[18] The Pitiful Spectator

4.5K 491 20
                                    

Ye Rin POV

Aku berjalan gontai menuju Infires Cafe. Malam ini begitu dingin dan alangkah sialnya aku terjebak di tengah hujan deras tanpa ada kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya. Beginilah akibatnya, aku berjalan menembus cuaca dingin yang menusuk sukma di malam yang gelap ini.

Aku membuka pintu dengan lemah, menimbulkan suara karena knop pintu dibuka. Kulihat Oppa tengah membereskan beberapa barang ke dalam tasnya, mungkin sebentar lagi ia akan kembali ke apartemennya.

"Ye Rin! Apa yang terjadi padamu?" Tanya Oppa sambil melihat penampilanku yang sudah tak layak dikatakan manusiawi. Rambutku sudah berantakan dan basah, satu kancing kemejaku sudah terbuka dengan kemeja yang basah dan kusut, heels yang patah dengan kaki yang sedikit lecet.

"Mengapa kau begitu bodoh?! Kau kan bisa menyuruh oppa menjemputmu." Kata oppa dengan nada meninggi.

"Aku tak apa, oppa. Kau pulanglah dulu, aku akan beristirahat dulu.." ucapku lemah, berusaha mengontrol nada suaraku agar tidak bergetar. Aku sudah menahan isak tangis sekuat mungkin di depan Oppa .

"Tapi Ye-"

"Aku tak apa, Oppa. Pulanglah dulu, aku ingin tidur." Ucapku sambil memaksakan sebuah senyum tipis. Dalam hati, aku menertawakan diriku sendiri karena masih bisa tersenyum di saat hati ini sudah meronta-ronta kesakitan.

Aku lekas ke kamarku dan mengunci pintu. Aku langsung jatuh terduduk di dalam lantai, isak-isakan tangis yang sudah kutahan sejak tadi pun keluar tanpa diperintah. Bibirku gemetar, kedinginan.

Aku memeluk diriku sendiri di lantai yang dingin. Aku begitu bodoh, menyerahkan hatiku pada seorang pria yang masih terjebak dengan masa lalunya. Lalu apa yang dapat kulakukan? Aku hanya bisa menatap mereka dari kejauhan, bahkan menyentuh ujung rambut mereka pun aku tak sanggup.

Aku sudah memikirkan hal ini beberapa kali, mungkin saja Tae Hyung sedang berusaha berkelut dan bebas dari masa lalunya. Aku menghibur diri sendiri dengan kalimat itu, tapi aku bertanya pada diriku 'apa-yang-bisa-kuharapkan' , bahkan untuk sekedar berharap pun aku tidak berani.

Aku tahu ini tidak akan mudah, bahkan kami baru saja memulainya. Aku ingin menjadi kuat, aku ingin tetap bersamanya, tapi pada akhirnya aku hanya bisa terdiam dengan tubuh yang kaku seperti patung dengan mata yang berkaca-kaca. Ya, itulah aku!

Di film-film yang sering kusaksikan, jika mereka mengalami kejadian yang sama denganku, maka mereka akan langsung mendatangi meja itu, menampar si orang ketiga dan menangis meraung-raung dengan makian. Atau mungkin lebih parah, mereka akan menuangkan minuman yang ada di meja ke atas kepala mereka, membasahi wajah mereka.

Tapi, bagaimana denganku? Aku seperti seorang anak kecil yang tak berdaya. Pada akhirnya, aku hanya bisa menangis, meratapi apa yang terjadi hari ini dengan segenap penyesalan yang ada.

Seperti hari ini, langit malam pun ikut menangis bersamaan dengan hatiku yang perih.

=====

"Ye Rin, hari ini kita akan makan siang bersama dengan perwakilan dari AlphaCentury." Ujar Tae Hyung.

Aku menoleh dari arah jendela ke arahnya. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Aku kemudian menatap ke arah jendela lagi, melihat mobil-mobil yang seakan berkompetisi di jalan raya.

"Ada apa denganmu? Apa ada sesuatu terjadi?" Tanya Tae Hyung heran. Memang benar, aku agak sedikit --- ralat aku banyak berubah sejak kemarin malam. Pria itu tidak tahu bahwa aku semalam berada di sana, berada di balik pintu dan menatap mereka miris kemudian aku berlari, menghilang seperti bayangan.

MALOGIC ( BTS V FF )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang