17. Wedding Day (2)

7K 323 19
                                    

ini aku up lagi ya, kakak kakak, mbak-mbak semua.. hehehe baru sekarang sempatnya, dan ini panjang sekali. karena kedepannya saya sedikit lama untuk lanjut, dan entah mengapa banyak sekali hal hal baru disekolah yang menambah kesibukan saya, dan saya juga sedih melihat masih ada yang belum mau bagi bintangnya untuk saya padahal yang baca udah +400, jadi tolong ya bagi deh bintangnya.

oke saya mau menambah stamina saya buat nulis lebih cepat, jadi bisa nggak Votenya 100 ya.. makasih..  untuk part ini dulu.

banyak typo jadi tolong perbaikan ya.. saya sangat senang sekali yang udah vote dan tentunya komen, apalagi kalau ada yang mau bantu perbaikan. oke!

'BISMILLAH' Happy Reading...

......................

Tidak terasa hari ini sudah menujukkan pukul 7 malam. Setelah berberes, dan sholat maghrib berjamaah dilanjutkan dengan makan malam bersama. Ini pertama kalinya bagiku. Malam ini makan bersama Mas Bagas dengan status berbeda. Semua keluarga berkumpul, tapi terkecuali Pak Le dan Buk le ku yang baru saja pulang kembali ke apertemen Mas Toro.

Ah mengingat kakak sepupuku, cukup sebentar ku melihatnya, saat ijab qabul tadi pagi. Bahkan dia tidak mengucapkan sepatah kata pun selepas proses ijab qabul. Tapi hanya menghadirkan senyum getir yang tak tahu apa artinya. Sempat ku berpikir selama 2 hari sebelum pernikahan hari ini mengapa Mas Toro sampai berucap demikian saat tak sengaja kami bertemu di restoran tempo hari. Tapi bagiku itu memang salahku yang belum mengenalkan Mas Bagas dengan baik. Dan mulai detik itu bagiku itu tak perlu diperpanjang. Tapi satu hal sangat mengganggu, dan secara bersamaan menikamku hari itu. Surat Kak Bayu dan kata katanya saat itu.

Bahkan ingin rasanya ku berbicara langsung, namun apa daya seakan Allah memang tak meringankan langkahku. Jadilah saat ini kuhanya mampu diam dan bahkan melihatnya pergi, dan aku merasa dia bahkan tak memikirkan sepucuk surat yang ia kirim, hingga sukses menyulut emosi dan sayatan luka di ulu hatiku.

Tapi, cukup bagiku. Sekarang bahkan status ku berubah, dan lelaki yang telah mengucapkan ikrar suci tadi pagi lah yang menjadi prioritasku saat ini. Demi jannah bersamanya. Insyaallah..

"wa, kok melamun ayok makan." Mama hanifah tampaknya memperhatikanku yang bahkan telah duduk didepannya masih terdiam.

"astagfirullah, iya. Eh, sini mas, Najwa yang ambil" segera kuraih piring yang baru Mas Bagas ambil, dan segera mengambilinya nasi serta lauk pauk nya.

"iya, makasih sayang" senyum mas Bagas. Oohoo bahkan dimeja makan pun lelaki yang disebelahku ini yang telah berstatus suamiku melempar senyum mempesonanya.

Eh?! Tunggu, sayang?

Blus.. bahkan pipiku memanas saat ini. 'bundaa, Najwa malu...'

Bunda dan mama nampak menahan tawa saat ini melihat ekspresi mukaku. Hingga Mas Bagas juga ikut tersenyum. Oh astaga..

..................

AUTHOR POV'

.sempat kuperhatikan meja makan malam ini, hanya ada aku, Mas Bagas disebelahku, mama Hanifah, papa, bunda dan ayah. Dan tidak ada dia. Adik iparku. Jangan tanya kak Bayu ke mana, tentu dia sudah pulang sore tadi yang kata mama Hanifah ia tengah sibuk menghandle jadwal pertemuannya dengan klien perusahaan yang dimilki keluarga ini, demi pernikahan aku dan Mas Bagas hari ini dan esok.

"tu enak kan gas, apa-apa sekarang udah ada yang layanin." Ucap mama Hanifah selepas kami makan. Dan sekarang kami tengah duduk mengobrol diruang keluarga.

Bersamamu menujuh Jannah-NyaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora