Bagian 5: Semuanya Gelap dan Basah

37.2K 3.1K 98
                                    

Matahari sore masih bersinar terang di sini. Cahayanya menembus lewat pepohonan, membentuk garis terang sampai ke tanah. Tidak begitu buruk. Hanya saja tanah merah kecokelatan yang aku pijak tampak agak basah, mungkin karena sisa badai tadi malam. Hutan ini juga sangat dingin dan lembab. Banyak lumut tebal yang tumbuh di batang-batang pohon besar dan juga di tanah. Sepertinya ini adalah lingkungan yang pas untuk lumut-lumut itu tumbuh.

Aku berjalan semakin jauh, cahaya matahari sudah tidak bisa menembus dedaunan pohon yang tinggi. Itu membuat suasana menjadi semakin gelap mencekam. Aku memeluk tubuhku seraya mencoba mencari sosok Drew dengan memindai pandangan ke sekitar, aku yakin dia pasti tidak begitu jauh. Lagi pula tidak mungkin dia berjalan sangat cepat. Di hutan ini banyak bebatuan dan semak belukar, tanahnya juga licin dan agak berlumpur.

Aku melewati pohon besar dan beberapa pepohonan muda. Kakiku terus melangkah dan aku meloncat ketika menemukan batu besar halus berlumut. Aku berusaha menggapai ranting pohon, memanjatnya lalu berdiri di atas batu itu. Aku menghela napas menyadari tubuhku mulai merasa lelah. Sepertinya aku sudah berjalan cukup jauh, tapi sialnya aku belum menemukan tanda-tanda keberadaan Drew. Buruknya lagi, hari semakin gelap.

Angin berhembus dingin hingga membuatku mulai menggigil. Aku meloncat turun dan kembali berjalan. Sebenarnya di mana Drew? Kenapa aku tidak bisa menemukannya? Ya, sudahlah. Mungkin aku harus melupakan pencarian ini. Lebih baik aku kembali sebelum hari benar-benar gelap. Dad pasti sangat khawatir jika tau aku pulang terlambat ...

Oh, tidak!

Dad!

Aku melupakan itu. Aku lupa bagian akhir perbincangan kami tadi pagi. Rasa takut menghinggapi pundakku seketika, membuatku merinding mengingat pesan Dad untuk berhati-hati. Seharusnya aku menanamkan perkataannya di dalam kepalaku tentang orang hilang dan mayat di hutan. Tapi aku sungguh bodoh! Kenyataannya sekarang aku malah berada di sini. Sendirian.

Aku mempercepat langkahku mencari jalan keluar untuk kembali ke pagar kampus yang tadi kulewati. Tapi buruknya, aku lupa jalannya. Semua pohon-pohon di sini tampak sama. Cukup terlambat bagiku untuk menyadari bahwa aku sedang tersesat.

Sreks... Sreks...

Aku terkesiap. Mendengar suara aneh membuatku menghentikan langkah. Aku menolehkan kepalaku ke sekeliling. Entah suara apa itu. Ketakutan mulai membuatku panik dan pikiran negatif menguasai otakku. Bagaimana jika itu hewan buas? Atau si pembunuh yang dikatakan Dad?

Sreks... Sreks...

Suara itu lagi. Kali ini aku bisa merasakan kulitku meremang. Suasana hutan ini seakan mencengkramku. Ini buruk, aku merasa seperti ada mata yang mengawasiku. Tidak-tidak. Sebagian dalam diriku memaksaku berpikir realistis dan tenang.

Ya!

Mungkin saja itu burung atau buah jatuh di semak-semak. Atau mungkin saja itu Drew. Ya, mungkin itu Drew. Bukankah hanya aku dan dia yang masuk ke dalam hutan ini?

"Drew!"

"...."

"Kau kah itu?!"

"...."

"Drew!!!"

Sreks... Sreks...

Tidak ada jawaban bahkan setelah aku berteriak lebih keras. Hanya suara itu lah yang masih terdengar. Membalik tubuhku seraya menghalau rasa dingin, aku memperhatikan pohon besar dan semak-semak tinggi tempat yang aku yakini suara itu berasal. Benar atau tidak, aku merasa ada orang lain di sana. Mungkin aku salah. Tapi aku adalah jenis orang yang kadang terlalu peka. Sesuatu yang mengusikku bisa aku rasakan. Aku membenci perasaan itu.

I See You (Werewolf)Where stories live. Discover now