After Dream

120 29 4
                                    

Dedicated for Taraxacumratifa23
Thnx a lot for those lovely votes & comment :)
Means a lot, girl!
Semangat ya buat ceritanya, Wish you the best luck of life  !!!
















He was there,
With me.
&
Safe me (?)


- Lutfia Ihwani Umar














Rechap :

Aku bersiap bangun namun tangan kananku mendapati sesuatu yang berbeda di ranjang.

Tanganku meraba sesuatu yang kasar juga halus, sedikit berbatu.. Kunyalakan ponsel dan menyenter sepraiku.

Jejak sepatu Peter.

Aku bergumam, " Aku memang habis dari sana. "

>>>>><<<<<

Aku harus menenangkan diri. Jantungku berdetak tidak beraturan dan napasku memburu.

Tubuh gemetar hebat ketakutan. Aku melakukannya lagi.

Mulutku menganga mengambil napas seolah udara yang di ambil hidungku masih belum juga cukup.

Aku tidak bisa menyimpan ini lebih lama.

Tidak.
Tidak bisa.
Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Semakin lama kusimpan keadaan hanya akan semakin memburuk.

Kutarik napas panjang, aku harus menenangkan diri.

Pilihannya hanya lanjut menulis atau curhat.

Kedua pilihan itu mustahil.

Ke siapa aku harus curhat?
Siapa orang yang bisa ku ceitakan semua masalahku dan akan mengerti?
Siapa orang yang tidak akan menganggapku gila setelah kuceritakan semua keanehan yang membuat gila ini?

Aku mulai tidak bisa membedakan yang mana nyata.
Aku bahkan mulai tidak bisa membedakan yang mana mimpi!

Jika aku lanjut menulis, lanjut mengetik kau-tahu-apa, aku hanya akan menemukan cara lebih cepat untuk mati.

Beberapa hari yang lalu, saat persoalan keluarga broken home-ku memuncak, saat perasaan kesepian yang kurasakan sudah mencapai batas, aku memang enjoy sekali saat mengetik itu (kau-tahu-apa).

Alasan aku enjoy melakukannya tidak lain karena aku tidak punya siapapun untuk di ajak bicara menceritakan masalah.

Memang aku punya teman high school yang bisa kuceritakan semua masalah, tapi satu hal yang ku takutkan, aku tidak mau mereka mengasihaniku. Aku tidak butuh di kasihani.

Jadi aku mengisolasi diri sendiri.

Aku teringat saat pertama mengetik-nya.

Aku di kamar terbangun mendengar Mom dan Dad saling meneriaki satu sama lain dengan suara tinggi.

Mereka seperti itu berjam - jam.

Aku hanya duduk bersandar di kepala ranjang menatap selimut.

Aku tidak bisa tidur meski sudah ku coba berulang kali. Aku merenung jika menikah nanti, aku sama sekali tidak mau seperti itu.

Aku berusaha terlihat normal meski perubahan sudah terjadi dan terlihat di mata teman - teman.

Di sekolah tiba-tiba pendiam. Menolak di ajak bicara. Sama sekali tidak senyum pada lelucon yang membuat orang ngakak hingga jatuh dari bangku.

Kemudian aku mulai mencari perhatian dengan membuat masalah disekolah, berubah dan mereka menyadari itu.

Tapi tiap kali mereka menanyaiku apa yang terjadi, aku membalasnya dengan melontarkan bahasa kasar bahwa hidupku bukan urusan mereka untuk di urus.

Aku lebih banyak menghabiskan waktu di luar daripada di rumah.

Mencari perhatian yang tidak ku dapat di rumah, tidak mau mendengarkan pertengkeran apapun jadi aku pulang hanya untuk tidur.

Aku menjadi semakin liar dan bad girl. Kepribadianku tertekan dan berubah.

Tapi mereka, Mom & Dad masih tetap malas pusing. Mereka hanya fokus pada masalah yang sedang mereka hadapi saat itu.

Aku tidak pernah menanyai Mom atau Dad tentang apa yang terjadi di antara mereka.

Aku memang tidak mau tahu meski sebagian diriku ingin sekali tahu apa yang terjadi.

Tapi sejujurnya, sebenarnya aku tahu apa yang terjadi hanya saja sudah jadi kebiasaanku untuk membohongi diri sendiri dan berpura-pura semuanya baik - baik saja.

Sadar aku hanya menjadi pajangan bagi mereka, aku melakukan sesuatu yang berguna bagi diriku sendiri.

Ku ketik Diary di laptop.
Aku tidak pernah menggunakan kertas untuk menulis lagi, itu sudah tidak zaman, membuang sumber daya kayu dunia, dan menurutku itu tidak kekinian sama sekali.

Mungkin akan terdengar kekanakkan kalau bicara tentang Diary, tapi ketika kau menjadi bintang, masa lalu kelam akan menarik perhatian orang banyak.

Aku tidak bilang aku mau menjadi Super Star, itu hanya harapan kecilku sewaktu TK, menjadi Super Star untuk di lihat dan di dengar.

"Di lihat dan di dengar" adalah hal yang tidak ku miliki di keluarga. Aku persis seperti pajangan.

Ketika mereka berjalan melaluiku aku tidak pernah di lirik.

Ketika kupanggil, mereka hanya fokus dengan telepon di telinga dan pekerjaan yang harus di urus.

Tidak pernah ada waktu untukku.

Mereka hanya menitipkan pengasuh rumah tangga dan beberapa penjaga untuk menjagaku di rumah.

Aku paham alasan mereka menyewa pengasuh. Tapi aku tidak pernah paham mereka menyewa penjaga.

Penjaga? Yang benar saja, aku sudah seperti tahanan, mereka mengekangku terlalu kuat.












.
.
.
.
.
.
.
.

Author's Note :

Sorry telat, lagi sibuk sibuknya dan banyak pikiran.
Eh btw, kalian tau gak Indonesia Top Model? Mereka lagi seleksi daerah, ada yang ikutan gak?

Wahai siders, wahai yang baca tolong vote biar aku tahu kalian pernah ke siniiii

*jangan lupa vote*

Untuk yang mau lebih kenal aku follow:

Twitter : @Lutfia_Umar
Instagram : lutfia_ihwani_umar

.
.
.
.
.
.
.
.

COMMENT yang banyak, aku suka dapat comment.

BIAR AKU TAHU KALIAN PERNAH KE SINI.

SO I COULD KNOW THAT YOU GUYS WERE HERE.



VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE




SEBARKAN CERITA INI !!!

- Lutfia Ihwani Umar

The Author - VisitorsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora