mengangkatnya, wajahnya tampak terkejut; jauh lebih terkejut ketika ia menemukan kartu kematian.

"Seven of swords, astaga ..." bisiknya.

"Apa artinya? Apakah itu buruk?"

Nabila hanya menatapnya, "Ini berarti pengkhianatan."

***

Fino tengah bercakap-cakap dengan Mala ketika ia melihat suatu titik di luar jendela.

"Ada apa Fino?" tanya Mala.

"Ada sesuatu menuju ke sini."

***

Lana keluar dari kamar Nabila dan berjalan menghampiri Shandi. Namun tiba-tiba Kanti menggamit lengannya.

"Astaga, Kanti!" Lana mengelus dadanya, "Kau membuatku kaget. Ada apa?"

"Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu, Lana! Ini penting!"

CITY OF ASHES: PART TWOWhere stories live. Discover now