BACK TO HOME

313 21 0
                                    

Mereka berlima disambut dengan sangat sangat meriah di istana. Alexander langsung merengkuh kakaknya dengan penuh rindu. Dia pasti hampir menangis kalau tidak ingat ia adalah 'raja' untuk sementara ini. Ia harus menjaga wibawa.

Ibukota sudah jauh lebih baik daripada saat terakhir mereka meninggalkan ibukota. setidaknya, tidak ada lagi manusia yang membatu di jalanan. Rumah rumah warga sudah diperbaiki. Sinha tidak heran, mengingat mereka baru pulang ke istana 3 hari setelah mengalahkan Zefrith. Teman temannya kayaknya betah berlama lama di istana Zefrith yang kosong itu.

Ilana berpidato sejenak di hari kedatangan mereka. Memperkenalkan mereka ke khalayak umum dan mengucapkan serangkaian basa basi sebagai putri kerajaan. Namun kali ini, Sinha tahu Ilana melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Perjalanan mereka selama ini telah member gadis itu banyak pelajaran.

Alexander, yang dulu cukup sinis pada Sinha, kini mulai membaik dan berterima kasih sudah menjaga kakaknya dengan baik. Mereka mulai mengobrol dan tidak butuh waktu lama untuk menjadi akrab.

Dua malam setelahnya, digelar pesta besar besaran di istana. Seluruh rakyat diundang, gerbang istana terbuka bagi siapapun, dan itu tentu membuat Silena dan Keith kegirangan. Keith melayang kesana kemari, mencomot makanan di setiap meja, dan menyapa siapapun yang dilihatnya. Bahkan meski ia tidak tahu namanya.

Sil sibuk dengan segerombolan anak kecil di dekat kolam di halaman istana. Ia tidak segan segan menggoyangkan ekornya untuk membuat anak anak itu tertawa. Niel berdiri di depan sebuah meja, menyantap hidangan ringan yang disediakan. Masa bodoh dengan sekumpulan gadis yang menatapnya penuh minat.

Di tengah halaman, Ilana berdansa dengan adiknya, Alexander. Melihat semua pemandangan itu membuat hati Sinha terasa hangat. Hingga tanpa sadar, pemuda itu tersenyum. Belum pernah ia berada di tengah keramaian yang penuh kehangatan seperti ini. Semuanya saling bertegur sapa, tertawa riang, dan untuk pertama kalinya, Sinha terlibat di dalamnya. Ia bukan lagi orang luar atau pendatang yang tidak dikenal siapapun.

Setelah beberapa lama dan mulai merasa bosan, Sinha akhirnya memutuskan untuk meninggalkan halaman tempat pesta itu berlangsung. Ia menyelinap pergi, berniat menuju balkon di ruang atas istana ini.

Ilana menangkap kepergian Sinha dari balik punggung adiknya. Lagu dansa berakhir tak lama kemudian. "Lagunya sudah berakhir. Kau mau kuambilkan sesuatu, kak?" tawar Alexander. Ilana menggeleng sambil tersenyum. "Aku..akan segera kembali Alexander. Aku ingin istirahat sebentar." Jawabnya. Alexander mengangguk mengiyakan.

Ilana tidak betul betul istirahat, tentu saja. Ia menemukan Sinha berdiri di tepi balkon di aula paling atas istana. Kedua tangan pemuda itu bertumpu pada pagar pembatas, dan kepalanya mendongak ke langit malam. Ilana menarik nafas dan melangkah mendekati pemuda itu.

"Hai." Sapanya. Sinha menoleh dan tersenyum tipis mendapati Ilana berdiri di dekatnya. "Hai." Balasnya, santai. "Kau...tidak suka pestanya, ya?" Tanya Ilana. Sinha kembali menoleh, "Tidak, aku suka. Aku hanya ingin menyendiri di sini." Jawabnya. Ilana mengangguk angguk mengerti.

Sesaat, hening menyelimuti suasana di antara mereka. Mereka belum perna benar benar ngobrol dalam situasi santai seperti ini, jadi rasanya sangat membingungkan. "Em...sebenarnya...kurasa..aku belum mengucapkan terima kasih." Ujar Ilana, gugup. Sinha menatap langit malam, "Untuk apa?" tanyanya, tanpa menoleh.

Ilana menunduk, mengepalkan tangan kanannya diam diam. "Untuk cahaya kehidupan yang kau transferkan padaku." Jawabnya. Sinha terdiam mendengarnya, membiarkan Ilana melanjutkan. "Kau tahu, sebenarnya kau tidak perlu melakukan itu. Aku berniat melindungimu dari Lycan waktu itu, tapi kalau kau mati gara gara memberikan cahayamu padaku, akhirnya akan sama saja kan?" lanjut Ilana.

Legend of the Sun and MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang