Chapter 1

1.1K 115 26
                                    


====================================

Sreeekkk

" wow!"

Minah menoleh malas ke arah adik laki-lakinya. Menghelas nafas pelan. " kupikir syal ini jelek sekali." kesalnya. Jimin yang berdiri di ambang pintu, berjalan mendekati minah.

" pagi noona, kau cantik sekali pagi ini." minah tersenyum lebar mendengar ucapan adik manisnya serta ciuman selamat pagi di pipi kirinya dari jimin yang kini memeluk nyaman dirinya dari belakang.

" aku memang cantik." bangga minah, melepas pelukan jimin di tubuhnya dan berjalan menuju sisi ranjang. Tangan lentiknya sibuk membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas ranjang dan memasukannya ke dalam tas. Wajah jimin mengkerut kesal dan heran melihat noonanya yang sibuk membereskan kertas yang berisi entah apa. " Noona.. Kau terlihat gugup? Waeyo? "

Minah berbalik menghadap ke arah adik laki-laki satu-satunya yang paling ia sayangi kini memasang wajah heran. " Ku beritahu, petugas bank tempat aku mau melakukan pinjaman datang untuk menemuiku hari ini." ucapnya di sertai senyuman kecil. Mengusak surai coklat sang adik.

" Jadi, kenapa noona harus gugup?" tanya jimin ikut melangkahkan kakinya bersama sang kakak yang kini mulai menuruni tangga, bersiap untuk sarapan.

" aku yakin. Setelah melihat noona, mereka pasti akan menyerahkan seluruh bank untuk noona. Dan berkata 'nona minah! Anda boleh membayar pinjaman anda kapan saja, bahkan jika nona tidak ingin membayarpun tidak apa-apa'."

Minah menghentikan langkanya di tangga ke tiga, terkikik gemas melihat tingkah adiknya yang menirukan gaya orang-orang bank. Kedua tangan lentik itu terangkat ke arah pipi jimin yang berisi dan mencubitnya gemas. Yang berhasil membuat sang adik terpekik sakit.

" Ekhm~"

Kedua kakak adik yang asik bergarau di atas tangga menoleh kaget ke arah bawah.

" Eoh.. Umma. Selamat pagi."

" Selamat pagi juga, anakku."

" Selamat pagi, umma."

Hup!

" Ya ampun. Jimin. Sudah berapa kali aku bilang kepadamu. Kal-

" Kalau aku tidak boleh meloncat dari tangga kan umma. Mian. Aku selalu lupa. " kilahnya, melengos pergi dari hadapan sang umma yang kini menahan kesal.

.

" Aku merasa gugup umma. "

" Jangan khawatir minah, temui saja mereka dengan percaya diri. " ucap yoora lembut menatap anak perempuannya minah yang terlihat sangat gugup." Bukan hanya percaya diri saja umma. Tapi harus benar-benar percaya diri. Orang yang percaya diri sedang tren sekarang. " sambung jimin semangat.

Yoora mendelik tidak suka pada jimin.

" Berhenti bercanda jimin. Tidak semua hal dalam hidup adalah sebuah lelucon. "

" Ta-tapi...." jemari tangan minah menggenggam lengan jimin lembut, memberitahukan jika tidak perlu membalas ucapan sang umma. Dan semakin membuat ummanya marah.

" Aku heran, kenapa kau selalu suka berbicara ngawur. " dengus yoora marah. Jimin menunduk. Memarik nafas dan menghembuskannya berlahan untuk menetralkan kembali emosinya. Lalu berdiri dari tempat duduknya." Baiklah, aku sudah selesai. " ucap jimin pelan. Mengecup pipi minah." semoga sukses noona. "

Minah menatap jimin merasa bersalah.

"choco~"

Guk..

Guk..

Prank~

" Ya ampun! " pekik yoora, bangun dari kursi dan berdiri dengan wajah yang mengeras menatap jimin dan anjingnya yang telah memecahkan vas bunga.

" Lihat! Apa yang telah di lakukan anjingmu! Aku tidak tahu mengapa kau sangat menyukai hewan itu!!."

Jimin menoleh ke arah yoora dan kakaknya yang kini berdiri di sisi meja makan." karena umma tidak menyukai mereka. " dan berjalan cepat menuju pintu utama.

Tap!

Jimin menghentika langkah kakinya di ambang pintu. Berbalik menatap ummanya nanar." ngomong-ngomong, apakah ada suatu hal dariku yang umma suka?.. Apakah ada?.. Tidak. Apapun yang aku lakukan selalu salah. Apapun yang aku ucapkan selalu salah. Apapun yang aku kenakan selalu salah... Aku pikir... Aku... Ak-aku juga salah telah tinggal disini. " ucap jimin. Dan berlari kencang keluar dari rumah besar yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.

" jiminie.. " bisik minah sedih. Matanya melirik ummanya.

" umma.. Jimin. "

" biarkan. "

" umma.. "

" Biarkan saja. Dan lanjutkan sarapanmu. " tegas yoora. Minah mengangguk pelan dan kembali duduk di kursinya. Matanya tidak sengaja melirik piring milik jimin yang masih banyak menyisakan makanannya. Minah menghela nafas sedih.

====================================

Hoseok mengusap pipi chubby yang telah basah oleh airmata pemiliknya.

Mengusapnya lembut." kau bertengkar lagi dengan ibumu, jiminie? " tanya hoseok, walau dirinya sudah tahu pasti jawabannya. Tapi tidak ada salahnyakan bertanya.

Jimin hanya mengangguk, membalas pertanyaan hoseok.

" sekarang karena apa lagi?.. "

" hyuung~"

Hoseok terkekeh. Membalas pelukan lelaki manis yang sudah menempel padanya semenjak kecil. Ia usap punggung yang tidak terlalu lebar itu lembut. Otaknya berpikir, bagaimana agar jimin cepat melupakan kesedihannya lagi. Tiba-tiba lampu di atas kepalanya menyala. Akhh dia lupa jika besok, ia mengikuti acara dance.

" Jiminie.. Besok aku mengikuti sebuah acara!! Apa kau mau menontonnya?. "

Secara tiba-tiba jimin melepaskan pelukannya. Mengusap air matanya kasar.

" Tentu saja aku harus menontonnya!!. " tegas jimin di iringi sesegukan efek dari tangisannya tadi.

Hoseok terpekik gemas melihat jimin. Wajah bulat chubby dengan mata sipit yang bengkak dan memerah menambah kadar keimutannya. Dan tanpa sadar hoseok sudah mencubiti pipi jimin dengan ganas. Membuat sang korban kembali menangis karena kesakitan.

.

.

.

Next...

Btw.. Jungkookie aku masukin dia di chapter 3/4 entahlah. Jadi di awal-awal dia kgak bakal nongol.

Hati Ini Milikmu.. Where stories live. Discover now