🦋 6. What It Is

453 134 87
                                    


Sudah satu jam Luisa melamun menggali-gali pikirannya. Namun segalanya mentok dan stuck. Ia tak ingat apa yang terjadi selama tujuh tahun terakhir pada hidupnya.

Denofa yang sedari tadi cuek membaca buku pun akhirnya mulai jenuh. Beberapa menit terakhir, ia mulai memperhatikan gadis itu.

'Apa yang sedang dilamuninya?' Denofa penasaran. 'Apa sebaiknya aku menanyakan asal-usulnya? Setidaknya bila ia tak ingat alasannya bunuh diri aku bisa tau dari mana ia berasal,' pikirnya. Jadi, ia bisa menjelaskan pada ibu dan ayahnya mengenai Lisa ketika mereka kembali ke villa ini nanti malam.

"Ehem!' Denofa mendehem untuk memulai pembicaraan. "Jadi, kau tinggal dimana?"

Lamunan Luisa terbuyarkan. Ia menoleh pada lelaki itu sambil menggeleng. "Aku tidak tau."

Alis Denofa bertaut sedetik. "Maksudku, sebelumnya kau tinggal dengan siapa?"

"Aku tinggal dengan nenekku," jawab Luisa singkat.

"Oh, begitu. Nenekmu dimana sekarang?" sahut Denofa mengingat-ingat detil tentang kehidupan gadis itu.

"Dia sudah meninggal. Saat aku berumur dua belas tahun," pungkas Luisa dengan nada lirih.

Denofa turut prihatin mendengarnya. "Lalu, setelahnya kau tinggal dengan siapa?" Ia lihat, fisik gadis ini sudah tumbuh dewasa. Artinya gadis itu pasti memiliki keluarga lain atau seseorang hingga sekarang.

"Aku tak tau," singkat Luisa. Lagi-lagi membuat Denofa bingung dan heran.

"Maksudku, setelah nenekmu meninggal, kau dimana? Oke ... mari kuperjelas, sebelum kau ke jurang kau tinggal dimana?" Denofa sudah mulai kesulitan menghadapi gadis ini.

"Tidak ingat. Sudah kubilang aku tak tau." Nada Luisa terdengar sedikit meninggi.

Denofa semakin bingung dan tak tau apa maksud gadis ini. 'Mengapa ia selalu menjawab tidak tau? Lama-lama gadis ini menyebalkan juga ya,' batinnya, sedikit bete.

"Nenekku sudah meninggal saat aku berumur dua belas tahun, setelahnya rumah nenek digadaikan dan jatuh ke tangan rentenir," jawab Luisa seakan mengerti akan kebingungan Denofa. "Setelahnya aku tak ingat sama sekali. Aku tak tau apa yang terjadi di diriku setelah itu."

"Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Denofa.

Luisa menggeleng. "Aku bahkan tidak ingat mereka. Yang kuingat hanyalah nenekku yang menjadi bagian dari masa kecilku."

Lagi, Denofa prihatin dengan keadaan gadis ini. "Jadi setelah tinggal dengan nenekmu kau tak ingat apapun lagi?"

Luisa agak lama terdiam. Dia terlihat berpikir dan mengingat lebih keras lagi, namun akhirnya dia menyerah. "Dari aku berumur dua belas tahun, hingga sekarang sembilan belas tahun, aku sama sekali tak ingat apa yang telah terjadi pada hidupku. Dimana aku tinggal. Dengan siapa diriku hidup, apakah aku bersekolah dan memiliki teman ... sumpah aku sama sekali tak bisa ingat."

Denofa berusaha mencerna potongan-potongan kalimat yang dilontarkan Luisa. "Kau jangan main-main, Luisa."

"Untuk apa aku bercanda!"

"Aku serius, Luisa!"

"Aku juga serius, Denofa!"

Keduanya sama-sama terdiam setelahnya. Sama-sama memikirkan satu hal ... bahwa gadis itu mungkin saja mengalami amnesia dan trauma.

"Sudah kubilang aku tak ingat! Kau tau ... saat ini kepalaku rasanya ingin pecah!" teriak Luisa dengan frustrasi.

"Maaf tapi aku benar-benar tak mengerti maksudmu. Aku benar-benar bingung." Denofa merendahkan nada suaranya.

"Jangankan dirimu. Aku sendiri bingung dengan diriku," ucap Luisa tampak tertekan.

"Sepertinya kau hilang ingatan, Luisa." Denofa menyimpulkan. "Atau kau masih belum sepenuhnya pulih."

"Kuharap aku bisa mengingatnya." Mata Luisa penuh emosi menyiratkan kalau dia memiliki banyak pertanyaan pada dirinya sendiri.

Terus terang, baru kali ini Denofa berhadapan langsung dengan orang yang amnesia, lebih tepatnya orang yang kehilangan sebagian memorinya. Dia pikir kejadian ini hanya ada dalam film-film atau buku novel saja. Dia benar-benar masih belum percaya.

"Denofa, menurutmu, kenapa aku bisa sampai punya niat bunuh diri, ya?" Luisa membuyarkan lamunan Denofa.

"Aku rasa, semua ini pasti ada kaitannya dengan memorimu yang hilang, Luisa," pikir Denofa.

Luisa mengangguk pelan. "Kurasa kau benar. Ada hal yang terjadi lebih kurang selama tujuh tahun terakhir yang membuatku pergi ke tebing itu, dan memutuskan untuk bunuh diri."

~o0O0o~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE SPLENDOR [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang