II. Beri Aku Sayap

194 9 3
                                    


Langit masih pekat tanpa dihiasi bintang dan bulan, hanya rintik halus yang dijatuhi dan hembusan angin yang cukup untuk mengigilkan tubuh. Para bekisar sudah gelisah dalam kandang, memperhatikan tanda-tanda alam, bersiap untuk bersahut-sahutan dikala fajar shodiq mulai berpendar di timur. Serta seekor Nigthingale yang hinggap di dahan Krisan sedang bernyanyi merdu.

Di kamar itu terduduklah Arjuna dengan ketenangannya, kaki kanan dia topangkan pada lutut kiri. Matanya lembut menatap Kirana yang baru saja keluar dari kamar mandinya. Berbalut satin tipis yang tak cukup menutupi pahanya yang halus, pundak hingga lengannya yang mengkilap dan juga gelembungan buah dadanya yang ranum. Hidung si lelaki kembang kempis menguruti aroma Alyssum yang tersemprot rata di tubuh Kirana.

Senyum terlengkung di bibir si wanita dikala dia melihat ke arah Arjuna yang tak seperti kebanyakan pria bila sudah sekamar dengannya. Pasti para pria itu sudah melucuti pakaiannya habis dan berbaring di ranjang tak sabar mendapatkan pelayanan sang wanita.

"Pria setampan kamu pasti gampang mencari wanita untuk ditiduri," ucap Kirana seraya berdiri dan berjalan perlahan menuju si pria.

"Tentu saja," jawab Arjuna diiringi dengusan ketika matanya memandang gerai rambut Kirana yang bergerak-gerak menghamburkan aroma lavender yang halus.

"Lantas kenapa kamu malah disini bersamaku?" Kirana mengangkat kakinya, menapaki kursi tempat Arjuna duduk. Kain yang menutupi pahanya terkibas hingga dapat terlihat jelas sudut diantara kedua pahanya yang terlindung kain kecil.

Arjuna menggeleng dia tatap lembut wajah wanita yang kini berubah jadi liar. Meski kejantanan dibalik celana sudah mengeras gila-gilaan dia tetap tenang dihadapan Kirana. "Sudah kubilang, aku menyukaimu."

"Hanya karna menyukaiku kamu menghambur-hamburkan uang orang tuamu?" tanya Kirana heran, "pilihlah wanita paling menarik yang menyukaimu, pasti dia dengan suka rela mau kamu tiduri."

Arjuna merangkul tubuh sintal itu, memutarnya dan mendudukan di pangkuannya, dengan suara berbisik dan nafas lembutnya menggerakan beberapa helaian rambut merambat ke telinga dia berkata pelan. "Kamu benar-benar gak kenal aku ya, semua orang di sekolah mengenalku sebagai pengusaha muda, menjajahkan berjenis-jenis pakaian dan juga aksesoris, gak perlu kamu mengajariku cara menghamburkan uang."

Kirana terdiam, menikmati semilir angin malam yang merambat dari celah ventilasi jendela. Dinginnya sudah tertawar oleh kehangatan peluk si lelaki yang merajahi tubuhnya kini. Kecupan-kecupan lembut menjajahi pundak halusnya membikin rambut halus disekitarnya berdiri. Kepalanya tersandar dipundak Arjuna, memejamkan mata diantara rona merah wajahnya, wajah yang mampu membuat siapa saja lelaki menjadi berbinar-binar menatapnya.

"Kamu sungguh cantik gemilang Kirana, apa mungkin kamu makhluk peranakan antara bidadari dan peri," bisik si lelaki mengiringi rambatan halus bibirnya menapaki leher putih indah itu, menghirupi wangi yang terhampar di sekujur tubuh sang dewi.

Tangan Arjuna mulai bergerak-gerak, mengangkat sedikit kain satin hingga terpampanglah perut rata tiada goresan serta pusar mungil Kirana. Telapak tangannya mengelusi kulit dengan berhati-hati, terasa halus dan licin. Semakin ke atas semakin menyenangkan terutama ketika dia telah sampai pada bagian yang menonjol yang tiada terlindungi kutang. Lebih halus dan kenyal, semakin membangkitkan berahinya yang meletup-letup.

Kirana sangat paham dengan gelagat pria, bokongnya yang menjulang dimundurkan hingga menempel pada selangkangan Arjuna, terasa olehnya sekerat urat sekeras tembikar yang baru saja terbakar. Keras dan panas. Dijahili kejantanan si pria dengan menggeyol-geyolkan bokongnya, mata sendu penuh godaan itu terbuka, melirik kebelakang dengan binalnya sambil menggigit-gigit penuh manja bibirnya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SiluetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang