V

1.8K 100 6
                                    

Semua masih terasa abu-abu bagi In Hwa. Tentang samurai hitam dan hari-hari yang berlalu tanpa hasil penyelidikan yang jelas.

Meskipun hal ini jelas-jelas merupakan kabar buruk, namun setidaknya dengan kejadian ini Jun lebih perhatian kepadanya. Ya, setidaknya mensyukuri hikmah dibalik masalah ini.

"Ketua! Kami menemukan sesuatu!" Lamunan In Hwa buyar begitu mendengar suara cempreng milik Gil, salah satu anak buahnya.

In Hwa sontak berlari menuju Gil yang tampak terengah-engah. In Hwa tampak tak sabaran menunggu Gil yang masih berusaha mengatur napasnya. Maklum, ini adalah pertama kalinya penyelidikan mereka membuahkan hasil setelah memakan waktu 3 bulan.

"Mungkin ini bukan petunjuk yang Ketua harapkan"

Wajah In Hwa berubah murung  karenanya. Namun gadis itu tetap tenang.

"Tapi mungkin orang inj bisa membantu Ketua dan kita agar menemukan titik terang dari masalah ini" lanjut Gil yang langsung mengubah wajah murung In Hwa menjadi bersemangat.

"Siapa orang itu,  Gil?" Desak In Hwa.

"Tuan Besar Jung. Orang yang dapat membantu kita adalah Tuan Besar Jung" jawab  Gil mantap.

In Hwa mengerutkan keningnya. "Maksudmu Jung Do Il saudagar termasyur itu?"

Gil mengangguk mantap menyadari keraguan Ketuanya. "Dia itu lebih dari seorang saudagar. Bisa dibilang Tuan Besar Jung dapat diumpakan sebagai pelabuhan transit antar negara. Ia dapat melakukan hal yang ia inginkan dengan koneksinya. Dia adalah orang yang hebat Ketua"

In Hwa terdiam sebelum membalas ucapan Gil. "Tapi bukankah Tuan Jung mengalami kesulitan dalam berkomunikasi? Kudengar banyak rumor mengatakan jika Tuan Jung itu dungu. Ucapannya tak pernah selaras dengan topik pembicaraan"

Gil tersenyum penuh arti. "Terkadang mengalihkan pembicaraan adalah wujud tak nyamannya seseorang akan suatu keadaan. Tuan Jung bukanlah seseorang yang dungu, ia hanya tak suka melanjutkan pembicaraan dengan lawan bicaranya. Oleh karena itu ia lebih suka berbicara yang tidak-tidak dan selalu membelokkan dari topik yang seharusnya"

In Hwa terpana mendengar ucapan Gil. Bagaimana pria itu bisa berpengetahuan luas dan berpikir bijak jika keluarganya saja tidak mampu untuk memberikannya makanan.

"Sudah kuduga kau memang berbeda Gil. Kau itu terlalu pintar untuk tinggal di Hwasung-do. Harusnya orang sepertimu menjadi pejabat pusat! Sayang mereka telah buta akan kemampuan yang sebenarnya. Di mata mereka hanyalah uang, uang dan uang. Kalau mau mendapatkan pangkat ya harus dengan uang" sindir In Hwa.

Gil terkekeh mendengar ocehan In Hwa lantas tersenyum penuh arti. "Justru aku bersyukur tidak terlahir sebagai seorang pejabat. Aku justru mensyukuri hidupku saat ini. Karena mengenalmu dan dekat denganmu adalah hal yang paling kusyukuri hingga detik ini"

***

Keberadaan Jung Do Il memang sulit untuk diketahui. Selain karena pekerjaannya adalah seorang saudagar, namun pria paruh baya itu juga hobi untuk berpindah-pindah. Hingga sulit bagi kerajaan untuk mendeteksinya.

"Bagaimana ini? Mengapa pria itu sulit sekali ditemukan" frustasi In Hwa. Tangannya mengacak kepangan rambutnya yang memang sudah tak berbentuk itu.

"Sudahlah Nona...jika kita terus berusaha pasti kita akan menemukannya!" Ujar Jun berapi-api. Berusaha mengembalikan semangat In Hwa yang mulai luntur.

Sementara itu Gil yang sedikit menjaga jarak dari mereka tampak kesal. Maklum, setelah pernyataan cintanya yang secara tidak langsung tak digubris oleh In Hwa membuatnya yakin jika hati Ketuanya telah dimiliki oleh Jun. Begitupun sebaliknya.

Ah, betapa beruntungnya mereka! Gil berharap jika suatu saat ia akan bertemu dengan cinta sejatinya dan saling mencintai hingga maut memisahkan.

Kalau begini ceritanya, daripada menjadi obat nyamuk lebih baik Gil pergi saja.

"Ketua, lebih baik Ketua berisitirahat dulu disini nanti aku akan coba bertanya ke penduduk sekitar" tawar Gil.

In Hwa tampak menatap Jun dan seolah mengatakan 'bagaimana?'. Jun mengangguk menyetujui tawaran Gil.

"Baiklah, Kami akan beristirahat disini" jawab In Hwa.

Gil membulatkan matanya. Hei! Tadi dia hanya menawarkan In Hwa saja yang beristirahat. Bukan pengawal gadungan yang bisa saja mencuri kesempatan dalam kesempitan.

Tapi mau bagaimana lagi? Dia yang menawarkan dan Ketua yang memutuskan. Lebih baik Gil segera pergi daripada terus sakit hati.

"Baiklah, jaga diri Ketua. Hati-hati, disini ada macan yang siap menerkammu. Ketua jangan lengah dan tetap memasang kuda-kuda! Mengerti?" sindir Gil sambil melirik ke arah Jun yang kini sukses menggeram.

Apa-apaan ini? Mengapa justru Dia yang disindir? Jelas-jelas Jun akan menjaga In Hwa bukan justru menempatkannya dalam bahaya.

"Tenang saja Gil-a, ada Jun disini yang menemaniku" balas In Hwa yang kini semakin membuat Gil terbakar emosi.

Terlebih Jun yang mengirimkan seringaian mengejek kepada Gil. "Sudahlah, terserah Ketua saja!" Ketus Gil sambil berjalan menjauhi dua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu.

***

A/n : sebenernya ini masih menceritakan ttg perjalanan mencari samurai hitam. Dua atau satu chapter lg mungkin akan dihadapkan pada permasalahan In Hwa yg sebenernya. Mau dilanjut tp ide mentok, jdnya tunggu inspirasi dulu  -.- mohon maklum yaa

In Hwa : The Queen Of Hwasung-doTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang