Chapter Four

16.2K 542 2
                                    

"Kenara."

Daren sungguh sangat terkejut melihat yang datang adalah Kenara. Ada angin apa Kenara datang kesini? Apa ia ingin memberitahu rencana busuk mereka kepada Naya? Tidak! Daren, tidak akan membiarkan itu terjadi. "Ada apa kamu dateng kesini?"

"Lho, emang kenapa? Salah, kalo aku nemuin suami aku sendiri?" ucap Kenara.

Sungguh menyebalkan sekali wanita ini datang disaat Daren dan Naya senang berkebun. Daren, sungguh sangat geram kepada istri pertamanya ini.

Aarghh!

Rencananya Daren ingin mengajak Naya bersenang-senang hari ini bersamanya. Tapi malah perempuan ini datang...

"E..e..–" Daren gugup. Pasalnya, ia bingung mau menjawab apa.

"Kenapa sayang? Takut BANGKE KAMPUNG itu tau? Hah?!" ucap Kenara dengan nada kesal. Kenara kesal mengapa suaminya berubah drastis? Oke, mungkin Kenara akan melakukan sesuatu terhadap Naya. Agar Daren tidak terpengaruh dengan si BANGKE KAMPUNG yang tinggal bersama Daren, suaminya.

"Jangan pernah bilang dia BANGKE KAMPUNG! Dia punya nama. Namanya Naya." tegas Daren. Amarahnya sudah tak tertahan lagi. Sudah beberapa hari ini Daren sangat sering marah-marah. Sampai ia lelah karna tenaganya terkuras akibat terlalu sering marah-marah.

"Oh, jadi kamu nge-belain dia? Oke, kita tunggu tanggal mainnya sayang." ucap Kenara dengan nada tajam. Lalu, ia tersenyum licik. Detik kemudian, iapun pergi dari rumah Daren dan Naya.

'Naya ga boleh tau rencana gue sama Kenara. Karna, gue ga mau pisah sama dia.' batin Daren dengan penuh tekadnya. Lalu kalau Naya hamil bagaimana? Apa yang akan ia lakukan untuk mencegahnya? Oke kalo mencegahnya ia mungkin bisa memakai pil atau KB. Tapi bagaimana kalau Naya sudah hamil beneran? Apa ia akan menggugurkannya?

"Sayang ada siapa?" ucap seseorang dari dalam lalu berjalan mendekati Daren yang kini sedang menutup pintu lalu duduk disofa.

Naya pun ikut mendudukan tubuhnya disofa tersebut. "Der.. " ucap Naya sedikit agak keras.

Lagi-lagi Daren tidak menanggapi ocehan Naya. Naya mengernyitkan keningnya dan menatap Daren dengan tatapan heran. "Daren... " teriak Naya tepat ditelinga Daren. Ya! Sejak Kenara bilang Tunggu tanggal mainnya Daren langsung kepikirin kata-kata tersebut. Ia takut jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi kepada Naya. Namun akibat teriakan Naya tadi ia langsung tersentak kaget.

"Hn." deham Daren.

Naya medengus kesal. Sudah dipanggil beberapa kali namun Daren tetap saja diam dalam bengongnya. Sebenarnya, apa yang kini Daren sedang pikirkan? Dan siapa tamu tadi? Ada masalah apa Daren dengan tamu tadi? Pertanyaan itu lolos kontes dari pikiran Naya.

"Ish, tadi yang dateng siapa? Aku, nanya kamu dari tadi. Tapi malah bengong gak jelas!" ujar Naya kesal. Ia kesal sekali dengan sifat Daren belakangan ini. Ia seperti power-rainger yang berubah-ubah. Kadang manis, kadang baik, kadang mesum dan kadang kasar.

"Ga. Bukan, siapa-siapa. Tadi itu cuman orang iseng aja." ucap Daren berbohong. Karena jika Naya tau itu Kenara dan ia adalah istri pertamanya, abislah riwayatnya.

"Bener?" tanya Naya. Naya, menatap dalam mata Daren untuk mencari kebohongan. Dan, Naya menemukan titik kebohongan itu. Ada yang disembunyikan dari Daren? Tapi, Daren tidak mau memberitahunya. Bukankah, Naya adalah istri Daren? Kalau begitu mengapa Daren tidak mau bercerita? Bukankah itu tugas seorang istri ialah untuk mendengarkan curhatan suaminya saat mengalami keterpurukan? Baiklah, kini ia tak mau memikirkan itu. Ia tau jika suaminya sedang banyak pikiran maka dari itu Naya memilih untuk diam agar Daren tenang dahulu. Kalau sudah tenang barulah Naya menanyakan masalah ini kembali.

REGRET [TAMAT] Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα