15. Pertentangan hati

5.9K 256 3
                                    

Thania baru saja bisa tidur setelah beberapa kali bolak balik dari toilet. Hal itu mmebuaynya sangat letih.

"Aduhh.. Capek banget habis bolak balik dari tadike toilet. Kalo kayak gini caranya bisa kurus mendadak aku. Tapi kalo gini terus susah kalo mau jalan atau ke kantor masa iya ke toilet mulu. Udah ga bisa nahan lagi kalo udah sakit perut. Takut banget nanti bisa kebablasan." 

Belum lama Thania memejamkan mata tiba-tiba kakaknya datang mengetuk pintu.

Tok tok tok...

"Adohhh...  Baru juga dapet istirahat ada aja yang ganggu."

"Thania..."

"Aduhh.. Kakak besok aja masuk ke kamar akunya, aku capek mau tidur."

"Capek ngapain? Dari tadi kamu kan di kamar terus."

"Aduhh.. aku banyak kerjaan kantor kak."

"Makan di luar yokk kakak laper."

"Gamau!!!"

"Kakak traktir deh! Terus apapun yang kamu minta bakalan kakak kasi."

"Ga mau!!!"

"Beneran? Ntar nyesel loh."

"Bodo amat!!!"

"Ya udah deh."

"Pergi sana cepet kak!! Aku pengen tidur!!"

"Eh.. Kamu ga sakit kan sayang?"

"Nggak kak!!! Aku cuma capek! Aku mohon aku ingin tidur."

Thania memelas meminta belas kasihan pada kakaknya agar mau meninggalkannya. Tak perduli selucu apapun dan apapun yang akan diberikan padanya, Thania tetap tidak perduli yang jelas saat ini ia sedang ingin tidur! Tidak kurang yang tidak lebih.

Namun Dennis tak bisa mengabaikannya begitu saja. Ia terus saja memikirkan apa sebenarnya yang sedang terjadi pada adiknya itu. Apakah ia sedang sakit atau bagaimana. Ia sangat khawatir pada adiknya itu.

"Thania kenapa ya? Apa dia sakit? Atau mungkin pekerjaannya di kantor memang benar-benar membuat letih hari ini? Wajahnya sangat pucat tadi. Semoga dia lekas sembuh."

Dennis berjalan meninggalkan kamar Thania dan pergi ke luar rumah mencari udara segar. Ia perjalan menuju ujung kompleks dan melihat dagang martabak, ia langsung membelinya karena memang perutnya sangat lapar. Sejak Thania memutuskan untuk diet, ia jadi jarang bisa makan. Diet sih diet tapi kakaknya di suruh diet juga. Thania hanya akan memasak jika dia sedang mood masak.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, Dennis selalu memikirkan Thania. Ada rasa khawatir setiap saat ketika ia memikirkan Thania. Dan rasa pertentangan hati yang bergejolak selama ini di dalam hatinya.

Thania adalah seorang adik yang sangat ia sayangi. Entah mengapa dunianya dipenuhi oleh Thania saja. Dennis selalu ingin menjadi seseorang yang akan merangkul Thania setiap saat ia terjatuh. Dennis adalah orang pertama yang akan merangkulnya.

Namun ketika Aulia menyatakan perasaannya pada Dennis, Dennis merasa bahwa ia sadar jika selama ini ia tak pernah memperhatikan seorang gadis selain Thania. Bahkan Aulia yang sebenarnya cantik bagi anak-anak di sekolahnya dulu tidak diperdulikannya. Gadis smp yang masih polos itu lebih memikat kehidupannya. Thania sangat berbeda, walaupun ia keras kepala tapi ia sangat baik dan bertanggung jawab.

Tapi ketika Aulia mengatakan bahwa Dennis memperlakukan Thania tidak seperti seorang kakak pada adiknya membuat Dennis kembali berfikir ulang. Mungkinkah?

Tapi tidak mungkin! Seorang kakak jatuh cinta pada adiknya? Itu sungguh tidak mungkin terjadi dalam hidupnya atau bahkan tak pernah ia bayangkan sama sekali.

Namun suatu ketika Dennis mendengarkan hal yang tak sepantasnya ia dengar. Entah harus bahagia atau sedih, tapi ia begitu terpukul dan membuatnya harus meninggalkan keluarganya termasuk Thania. Thania masih sangat kecil untuk ikut merantau bersamanya dan memulai segalanya dari nol.

Ia tak ingin Thania merasa terbebani, sedangkan Dennis sudah memutuskan untuk pergi tanpa membawa uang sepeserpun. Ia ingin sukses dengan jeri payahnya sendiri. Tanpa ayahnya, ayah yang sangat ia dan Thania benci. Pantaskah ia disebut seorang ayah? Sepertinya tidak sama sekali.

-iapd-
Rabu, 10 Agustus 2016




OVERWEIGHT ( COMPLETED )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora