duapuluhtiga

6K 485 103
                                    

Uwowwowowoowowo author kambekkkk *readers nyerbu author *readers nyerang author *readers gampar author *readers bantai author *readers kabur....

Eh jangan wkakakak

Selamat membaca. Makasih buat yang masih setia nunggu, i lop u somuch:')

-----------

"Mine," (dibaca mine)

Terdengar suara gadis kecil merengek memanggil nama seseorang. Sedangkan seseorang yang dipanggil hanya cuek dan tetap sibuk dengan dandelion yang bertebaran tersapu angin.

"Mine, liat, ini ada cairan merah. Aku gak tau ini apa," Gadis berumur 5 tahun itu bersuara lagi. Berusaha tetap mengalihkan perhatian seseorang dari kesibukannya.

"Jangan ganggu dulu, Liv. Aku lagi liatin dandelion,"

Gadis itu terdiam. Ia hanya memperhatikan anak laki-laki yang berumur sama dengannya itu dari jarak yang cukup dekat. Hanya 7 langkah kakinya.

"Tapi ini rasanya sakit, perih, cairan merahnya gak mau hilang, padahal udah aku bersihin." Gadis kecil itu makin membrontak, membuat anak laki-laki tersebut sedikit jengkel dan akhirnya mengalihkan pandangannya ke gadis itu.

Anak laki-laki itu kemudian bangkit dari yang awalnya jongkok, ia menghampiri gadis kecil itu sambil meraba saku celananya.

"Kamu berdarah. Gak usah nangis, aku gak suka liat temen aku nangis." Anak laki-laki itu pun kembali terjongkok, mengelap air mata yang sudah melembabkan pipi tembam gadis tersebut dengan lembut. Setelah selesai dengan air mata, kemudian anak laki-laki itu beralih ke darah yang keluar dari siku si gadis .

"Ini kenapa kamu bisa jatuh? Makanya kalo main itu hati-hati,"

Gadis itu hanya nyengir. "Iya, soalnya aku baru inget kalo aku bakal diajak pergi jauh banget sama Papa. Dan aku mau ngajak kamu pulang sebelum sore."

Seketika kegiatan anak laki-laki itu terhenti sesaat setelah mendengar pernyataan yang keluar dari sahabatnya ini. Pikirannya mulai berkelana kemana-mana. Membuat gadis kecil nan manis itu kebingungan.

"Mine, ayo pulang!" Gadis itu langsung berdiri semangat, meraih tangan anak laki-laki itu yang masih menegang. Anak laki-laki tersebut masih sibuk dengan pikirannya.

"Mine?--"

"Lepasin!" Anak laki-laki itu langsung menepis pegangan gadis kecil. Menatap gadis kecil dengan tatapan nyalang. "Kalo kamu pergi, aku disini sama siapa? Kamu janji, kan, bakal nemenin aku? Siapa yang mau nyemangatin aku buat ke rumah sakit lagi?"

Gadis itu tertawa renyah. "Oh, kamu ngambek sama aku? Ih, kata mama gak baik ngambek-ngambek tau. Apalagi kamu kan anak laki-laki."

Anak laki-laki itu hanya terdiam kaku. Entah mengapa, air kehangatan yang ada di hatinya kini berubah menjadi dingin, saking dinginnya sampai air itu menggelut hati dan perasaannya hingga membeku.

"Kata Papa, perginya cuma sebentar. Dan bakal balik lagi buat nemenin Mine." Gadis itu menenangkan, hendak meraih tangan anak laki-laki itu, namun ia menghindar.

"Gak! Aku udah denger percakapan Papa kamu dan Papa aku. Kamu pergi sampai bertahun-tahun, Liv. Kamu gak akan bisa nemenin aku," wajah anak laki-laki itu langsung memerah. Giginya bergemeletuk.

Gadis kecil itu hanya terdiam. Terlihat sekali wajahnya kebingungan, ia bahkan tidak mengerti apa yang dibicarakan anak laki-laki ini.

Dan tanpa aba-aba, anak laki-laki itu langsung berlari menjauh meninggalkan area danau dan juga gadis itu. Membiarkan gadis itu berteriak dan menangis sekencang-kencangnya. Dan anak laki-laki tidak mempedulikan itu.

Someone NewWhere stories live. Discover now