Bab 3 Absurd

7.7K 332 21
                                    

"Jadi Pa Chris, disini tertera kalau kamu hanya tamat sekolah menengah di sekolah yang entahlah saya juga tidak tahu dimana itu. Katakan padaku, kemampuan apa yang kamu punya disamping aspek pendidikanmu?" Ucap pewawancara kerja yang sedari tadi menatapku dengan hina.

"Um.... Saya bisa menggambar pak. Gambar saya lumayan bagus lho pak."

"Ini bukanlah perusahaan komik. Dengan referensi yang seperti ini, aku hanya bisa menempatkanmu di bagian pembersih yang dimana kami tidak butuhkan. Sebaiknya anda coba lagi nanti." Ucap pria yang bernama Henry ini sambil mengembalikan CV-ku dan 'mengusirku' secara resmi.

Begitu keluar dari gedung, aku bingung setengah mati. Ini adalah perusahaan ke 6 yang aku datangi dengan berjalan kaki karena uangku sudah habis dan aku masih belum menemukan pekerjaan. Tadinya aku harap perusahaan periklanan ini mau menerimaku, tapi sebaliknya. Dia bahkan menolakku dengan hina.

Disaat seperti ini, setidaknya aku harus bekerja apapun asal aku bisa makan dan membayar sewa, tapi sepanjang aku berjalan di kota aku tidak bisa menemukan lowongan pekerjaan apapun bahkan pelayan atau pencuci piring sekalipun. Rencana untuk menjual susuku juga tidak berjalan dengan baik karena susuku tidak memiliki merek atau kode registrasi pemerintah.

Harapanku musnah ketika perjalanan kakiku berakhir di apartemenku. Aku masuk ke apartemenku sambil membantingkan tubuhku di sofa dengan lemas dan kelaparan. Aku belum makan pagi juga siang kecuali minum susu dan sekarang sudah pukul 15:12.

Sambil meringkuk memegangi perutku, aku memandang ponselku dan mempertimbangkan untuk menelpon Ibu atau tidak. Rasa lapar dan harga diriku berperang di dalam diri sampai suara kerukan pintuku membuat pertarungan itu di pause.

Sejenak aku kira itu adalah Om Derek yang (mungkin saja) berbaik hati memberikanku makan, jadi aku segera menggunakan tenaga terakhirku untuk membuka pintuku.

"Hei! Menemukan tempat yey ini rempong bana! Walaupun temong eyke sudah melukis petong dan eyke menggunakan GPS tetap saja eyke nyasar." Ucap seorang wanita bersuara pria yang ternyata adalah waria.

Waria ini begitu jelek ketika dia melepaskan kaca mata hitamnya lalu memandangku dengan genit.

"Yummy!! Eyke gak ngirang kalau Daddy Dee itu brondong Amand@ macem gini...." Ucapnya genit. Dia merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan setumpuk uang yang banyak di hadapanku.

"Langsung ejong sayang, eyke harus cepetan balik ke arisan tante-tante binal lainnya. Hihihihi." Mendengar suara tawanya membuatku merinding.

Tanpa ba bi bu lagi, waria ini mendorongku jatuh ke sofa dan langsung membuka celanaku.

"H-hei! Tunggu dulu!" Aku panik setengah mati ketika ada waria diatasku dan sedang membuka celanaku.

"Hahaha eyke suka dengan sitik perlawanan! Eyke kasih bonus ye?!" Ucapnya sambil mengeluarkan setumpuk uang lagi dan menaruhnya di dadaku.

"Yang kanua perlu ya... cum for me baby!" Dan dengan itu, kejantananku dilahapnya.

Astaga! Ini gawat! Tapi ini nikmat!! Astaga ini salah, tapi menguntungkan!!

Hisapan waria ini semakin intens ketika jari panjangnya memijat buah zakarku juga bagian perineum. Tektur lembut juga rasa hangat dari mulutnya membuatku semakin terbuai dalam nikmat.

"Ini salah! Ini salah!" Aku bergumam dalam hati. Tanganku hendak mendorong kepala waria, tapi ketika aku melihat tumpukan uang di dadaku, logika dan moralku mulai bertarung.

Sayangnya moralku tidak pernah menang. Logikaku mengatakan kalau saat ini aku butuh uang untuk bertahan hidup dan membayar sewa. Lagipula, aku akan menggunakan uang ini sebagai modal aku bertahan hidup. Cuman sekali.... Sekali saja....

Neighbor Love on!Where stories live. Discover now