Ah!

15 1 0
                                    

Preteteteteett! Sudah sembilan kali hari ini aku mendengarnya. Knalpot sialan! Apa orang-orang itu tidak tahu bahwa hal itu bodoh? Bunyinya lebih jelek daripada kentut. Bayangkan! Knalpot!

Aku bangkit dari kursi lalu masuk ke dalam rumah. Ayah sedang menyeruput kopi dengan nikmatnya dan Ibu memasak pisang goreng di dapur. Aku selalu berpikir. Mengapa bukan Ayah yang memasak pisang goreng? Ah! Masa bodoh, toh itu bukan urusanku.

Aku melanjutkan langkahku mengikuti pikiranku untuk kembali ke dalam kamar dan membaca. Tiga buku sudah aku lahap hari ini. Yang pertama itu... Ah! aku hampir saja lupa! Aku angkat hapeku, kumasukkan nomor, kutekan tombol telfon.

Hobiku bukan membaca, aku tidak suka membaca. Membaca bukan hal yang aku senangi. Membaca bagiku itu seperti makan, bila perlu aku lakukan, bila tidak aku tinggalkan, bila enak terus saja. Dibuang? Sayang.

Aku punya sebuah perpustakaan kecil, kamu tidak akan mengira. Perpustakaanku kecil bukan karena isinya sedikit. Tapi, memang kecil. Sangat kecil. Terletak di dalam... Ah! Lagi-lagi mengkhayal.

Aku tertawa, muak sudah aku dengan khayalan muluk teman-teman. Mau jadi dokter, pilot, dosen, guru, presiden, montir, pemulung, burung garuda, pegasus, putri dayung, kerbau sawah, Anoman, Sokrates, Descart... Eitts! Pokoknya khayalan muluk.

Menuangkan pikiran ke dalam tulisan tidak semudah membaca tulisan orang. Pikiranku cetek, dangkal, tak berbahaya, kotor, penuh kotoran, bau, tak mengalir, bodoh. Menyesalkah? Tidak. Buat apa menyesal? Menyesal hanya untuk orang-orang bodoh.

Dusta panjang.

Bukan bermaksud sok pintar, sok kriptis, sok puitis, sok-sokan.

Tapi memang sok...

PikirWhere stories live. Discover now