Prologue - Happiness Moment

2K 142 10
                                    

Suara langkah kaki yang cepat tampak terdengar menggema di lorong sebuah mansion yang cukup besar itu. Gadis kecil bersurai (H/C) yang membawa tumpukan pakaian yang ia letakkan dalam keranjang tampak mencoba untuk mempercepat langkahnya untuk menyamakan dengan tubuhnya yang kecil.

Tidak ada yang memaksanya untuk bekerja dengan cepat mengingat ia yang saat itu baru berusia 10 tahun. Namun untuknya, kebaikan dari Masaomi-san dan juga Shiori-san untuk membawa anak yang bahkan tidak ingat apapun dan tidak memiliki keluarga sudah cukup untuk membuatnya bekerja lebih keras daripada yang ia bisa.

DHUAK!

Bukan salahnya tiba-tiba terjatuh hingga membuat seluruh benda yang ia pegang itu terlempar. Yang perlu disalahkan adalah seseorang yang meletakkan tali tipis yang menghalangi jalan. Mengaduh karena lututnya yang tampak memar, ia menoleh sekeliling berharap kalau seseorang yang bertanggung jawab masih ada disana.

"Loh, kukira tadi aku mendengar seseorang jatuh," seorang anak laki-laki berambut merah tampak keluar dari balik lorong yang ada didekat sana. Mata mercurynya tampak melihat sekeliling seolah ia tidak melihat seseorang disana. Seolah tidak melihat gadis itu, "cuma ada pakaian kotor dan keranjang yang terjatuh. Jadi, suara apa itu?"

"Maaf," suara (Name) yang tampak tiba-tiba terdengar membuat anak itu tersentak dan menoleh untuk menemukan anak perempuan yang menatapnya kesal, "jadi, apakah tuan muda yang meletakkan ini?"

"Sejak kapan kau ada disini!?"

"Daritadi, yang didengar oleh tuan muda adalah suaraku yang terjatuh," hawa keberadaannya, seingatnya memang sangat tipis meskipun ia tidak berharap untuk melakukannya. Makanya, tidak banyak orang yang bisa melihat keberadaan dari (Name) dalam sekali pertemuan, "jadi, bisakah aku dapatkan jawaban pertanyaanku?"

"Oh, begitulah! Aku bosan karena Sei selalu belajar di kamar belajar ayah. Kukira bisa mengerjainya dengan tali ini," pemuda itu tampak menendang-nendang tali yang masih menggantung itu, "yah, kukira tidak akan ada yang terjebak dengan ini, ternyata ada orang yang bodoh yang bisa terjatuh karena ini ya."

Sebuah panah menusuk, bahkan menombak dadanya bertuliskan 'bodoh' disana. Oke, sejak awal ia bahkan kesusahan untuk melihat depan. Jadi maaf saja kalau ia sampai tidak melihat tali seperti ini.

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Ini bukan sepenuhnya salahku, ini juga salahmu juga," anak laki-laki sebayanya itu tampak mengangkat bahunya. Sementara (Name) tampak menundukkan kepalanya.

'Tidak akan ada yang berani memarahi seorang Akashi bukan? Seperti biasanya...'

"Maaf kalau aku tidak sopan tuan muda," (Name) membungkukkan tubuhnya 90 derajat sebelum berjalan mendekat hingga jarak mereka hanya dalam ukuran centimeter. Anak laki-laki itu refleks memundurkan tubuhnya, namun (Name) tampak menghela napas.

DHUAK!

Sebuah pukulan telak mengenai kepala anak laki-laki itu, dan sebuah kepalan tangan terlihat di tangan kanan (Name), menunjukkan jika pukulan itu berasal dari anak perempuan itu. Ia yakin akan dimarahi habis-habisan jika anak laki-laki itu mengadu.

Lebih parah mungkin ia akan dipecat saat hari pertamanya bekerja.

"Dari sisi manapun, anda yang bersalah tuan muda. Jadi, maafkan kelancangan saya," dan ia berbalik, mengambil kembali keranjang dan menaruh pakaian itu di dalamnya sebelum berjalan melewati anak laki-laki yang tampak terdiam memegang kepalanya yang baru saja dipukul.

"Hei tunggu!" 

Bukannya membentak atau memarahi (Name), anak laki-laki itu tampak membawa keranjang di tangannya begitu saja dan sukses membuat (Name) terkejut.

Hate to Love You (Karma x Reader x Akashi)Where stories live. Discover now