Bagian 14: Hangat Dalam Dingin

26.4K 1.9K 224
                                    

Kupikir aku telah mati. Rasa sakit ini mengingatkanku pada Mom. Mungkin saat itu Mom merasakan kesakitan ketika dia sadar, dia telah mencium bau kematian. Aku tau, aku sudah tidak berdaya. Sama seperti Mom. Namun ketika harapanku menipis dan hilang. Dengan tiba-tiba vampir yang masih menggigitku terdorong ke belakang menjauhi tubuhku. Aku merasakan gerakan tersentaknya antara rasa sakit di tubuhku. Vampir itu terlempar, seakan ada kekuatan tak kasat mata yang mendorongnya.

"Veerena!"

Sayup-sayup aku mendengar teriakan laki-laki di kepalaku. Aku belum berakhir, aku masih mendapat kesadaranku. Aku mengenali suara itu. Teriakan Drew. Suaranya tampak gelisah dan khawatir, sarat keresahan dan amarah.

Rasa sakit dileherku membuatku pusing. Meski aku masih bernapas namun aku tau penderitaan ini akan menggerogotiku hingga sekarat.

Aku merasakan dinginnya lantai trotoar yang basah. Awan hitam masih menerpa tubuhku dengan air hujan sedingin es. Bau anyir menyelubungi. Dan darah merah pekat bercampur air merembes di sekitarku. Aku tidak mampu menggerakkan tubuhku. Meski vampir itu telah menyingikir dengan ajaibnya.

Mataku menyipit dan napasku pendek-pendek. Aku melihat sosok serigala mendekat, sangat cepat. Dan aku seperti mengenalinya. Bulu cokelat kehitaman yang pekat dan basah dengan air itu mengingatkanku pada serigala di hutan. Serigala yang menyelamatkanku dari vampir.

Itu serigala Drew, Rhys.

Vampir itu berdiri. Kakinya goyah, tapi dia tampak percaya diri. Rhys berdiri di hadapannya dan menggeram penuh kebencian. Mata emasnya penuh amarah setelah melihat tubuhku terkapar tak berdaya. Kemarahan itu tampak menakutkan. Dan aku merasakan, pertarungan sengit akan terjadi.

"Oh, Drew dan serigalanya, Rhys." Vampir itu berguman meremehkan.

Rhys menggeram. Menggertak mengagetkan. Membuat suasana di antara mereka penuh aura menakutkan.

Serangan tiba-tiba. Vampir itu bergerak cepat mencakar tubuh Rhys. Darah segar membaluti tangannya. Membuat beberapa luka tertoreh di tubuh Rhys, diikuti tetesan darah yang mengalir bersama air hujan. Vampir itu menyerang lagi. Seperti kilat, mencakar dan menendang. Namun dengan tiba-tiba Rhys menggigit dan mendapatkan tangan vampir itu lantas mengoyaknya. Mencakar tubuh itu dengan berutal. Cakaran pertama, menggigit dan mengoyak.

Vampir itu meronta dengan liar dan ganas. Satu pukulan, satu tendangan. Bergerak kilat menghindar. Tetapi tak semudah kenyataannya, meski vampir itu sempat berhasil meloloskan diri dengan tangan terkoyak. Tetap saja dia gagal mencegah serangan kedua.

Suara gemuruh badai semakin mencekam. Vampir itu menatap awas pada Rhys. Menciptakan jarak di antarannya. Rhys membalas menatap tajam sebelum akhirnya mereka sama-sama berlari untuk saling menyerang dan menabrakkan diri. Dan yang mengagetkan Rhys meloncat dan bertranspormasi menjadi manusia, Drew. Pria itu mendapatkan leher sang vampir dan mencekiknya dengan satu tangan.

"Bedebah! Aku akan membunuhmu. Lebih kejam, lebih sakit dari mate-ku!" katanya menggertakkan gigi. Kuasa ada di tanggannya. Tapi vampir itu tetap melawan. Meronta dan memukul lagi dengan satu tangannya yang bahkan tak berbentuk. Satu tangannya lagi, hilang entah ke mana. Sama seperti vampir di hutan itu, vampir ini pun kehilangan tangannya. Tercabik karena berusaha melawan. Mungkin jika aku melihat ini dengan kesadaran penuh aku akan mual dan memuntahkan isi perutku. Tapi sekarang tidak, tubuhku terlalu lemah untuk memperhatikan apa yang terjadi pada tangan vampir mengerikan itu. "Kau. Akan. Mati." imbuh Drew lagi, penuh penekanan.

Vampir itu berhenti meronta. Dia tampak lebih tenang. Sedetik kemudian di antara suara air hujan yang membentur aspal, vampir itu tertawa keras. "K-Kau pikir, dengan ini kau menang? HAHAHA. Raja kami tau kau membunuh anaknya. Kau telah melanggar perjanjian. Mereka akan membalas..." Dia menggambil jeda. "Ukhuk! HAHAHA!"

I See You (Werewolf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang