Chapter 23

8.1K 1K 16
                                    

Baby's breath 23

.

Awan badai memenuhi langit dengan cukup cepat semalam, menghalangi pemandangan langit yang seharusnya berwarna merah muda, oranye dan ungu. Baekhyun juga tahu dia sedang berada dalam masalah, saat dia membuka ponselnya untuk menemukan ibunya telah menghubunginya enam belas kali dengan selang hanya beberapa menit. Dia menyerah dalam mencari alasan yang bagus, jadi dia memutuskan untuk tidak menjawab panggilannya (membayangkan menghadapi ibunya yang murka, kalau dia pulang).

Saat cuacanya mulai berubah suram, orang-orang membubarkan diri dan rumah itu terabaikan kecuali untuk seorang wanita tua yang masih duduk di beranda, mengipasi dirinya dengan sebuah gulungan tebal koran.

"Kau harus tinggal untuk semalam, hujannya akan awet sampai besok."

Baekhyun mendongak, tangannya masih menggenggam tangan Chanyeol, lalu mengangguk pelan. Dia hanya dapat berterima kasih walaupun dia benar-benar berusaha terdengar tulus kepada wanita tua yang telah menunjukkan mereka kebaikan hatinya. Dia berbeda dari orang-orang yang cepat menilai dan menuduh bahwa Chanyeol gila, walaupun dia tidak banyak mengatakan sesuatu pada mereka semenjak Baekhyun menemukan Chanyeol di sana.

Dilihat dari ketenangan di sekitarnya, dia juga menebak bahwa wanita itu atau siapapun belum menelepon polisi, tetapi ia tahu situasinya bisa saja berbeda besok pagi.

Untuk waktu yang lama, Baekhyun duduk di dalam kegelapan bersama Chanyeol, tak mengindahkan betapa lelah dan laparnya dia karena takut Chanyeol akan terbangun dan dia akan melewatkannya dengan melakukan sesuatu yang lain seperti tidur atau makan. Dia ingin Chanyeol bangun dan mengetahui bahwa saudaranya berada di sana secara jasmani, bukan untuk sementara waktu saja, hanya dapat dijangkau oleh kata-kata dan harapan pahit akan hari esok yang bisa saja tidak akan datang. Dia ingin Chanyeol tahu bahwa dirinya dicintai bahkan saat dia tertidur, karena dia tidak begitu menerima Chanyeol saat ia sudah besar.

Ada banyak sekali hal yang belum sempat Baekhyun katakan dan ia berharap ia punya banyak waktu untuk memberitahunya, bukan di atas kertas melainkan bertatap muka. Saat Chanyeol tertidur lelap, Baekhyun mengulang kata-kata itu di pikirannya, masih kekurangan keberanian untuk mengatakannya walaupun waktunya sudah sangat tepat.

Aku merindukanmu. Hidup terasa bosan tanpamu. Aku minta maaf atas semua yang sudah kulakukan padamu dan apapun yang mungkin saja kulakukan di masa depan. Aku sangat bahagia karena kau adalah saudaraku, Park Chanyeol.

Dia bahkan tidak menyadari bahwa wanita tua itu telah pergi ke kamarnya untuk tidur, rumah kecil itu hanya punya satu kamar yang cukup luas untuk dua orang. Dia terlalu larut dalam pikirannya. Baekhyun tidak ingin memindahkan Chanyeol dari beranda, terutama karena cuacanya sejuk dan lantainya cukup hangat untuk membuat mereka tetap nyaman.

Baekhyun menghela napas dan beristirahat di samping Chanyeol, menggunakan lengannya sebagai bantal sedangkan tangan yang lain menarik selimut ke dada Chanyeol yang bergerak naik dan turun perlahan. Dia pikir Chanyeol mungkin saja sedang bermimpi indah karena dia dapat melihat sekilas senyuman di wajahnya, tapi Baekhyun memutuskan untuk tidak membayangkannya. Mengenal Chanyeol, hal itu bisa menjadi apapun karena dia tahu Chanyeol kadang tersenyum pada sesuatu yang paling aneh dan acak.

Kondisi mental Chanyeol itu seperti anak-anak; dunia adalah tempat yang terbaik untuknya daripada untuk orang-orang lain seusianya dan Baekhyun menghargai cara berpikir yang seperti itu sekarang. Sebelumnya, dia menganggap bahwa Chanyeol tidak dewasa, tapi sungguh, Chanyeol telah mengajarkannya tentang hidup lebih dari apa yang ingin ia ketahui.

Baekhyun pikir, Chanyeol itu luar biasa. Dia mengetahui sedikit, tetapi mengetahui banyak hal, dan menyadari itu sekarang, Baekhyun lebih merasa seperti seorang bocah di hadapan Chanyeol. Dia ingin Chanyeol memeluknya, meyakinkannya, menjadi tiang penyangganya, menuntunnya pulang dalam kegelapan, berada di sampingnya saat dia mengungkapkan isi hatinya.

Baby's BreathWhere stories live. Discover now