Chapter 1 : Bertemu Megan

121K 6.7K 620
                                    

"Siapa? Siapa yang chat lo tadi, Ra?" ujar Acel temanku yang mendadak tuli. Acel bernama asli Rachel, hanya saja ia ingin di panggil Acel. Menurutnya itu nama panggilan yang lucu.

"Megan. Emang ada ya di sekolah ini nama Megantara?" tanyaku penasaran. Jelas saja, hari ini dia sampai beberapa kali memberiku pesan lewat LINE, memaksa ingin bertemu. Ini hal yang aneh menurutku, karena mengapa Megan itu seperti terobsesi padaku? Aku menjadi takut dengannya, takut jika dia akan melakukan hal yang macam-macam.

Clara tertawa kecil, "Serius lo gak tau dia siapa, Ra?"

Aku mengernyit, "Engga, memangnya dia siapa?"

Clara lalu mendekatkan wajahnya padaku, "Achmad Megantara itu ketua geng Destroyer. Lo bener-bener ya gak peduli nya tuh."

Destroyer Auto Club Community adalah komunitas mobil milik anak SMA Belitung. Komunitas mobil itu sudah terkenal di mana-mana, bahkan aku pun tahu tentang komunitas itu, hanya saja aku sangat tidak menyangka bahwa Megantara ini adalah ketua komunitas itu. Rasanya sedikit terkejut saja, bagaimana bisa sang ketua itu tahu LINE ku? Ah tidak, aku tetap tidak akan perduli.

Acel dan Clara, mereka sudah sukses memacari salah satu dari komunitas itu. Pacar Acel itu bernama Ramon, Ramon ini juga sudah seperti penguasa sekolah bersama teman-temannya yang lain. Dia mempunyai badan yang tinggi dan tampan, sesuai dengan kriteria Acel.

Acel pernah bilang, kriteria lelaki pilihannya yang ada di urutan pertama adalah tampan. Maka Acel dengan senang hati menerima cinta Ramon karena ketampanannya itu. Sementara Clara, berbeda dengan Acel, kriteria lelaki urutan pertamanya adalah lelaki yang kaya. Dan ia sudah memilih Claveron untuk menjadi kekasihnya. Ya kalian sudah bisa menebak sendiri, Claveron atau yang biasa di panggil Veron di sekolah ini terkenal memang orang yang sangat royal kepada seorang perempuan. Sangat sesuai dengan kriteria Clara, bukan? Sementara aku? Ya sudah ku bilang aku tidak peduli.

"Deketin balik kek, Ra! Secara ini Megan loh yang chat lo! Dia tuh terkenal cowok yang punya selera tinggi gitu kalau milih cewek." ucap Acel seperti membujuk agar aku membalas chat Megan ini, "Berarti di mata dia, lo tuh high class gitu, Ra."

"Hm? Gitu ya? Gue gak peduli ah cel. Apaan sih pacaran sama anak geng gitu tuh gunanya apa?" Aku berusaha meyakinkan mereka bahwa aku tidak akan pernah perduli pada anak komunitas seperti itu.

Clara menarik nafas panjang, "Ra, kalau lo mau tau, Megan itu udah ganteng, tinggi, paling tajir di antara semua anggota Destroyer, terus dia di kenal baik banget, kalau soal cewek sih setau gue dia setia banget. Lo gak tertarik apa? Gue aja tertarik banget, sayangnya dia gak tertarik sama gue."

"Engga. Dan gak akan pernah. Udah ah capek bahas gituan." ujarku yang lalu kembali terfokus pada novel yang sedang ku baca. Memang sih, rasanya agak sedikit penasaran pada Megan. Apa dia itu hanya bercanda atau bisa saja itu adalah ulah teman Megan yang ingin mengerjaiku. Bisa saja kan?

Membaca novelku ini sudah menghabiskan waktu dalam 3 hari. Tebalnya saja sudah satu jengkal tanganku. Kenapa aku menyukainya? Karena aku seperti hanyut ke dalam ceritanya. Merasakan kalau si tokoh lelaki yang sangat idaman perempuan ini ada di dalam dunia nyata, dan aku serasa menjadi tokoh pendampingnya. Mungkin inilah akibatnya telalu baper, atau bawa perasaan seperti yang orang-orang sering bilang. Tapi.. masa iya aku baper dengan sosok yang sama sekali tidak nyata? Kurasa aku sudah gila.

