Caesar's Bride
BAB ISuara tapak besi kuda yang menyatu dengan lantunan roda-roda kereta kencana melewati jalanan setapak di pinggir hutan. Beriringan beberapa prajurit dengan baju besi zirah menunggangi kuda berjalan tersusun rapi berdampingan bersama kereta kencana yang berjalan lebih dahulu didepan.
Lekukan tanah yang berbatuan membuat roda-roda kereta berjalan tak seirama.
Hanya beberapa kali lonjakan kuat yang berhasil membuat kereta kencana bergoyang tak seimbang, namun sungguh Valleah harus bersyukur karenanya ia bisa menahan rasa kantuknya yang telah berada di ambang batas.
Mengantuk. Leah mengusap pipinya yang masih terasa dingin sekali lagi. Matanya memerah, terasa begitu lelah, ia mengusap bawah matanya perlahan setelah kereta yang ia tumpangi berlalu melewati gelapnya terowongan dan sekarang tengah berjalan di pinggiran hutan.
Seraya mendekati kaca jendela dari tempat duduknya, gadis itu menyampirkan gordent jendela kereta yang berwarna kecoklatan perlahan lalu menatap jendela yang mulai berembun setelah air embun dari dedaunan hutan yang terjatuh dan menggantung di jendela mencair diterpa mentari yang telah menurun.
Leah mendekatkan wajahnya ke jendela yang tertutup lalu tercenung, mendengarkan suara burung-burung kenari yang mengalun dari pepohonan hutan pinus yang rindang setelah kereta melewati jalur terowongan barusan.
Menaiki kereta mengingatkannya akan perjalanan panjangnya dari Senan menuju Alexandria. Butuh waktu hampir tiga hari untuk melakukan perjalanan dari negaranya menuju Alexandria, jika saja ia tidak berangkat menggunakan kereta dari negara tetangga dalam satu benua dengan negaranya, Senan.
Pada zaman dahulu Senan merupakan negara yang terisolasi, karena lokasinya yang dikelilingi pegunungan, hutan pinus dan sulit dijangkau. Ditambah lagi cuaca bersalju yang terjadi di Senan membuatnya menjadi salah satu tempat yang menerima salju paling banyak di benua Wiland.
Berbeda dengan negara tetangganya, Alexandria yang tidak pernah mengalami musim salju. Alexandria adalah negara tropis yang sangat makmur dengan pertanian dan pertambangannya yang kini sangat maju.
Namun kini akses jalan menuju perbatasan menjadi lebih mudah setelah dibangunnya jalan yang menghubungkan Senan dengan tetangga sebelahnya Alexandria.
Jalan itu melewati pegunungan, namun perjalanan tidak mengitari gunung melainkan menembus gunung. Gunung-gunung dibobol dan dibuat terowongan untuk jalan, akses untuk keluar-masuk negara kecil Senan.
Diantara pegunungan mengalir sebuah sungai panjang dengan jalanan yang jika dilewati oleh kuda dan kereta biasa akan memakan waktu hingga berhari-hari lamanya. Sepanjang pinggiran sungai terdapat beberapa daerah datar perbukitan dan pemukiman kecil para imigran yang tersebar di dekatnya.
Setelah beratus-ratus tahun lamanya perang dingin yang terjadi antar dua negara membuat para imigran memilih untuk tidak menatap di negara manapun. Semuanya masih sama bahkan setelah beratus-ratus tahun lamanya. Konflik masih terus terjadi walau tidak menjadi berita utama untuk kedua kerajaan beberapa tahun belakangan.
Remang-remang sinar mentari yang telah meninggi memasuki celah-celah pepohonan menyinari kaca jendela kereta yang berair setelah embun hutan yang menempel di kaca jendela perlahan seakan mencair. Leah tercenung cukup lama ketika kereta berjalan keluar dari hutan pinus yang rimbun.
Melewati jalanan gundukan tanah yang berbatu membuat kepalanya terasa pusing dan sungguh ia mengantuk karena hari ini ia sama sekali belum memejamkan matanya untuk tertidur walau matanya sangat lelah.
Leah menghela nafas, menggerakkan kepalanya sedikit ketika merasakan lehernya yang terasa begitu kaku. Ia sama sekali tak bisa bergerak dengan leluasa setelah memasuki kereta kencana ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caesar's Bride
Romance"Pada hari dimana kau mengucap janji menjadi pengantinku, mulai saat itu kau adalah milikku." Hari itu, Valleah, putri dari kerajaan kecil Senan mengetahui tujuan hidupnya adalah menikah dan menjaga perdamaian antara negaranya, Senan dan negara Ra...