Bagian 3

28.3K 1.3K 173
                                    


            Taehyung masuk ke apartemennya dan melihat sepatu namdongsaengnya sudah ada di rak, itu berarti ia sudah pulang. Taehyung pun melangkah menuju kamarnya. Setelah menaruh tasnya, ia keluar kamar dan hendak menuju dapur.

"Dari mana saja kau, Jeon Taehyung?" Taehyung disambut oleh suara datar milik Jungkook yang sepertinya baru selesai mandi sedang bersandar di pintu kamarnya.

"Oh, Jungkook! Kau mengagetkanku. Aku baru saja dari suatu tempat."

"Dengan Jimin? Hingga larut malam seperti ini?" Jungkook mencebik. "Bagus sekali."

"Tidak! Jimin hanya menemaniku. Aku butuh udara segar. Mungkin ini karena tugas yang menumpuk." Taehyung melirik jam dipergelangan tangannya. "Lagipula ini baru pukul tujuh malam, mungkin kau sering melihatku pulang pukul tujuh sebelumnya. Baiklah, aku ingin kedapur dulu."

Saat melewati Jungkook, ia ditarik dan didorong ke dinding. Taehyung meringis. Jungkook menaruh tangannya di samping kanan dan kiri kepala Taehyung, mengurung dirinya. Sorot matanya mengintimidasi Taehyung. Mata Taehyung membola. Kaget? Tentu saja, apalagi seorang Jeon Jungkook yang sekarang sedang mengukungnya. Taehyung tidak berani untuk hanya sekedar mendongakkan kepala.

"Hyung, apa kau tidak mengerti juga hah? AKU DISINI HYUNG!" Taehyung memejamkan matanya saat Jungkook berteriak.

"Aku mencintaimu hyung, sungguh," Ucap Jungkook lirih. "Tidak bisakah kau membalas sedikit saja perasaanku?"

"Tidak, tidak bisa. Aku ... tidak bisa. Kumohon jangan memaksaku. Masih banyak yang lebih baik dariku. Masih banyak orang-orang yang berharap kau balas cintanya. Mianhae," Taehyung menjawabnya dengan sangat lemah, seperti sebuah bisikan.

Jungkook mematung. Hatinya seperti ditimpa ribuan batu yang membuat napasnya sesak. Persendiannya kaku seketika. Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Jungkook menggeleng dan mencengkeram lengan Taehyung.

"Hyung, tatap aku." Taehyung masih setia menundukkan kepalanya. "TATAP AKU, JEON TAEHYUNG!!" Perkataan Jungkook seperti perintah yang membuat Taehyung seketika langsung mendongakkan kepalanya, bertubrukan dengan onyx sekelam malam milik Jungkook yang mempesona. Membuatnya nyaman hanya dengan menatap mata itu, tapi kali ini ditambah dengan kilatan kemarahan sekaligus kekecewaan.

"Katakan padaku, katakan padaku sekarang juga kalau kau tidak mencintaiku!" Taehyung menggeleng lemah. "Aku ... aku tidak bisa ... aku tidak sanggup mengatakannya."

Jungkook tersenyum, senyum yang sangat lembut "Aku tau. Aku tau itu hyung. Jadi kumohon, jangan lihat yang lain. Hanya lihat aku saja. Aku mencintaimu hyung, lebih dari cintaku pada ibu dan ayah yang tega meninggalkan kita. Hanya aku yang boleh menggenggam tangan ini. Hanya aku yang boleh menyentuh wajah ini. Dan..." Pandangannya terpaku pada bibir semerah darah dan semanis cherry itu, yang kini telah dirasakan oleh orang lain. "...hanya aku yang boleh merasakan manis bibir ini."

"Ta-tapi Jungkook ... kita bersaudara, lahir dari rahim yang sama. Ak-aku ... aku takut Jungkook." Dan liquid itu menetes dari manik indah Taehyung.

"Aku tidak peduli. Kau hanya milikku hyung. Tidak boleh ada orang lain yang menyentuhmu. Kumohon untuk kali ini saja, jangan pedulikan orang lain. Pikirkan perasaan mu hyung. Aku tau kau juga mencintaiku." Tegas Jungkook dengan sebelah tangannya membelai lembut pipi chubby Taehyung.

"Iya! aku juga mencintaimu, sangat. Lebih dari yang kau tau. Aku ingin memberitahumu dari dulu, tapi aku takut merusak persaudaraan kita. Aku takut kau malah memandang jijik ke arahku. Aku menahan terlalu lama perasaan ini Jungkook. Aku lelah." Dan akhirnya semua sudah keluar dari bibir Taehyung. Jungkook tau hyungnya ini akan menjelaskannya cepat atau lambat. Ia tersenyum. Ternyata Taehyung lebih menderita daripada dirinya. Ia pun membawa Taehyung ke pelukannya. Membiarkan Taehyung meluapkan emosinya yang namja itu tahan selama ini.

You Are Mine, Hyung!Where stories live. Discover now