"Lo gak makan apa, Ra?" seru Acel yang sedang melahap makan siangnya di meja ini bersama Clara.

Clara mengangguk, "Iya, lo gak laper apa? Nih mau gak roti gue?"

"Engga. Gue belum laper, ntar kali pas pelajaran Pak Hadi gue ke kantin." jawabku terkekeh. Pelajaran Pak Hadi, yaitu pelajaran sejarah yang hanya membuatku mengantuk saja. Bayangkan saja, Pak Hadi menerangkannya seperti sedang membacakan cerita dongeng. Membuat bosan dan aku seringkali lebih memilih untuk mencari makanan di Kantin.

Kurasakan ponselku kembali bergetar, kubuka kunci sandi ponselku dan menampilkan lagi LINE dari Megan. Apa sih maunya?

Megantara : Kelas kamu dimana?

Merasa kesal, aku lalu menjawabnya dengan singkat.

Mora Letisha : Ini bukan Megan kan, gue tau.

Kusimpan kembali ponselku itu, dan tak lama kembali bergetar.

Megantara : Emangnya gak percaya?

Mora Letisha : Nope. Bye.

Sekitar dua detik kemudian, Megan sudah membaca pesan terakhirku itu. Sempat ku tunggu jawabannya, namun tak kunjung ia balas. Sudah kuduga ini hanyalah ulah temannya. Yah, baguslah ia sudah menyerah dan tak akan mengganggu lagi.

**

"Heuristik adalah tahap mencari dan
mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan topic atau judul penelitian. Sumber-sumber menurut
sifat nya terbagi menjadi dua, yakni sumber primer yakni sumber yang berasal dari pelaku atau saksi mata peristiwa sejarah, sedangkan yang kedua adalah sumber sekunder yakni sumber yang berada di luar sumber sejarah." Pak Hadi panjang lebar menjelaskan tentang materi hari ini. Namun mataku sudah tak kuasa menahannya, 2 jam pelajaran ini rasanya sudah seperti 5 jam saja dan aku sudah tak sanggup.

Aku lalu meminta izin pada Pak Hadi untuk ke toilet. Sebenarnya bukan toilet sih melainkan kantin. Mengapa aku seberani ini? Yah masa SMA tidak akan asyik jika tidak melakukan hal semacam ini. Rasanya seperti punya sensasi tersendiri. Keluar di saat jam pelajaran menurutku kenakalan biasa yang semua anak SMA pasti sering lakukan.

Ku langkahkan kakiku menuju kantin. Lalu menghampiri Mang Tarjo, tukang bakso kantin sekolahku. "Bakso nya 1 porsi ya, Mang."

"Bolos lagi, Neng?" tanya Mang Tarjo.

"Hehehe." jawabku sambil menampilan senyuman kuda.

Sekitar 5 menit berlalu, Mang Tarjo sudah memberikan bakso itu ke mejaku. Nah ini dia yang membuatku seringkali pergi ke kantin saat jam pelajaran, karena kantin sangatlah sepi, tidak penuh seperti saat jam istirahat. Maka aku bisa dengan bebas membeli apapun tanpa harus mengantri.

Kurasakan ponselku lagi-lagi berbunyi saat baru saja akan melahap bakso ku ini. Sialan.

Megantara : Bolos kok gak ngajak-ngajak.

Aku mengernyit, bagaimana ia bisa tahu aku sedang bolos?

Mora Letisha : Hah? Kok tau?

Megantara : Coba liat ke belakang.

Apa maksudnya? Kuputarkan badanku ke arah belakang, dan jantungku serasa berhenti ketika aku sudah melihat seorang lelaki sedang duduk tepat di belakangku. "Sekarang percaya kan?"

Aku menelan ludahku sendiri, tak menyangka bahwa yang berada di depan mataku ini benar-benar Megan.

***

Give me ur vomments, please? Thank u:) -e

Mora & Megan✔Where stories live. Discover now