27

6.4K 281 2
                                    

duapuluh tujuh : Feel The Light - Jennifer Lopez.

#

"I remember tears streaming down your face".

"When I said I'll never let you go".

"When all those shadows almost killed your light".

"I remember you said don't leave me here alone".

"But all that's dead and gone and past tonight".

"Just close your eyes".

"The sun is going down".

"You'll be alright".

"No one can hurt you now".

"Come morning light".

"You and I'll be safe and sound".

Rio memejamkan matanya seiring ia menyelesaikan petikan jarinya pada senar gitar. Ia menghela nafas begitu lirik lagu yang merupakan soundtrack dari film kesukaannya dan kesukaan Dilla itu begitu menusuk hatinya. Ia tau betul bahwa lagu ini selalu ia nyanyikan ketika pada malam hari Dilla meneleponnya dan mengadu tak bisa tidur. Hanya lagu ini dan suaranya yang bisa membuat gadisnya itu terlelap.

Air mata itu kembali jatuh. Rio menyekanya dengan seulas senyum tipis yang terukir. Awan semakin menggelap, matahari mulai berputar untuk bekerja di belahan bumi yang seharusnya mendapatkan sinarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 17.55. Rio masih berada di rumah Fiona, ia masih belum ingin pulang ke rumahnya. Lagipula papanya sedang berkunjung kerumah Dilla juga.

Sambil memeluk gitar milik Diaz,Rio menghela nafasnya. Rindunya semakin tak terpendam,ini sudah hampir sebulan, keberadaan Uno dan Dilla masih belum dapat ditemukan. Andai dapat ditemukan,ingin rasanya laki-laki yang kini berwajah murung ini membunuh Uno dengan bogemannya. Tolong ingatkan dia.

"Yo,"Rio yang tadi tengah asik melamun,memerjapkan matanya lalu menoleh untuk melihat Diaz yang memanggilnya.

Diambang pintu,Diaz tersenyum. "Gak sholat?"tanya perempuan yang tingginya hampir sama dengan ia itu.

Rio memandang awan sebentar,lalu ia terkekeh. "Astaga,gue lupa,"ia tertawa kecil sambil bangkit dari duduknya. Rio menutup pintu balkon kamar Dilla lalu menutup gordennya.

"Makasih udah ngingatin kak. Gitar lo,"Rio tersenyum sambil memberikan gitar berwarna hitam milik Diaz,"makasih"lanjutnya.

Diaz mengambilnya dengan senyuman yang terukir,"lo bisa panggil gue kalau lo mau curhat".

Rio hanya tersenyum. Diaz mengehatahui itu semacam senyum yang kesannya terlalu dipaksa. Ia tau Rio berusaha menutup kesedihannya. Ia tau Rio berusaha menegarkan dirinya. Ia tau Rio berusaha menahan semuanya. Ia tak menyangka betapa seperti ini sekali efek Dilla pada Rio. Sungguh memberi pengaruh yang cukup besar pada Rio.

Percaya,lo kuat Yo. Dilla juga kangen lo,gue tau itu.

#

Rio menarik selimut berwarna putih itu hingga menutupi keseluruhan tubuhnya. Melihat tingkah malas laki-laki ini,membuat wanita yang kini sedang membuka gorden itu terkekeh. Rio seperti Dilla. Mengingatkannya pada gadis yang memiliki hobi tidur itu.

"Rio"panggil Fiona sambil mendudukkan dirinya di tepi kasur Dilla. Kebetulan Rio menginap di rumah wanita itu,dan memilih tidur di kamar gadisnya. Fiona yang mendengar permintaan anak laki-laki itu hanya bisa tersenyum. Ia tau bahwa Rio ingin sedikit melepas rindu beratnya pada putri keduanya itu.

Rio menggeliat,sambil memeluk sebuah boneka besar yang merupakan boneka kesayangan Dilla,ia menyingkap sedikit selimut putih Dilla,menampakkan kepalanya dan rambut acak-acakkannya. Fiona yang melihatnya,hanya tersenyum. Melihat Rio,mengingatkannya pada Dilla. Gadis itu juga akan bertingkah seperti ini jika dibangunkan jika akhir pekan. Akan memeluk boneka kesayangannya dengan posisi tidur menghadap dinding.

MineDonde viven las historias. Descúbrelo ahora