Lima

29.8K 1.9K 72
                                    

Cerita yang lainya Gagal fokus, diktator love, love 2004, legenda guard, batasan hati pasti bakalan aku lanjutin. Nanti kalau salah satu cerita ini sudah end baru aku akan up ceritanya Bima. Adakah yang menunggu cerita Bima?

Selamat membaca!!!


Vio memasuki rumahnya dan segera mengambil kunci mobilnya. Ia keluar dari rumahnya tanpa diketahui Cia dan Yanti yang masih berada di kamar Vio. Vio mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak mempedulikan keselamatannya. Ardenalinya terpacu, Vio dengan semangat menekan gas dan mencoba menghindar dari mobil-mobil yang menghalangi jalannya.

Namun, tiba-tiba sebuah mini bus berbelok, Vio tidak bisa mengendalikan laju kendaraannya dan ia membanting kemudi kearah kiri hingga mobil yang ia kemudikan menabrak pohon. Vio merasa napasnya semakin sempit dan semua bagian tubuhnya terasa sakit.

"Kak Devan....Cia...hiks....hiks...sakit. mungkin aku pantas mendapatkan ini semua" lirih Vio.

"Jika aku hidup aku hanya akan membuat masalah bagi kalian lebih baik aku mati. Keluarga kalian begitu baik...selamat tinggal" ucap Vio memejamkan matanya dan kegelapan menyambutnya.

***

Devan tersenyum saat melihat salah satu teman kencannya menggandeng tangannya. Elda, wanita manis ini merupakan salah satu model yang menjadi perwakilan perusahaannya. Tadi setelah ia bersiap untuk menemani Vio ke Mall, Elda menelponnya sambil menangis karena mobilnya mogok. Tentu saja Devan segera menemui Elda dan membatalkan rencananya untuk menemani Vio ke Mall.

"Mobilnya udah di bengkel sekarang kita mau jalan kemana?" tanya Devan.

Elda tersenyum manis "Mas Devan nggak ada janji sama pacar Mas?" tanya Elda penasaran.

"Pacar? Mas nggak ada pacar" ucap Devan. Devan memang pembohong sejati, selain memiliki otak encer, Devan juga licik. Kelakuannya sangat berbeda dengan Dewa adiknya. Kalau yang namanya merayu wanita, Devan adalah jagoannya sedangkan Dewa, tidak memiliki kekasih karena sifat kakunya.

"Bohong, kalau teman dekat adakan?" tanya Elda menyebikkan bibirnya.

"Hahaha...kalau teman dekat Mas banyak dong" tawa Devan.

Bagi Elda, Devan adalah laki-laki sempurna. Selain kaya Devan memiliki wajah yang sangat tampan. Apa lagi reputasi keluarga Devan sangat di hormati.

"Kita ke Mall aja yuk!" ucap Elda. Devan menganggukkan kepalanya.

Devan dan Elda menghabiskan tiga jam di Mall. Mereka berdua sempat menonton film di bioskop dan kemudian makan disalah satu cafe di Mall. Saat sedang duduk bersantai di cafe, Devan menghidupkan ponselnya, saat ia nonton tadi ia sengaja mematikan ponselnya. Devan terkejut saat melihat dua puluh SMS dari Papa, Mama, Dewa dan Cia. Devan membaca pesan itu dan terkejut.

Cia bandel:

Kak, ke rumah sakit sekarang. Vio kritis.

Devan segera berdiri dan menarik tangan Elda tanpa kata. Devan memberikan uang pada pelayan dan segera melangkahkan kakinya menuju mobilnya.

"Mas kenapa?" tanya Elda bingung.

"Kamu pulang naik taksi!" Devan memberikan uang tiga lembar uang seratus ribu dan ia segera masuk ke mobil dan mengemudikannya dengan kecepatan tinggi.

"Kamu harus sadar Dek!" ucap Devan. Ia sangat khawatir dengan keadaan Vio. Wajah bahagia Vio dan senyuman Vio membuat Devan merasakan takut jika ia tidak bisa melihat wajah itu lagi. Devan menghubungi Cia menanyakan alamat rumah sakit tempat Vio dirawat.

Devan sampai di rumah sakit, ia segera berlari mencari ruangan dimana tempat Vio dirawat. Devan melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk bersama seorang laki-laki parubaya sedangkan Cia dan Dewa menyandarkan tubuhnya ke tembok. Devan melihat raut wajah Mamanya yang sedih dan mata Mamanya yang membengkak.

"Wa, Vio bagaimana keadaannya?. Kenapa dia bisa kritis?" tanya Devan.

"Vio kecelakaan" ucap Dewa.

Devan merasakan sakit disekujur tubuhnya. Entah mengapa ia sangat takut kehilangan Vio. Devan terduduk disebelah laki-laki paru baya yang belum pernah Devan temui sebelumnya.

Melihat wajah penasaran Devan akhirnya laki-laki paru baya itu, memutuskan untuk mengenalkan dirinya."Nama saya Fabio. Saya Papinya Vio" ucap Fabio serak. Air matanya menetes membuat Devan menatap Fabio tajam.

Entah apa yang merasukinya sehingga ia benar-benar sangat marah kepada laki-laki yang ada disampingnya. "Karena anda Vio menderita. Anda menyebabkan Vio dipukuli Maminya. Anda ayah yang tidak bertanggung jawab" ucap Devan dengan nada tinggi.

"Maafkan saya. Saya bersyukur kalian menganggap Vio seperti keluarga kalian sendiri. Saya menyesal, saya menyayangi Vio tapi saya membenci ibunya" jujur Fabio.

"Itu bukan alasan untuk anda menelantarkan anak anda. Uang tidak bisa menjamin kebahagiaanya" ucap Devan.

Dewa menghela napasnya "Menurut penyelidikan Vio sengaja mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi" ucapan Dewa membuat Devan menatap Dewa tidak percaya.

"Sepertinya Vio ingin mengakhiri hidupnya" ucapan Dewa kembali membuat semuanya terkejut.

Tanpa sadar air mata Cia menetes. Cia melihat kedatangan Raffa yang mempercepat langkahnya. Raffa yang baru saja pulang dari Singapura segera datang kerumah sakit. Ia terkejut menerima telepon dari Cia jika Vio kecelakaan dan sedang kritis di rumah sakit. Raffa mendekati Cia dan memeluk Cia dengan erat.

"Sahabat kita Fa" isak Cia.

"Gue yakin Vio kuat Ci" ucap Raffa.

Seorang dokter keluar dari ruangan dimana Vio dirawat membuat Devan segera berdiri mendekati dokter tersebut. "Keluarga pasien?" tanya Dokter.

"Kami semua keluarganya dok" ucap Devan.

"Masa kritisnya sudah lewat. Kepala Nona Vio terbentur membuatnya belum sadar. Sebenarnya keadaan Nona Vio cukup stabil, hanya saja kita tunggu dua sampai tiga hari sampai Nona Vio sadar untuk melihat hasil pemeriksaan selanjutnya" jelas Dokter.

Mereka semua bernapas lega, Rere memeluk suaminya dengan erat. "Pa, Mama ingin Vio dirawat dirumah kita kalau dia sudah sadar!" ucap Rere.

"Tentu saja Ma, Vio adalah bagian dari keluarga kita" ucap Devan tegas, ia menatap tajam kearah Fabio. Devan tidak rela Fabio membawa Vio pergi dari keluargannya.

Dibalik Senyummu New (Vio dan Devan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang