Part 1

1K 56 5
                                    

"Profesor, pasien di ruang 203 kejang lagi."

"Tambah dosis suntikannya, dan campur dengan 3 mili serbuk obat bius."

Suara teriakan bercampur dengan geraman mesin dan alarm. Ditambah lagi dengan langkah kaki yang bergema di sepanjang lantai, diikuti dengan suara letupan-letupan entah apa. Seperti biasanya - kacau.

"Profesor Akashi, kami perlu substansi baru untuk serum di bilik 9. Apa kami perlu membuka lemari kaca-"

"Tidak, jangan buka lemari kaca. Gunakan sisa CIF3[1]. Rak ke-3 di sebelah kanan."

Tanpa berinisiatif untuk menciptakan kontak mata dengan para pekerjanya, Akashi Seijuuro masih saja berkutat di depan laptop.

Ada hal lain yang harus ia prioritaskan.

Jemarinya bergerak lincah di keyboard, sementara manik heterochrome terus tertuju ke layar.

DNA fusion: 0 result(s) found.

Processing: FAILED

You are currently unable to connect with your search. Please try again.

.

.

WHEN SCIENCE MEETS LITERATURE
Kuroko no Basuke ©Tadatoshi Fujimaki
Story ©Kaizumi Ayame
[Akashi x Female!Kuroko]
Tag: Scientist!AU, Author!AU, Adult!AU, romance, cliffhanger

.

.

Sebagai seorang ilmuwan yang merangkap sebagai pemilik laboratorium ini, sudah menjadi tugasnya untuk menemukan inovasi baru - penemuan baru yang bahkan belum pernah dibayangkan oleh manusia sebelumnya.

Namun seberapa absolutnya dia, Akashi tetaplah seorang manusia. Kegagalan tetap saja terjadi - walaupun tingkat kemungkinannya jauh lebih rendah dibandingkan yang lain.

Tangan kanan terangkat untuk memijat cuping hidungnya, berusaha meredakan sakit kepala.

"Masih berusaha, rupanya?" suara berat Midorima Shintarou menyela.

"Tentu saja," ujar Akashi tenang. Kehadiran Midorima yang seolah tiba-tiba sama sekali tidak membuatnya terkejut. "Gagal selama beberapa kali itu bukan berarti mustahil. Mungkin ada yang salah di sistemnya, atau kesalahan-kesalahan kecil yang dibuat oleh pekerja lainnya."

Khas Akashi, tidak pernah mau mengakui kalau dirinya salah.

"Apa perlu bantuan dari timku?" sang kolega menawarkan diri. "Kebetulan departemenku belum kejatuhan terlalu banyak tugas."

Akashi memutar kursinya, menyejajarkan kontak mata dengan Midorima. "Kukira tidak perlu. Bawahanmu sudah cukup sibuk sekarang," ia menggerakkan dagunya ke arah salah satu sudut laboratorium. "Pasien yang kejang itu pasienmu, kan?"

"Ya. Imunnya mulai bertransformasi."

"Maksudmu 'organnya'," Akashi mengoreksi.

"Bukan." Midorima menggeleng. "Imun. Daya tahan."

Alis Akashi bertaut, meragukan fakta. "Memangnya hal itu mungkin?"

"Setidaknya jauh lebih mungkin daripada organ tubuh yang bertransformasi."

"Shintarou, aku serius."

"Aku juga."

Kedua pasang mata saling membelalak dengan ekspresi intens, sebelum suara dering telepon memecah konflik.

When Science meets Literature [AkaxFem!Kuro]Where stories live. Discover now