Jeff The Killer : Triumph of Devil IV

1.5K 129 22
                                    

Theo? Theo yang meneleponnya malam itu? Tidak, itu jelas bukan suara Theo! Namun bagaimana si pembunuh bisa menelepon menggunakan telepon genggamnya?

Ia masih ingin mempercayai sahabat lamanya itu, namun kini tak ada seorang pun yang bisa ia percayai. Jessica, Mark, Brian, Theo, bahkan Leo... Tak ada jaminan bahwa pelakunya bukan seseorang di antara mereka. Ia masih mencoba memanggil nomor Theo dan tiba-tiba ia mendengar suara dari kejauhan. Suara ringtone. Ini ringtone milik Theo, sebuah soundtrack anime, Jenna sangat mengenalinya. Jenna segera berusaha mencari asal suara itu.

"Theo! Theo!" panggilnya. Namun ia terperanjat begitu melihat asal suara tersebut. Sebuah sumur.

"Oh tidak! Kumohon... Jangan Theo..." Jenna memberanikan diri mendekati dan melongok ke dalam sumur itu. Suara ringtone itu jelas sekali bergema dari dalam sumur tua tersebut. Jenna menjerit ketika melihat punggung Theo tampak mengapung di dalam sumur tersebut.

***

Jenna membuka matanya dan melihat Leo menatapnya dengan cemas.

"Leo... Di... Dimana ini?"

"Ini di ruang tamu rumahmu. Aku yang membawamu ke sini. Kau pingsan tadi. Ibumu sangat cemas..."

"Bagaimana kau menemukanku?"

"Aku mencarimu kemana-mana. Aku benar-benar khawatir, apalagi setelah yang terjadi pada yang lainnya..." Jenna baru tersadar pemuda itu menggenggam tangannya selama ia pingsan.

"Theo!" tiba-tiba Jenna teringat kembali pengalaman yang membuatnya pingsan

"Theo! Apa dia masih hidup? Kita harus menolongnya!"

"Theo? Memangnya apa yang terjadi padanya?" Leo tampak tak mengerti.

"Theo? Apa kau tak melihatnya di dalam sumur?"

"Sumur? Tak ada apapun di sana, Jenna. Apa maksudmu Theo sudah..." Tubuh Jenna langsung lemas. Hal ini terjadi kembali. Mayat Theo kini juga telah menghilang. Tak ada bukti sama sekali yang tersisa. Pertama Jessica, Mark, Brian, dan sekarang Theo. Apa yang sebenarnya terjadi, Jenna tak habis pikir. Dan kini ia tak sanggup lagi menahannya. Ia pun menangis di pelukan Leo.

"Tak apa-apa, Jenna..." Leo menepuk punggung gadis itu.

"Semua akan baik-baik saja..." Dan diam-diam ia menyelipkan sebutir pil ke dalam minuman gadis itu.

***

"Apa yang terjadi dengan rumah sakit jiwa ini?" Liu terheran-heran melihat gedung megah itu kini sebagian telah hangus.

"Dibakar oleh salah satu pasien yang kabur. Katanya pasien inilah yang dibunuh oleh Jeff..."

"Pasien RSJ jelas bukan mangsa favorit Jeff.  " Liu memandangi gedung itu dengan mata berair.

"Ada apa? Sepertinya kau punya kenangan dengan tempat ini..." tanya Marshall.

"Dulu pernah ada gadis yang... Ah, sudahlah! Jadi di sini kau pikir Jeff bersembunyi?"

"Tak ada tempat lain yang lebih bagus. Semua polisi yang ada di tempat ini sudah memenuhi bekas rumah kalian dulu dan daerah di sekitarnya. Tak mungkin Jeff bisa kembali ke sana tanpa ketahuan..."

"Kau memang hebat, Marshall!" puji Liu.

"Ingat! Tetap berada di dekatku oke? Aku tak mau kau mati dalam penjagaanku..." Dan mereka berdua pun masuk ke dalam gedung terbengkalai itu.

***

MALAM HALLOWEEN SEBELUMNYA

Jenna berjalan ke depan televisi sambil membawa popcorn yang baru saja ia keluarkan dari microwave. Ia hendak membenamkan dirinya ke atas sofa dengan semua DVD film horor yang dipinjamnya. Ia menghindari pesta Halloween yang diadakan oleh teman-temannya New Davenport High. Berbeda dengan remaja Amerika pada umumnya, Jenna sangat membenci pesta. Ia lebih suka menghabiskan waktu sendiri. Biasanya ada Theo yang menemaninya. Theo membenci film horor dan Jenna tahu ia sangat tersiksa jika harus melihatnya. Namun Theo selalu saja bersabar dan setia menemaninya hingga film berakhir. Tapi kini hubungan mereka agak renggang. Theo tak pernah lagi datang ke rumahnya. Mungkin ini salahnya. Jenna sendiri yang sengaja menjauh. Ia tak ingin seisi sekolah mengira mereka berpacaran. Lagipula, Jenna sedang jatuh cinta dengan orang lain.

[1]Creepypasta Story[END]Where stories live. Discover now