Waktu-waktuku akhir-akhir ini dihabiskan untuk belajar.
Hal ini dikarenakan tanggal penetapan Ujian Nasional yang sudah berada di depan mata, seminggu lagi. Akhirnya, setelah menghadapi Try Out, UTS dan UAS yang dilakukan secara kilat, kami akan menghadapi Ujian Nasional.
Oh, atau biasanya kita penyebutnya..., Ujian yang paling berat, mungkin.
Dan, aku tidak bilang kalau waktuku hanya dihabiskan untuk belajar, kan? Nyaris sebulan ini, pikiranku juga melayang pada kejadian sebulan lalu.
Tentang kereta api itu.
Aku masih bertanya-tanya dalam hati, mengapa Aetherd bisa terjebak di dalam sana? Mengapa? Mengapa hanya aku yang bisa melihatnya?
Aku tidak tahu.
Selama sebulan inilah, aku mencoba peduli, mencari keberadaan kereta api yang sering datang, namun akhir-akhir ini tidak mendarat seperti hari itu atau saat pertama kali aku menaikinya.
Aku selalu menunggu kesempatan untuk naik di dalam kereta api itu, lagi.
Untuk beberapa alasan, kereta api dan Aetherd sendiri mampu mencuri perhatiannya dariku. Aku tahu persis apa alasannya, aku menganggap mereka sebagai keajaiban yang disebutkan oleh Kakek dan Nenek, meskipun, entahlah, benar atau tidak.
"Meong ...,"
Terdengar suara, yang membuatku tersentak. Aku yang baru saja hendak melangkah keluar pagar untuk perjalanan ke sekolah pun berhenti dan terdiam di sana.
Kurasakan sesuatu di kakiku, ada sesuatu yang bersentuhan dengan sepatuku dan aku dapat merasakannya meskipun kakiku di balut oleh sepatu sekolah.
Kepalaku menunduk, meratapi seekor kucing yang tengah mengelus kepalanya dikakiku. Kucing itu memiliki warna dasar putih dan bercak hitam di telinga dan ekornya. Setiap dia bergerak, akan ada suara lonceng yang ada di lehernya.
Aneh, apa aku melamun sampai tak mendengar lonceng itu?, pikirku. Tapi untung saja kucingnya tak terpijak.
"Meong."
Selanjutnya kucing itu mendongkak menatapku dengan mata birunya. Mata biru?
"Meong..."
Aku membungkuk sedikit, tanganku menopang dikedua lututku. "Hai?"
Melihat kucing yang cantik itu membuatku tertarik untuk bermain dengannya. Aku mengelus kepalanya dan mengelitik lehernya.
"Meong...,"
Aku menaikan alisku. "Apa kamu lapar?"
Selanjutnya aku tertawa konyol, mana mungkin kucing ini bisa menjawabku. Memangnya ini dunia dongeng?
Tak mau kehabisan waktu untuk menyempatkan diriku untuk belajar di sekolah nanti meskipun hari masih pagi, aku pun membuka tasku dan mengeluarkan biskuit yang kubawa dari rumah. Aku langsung membukanya lebar-lebar, lalu meletakannya di atas tanah. Melihat itu, kucing itu langsung memakan biskuit itu.
"Ternyata kamu beneran lapar ya?"
Melihatnya masih memakan biskuit itu dengan lahap, aku mengulum senyum. Tapi saat melihat jam menunjukan hampir pukul tujuh, aku langsung berdiri tegak.
"Ah, aku harus pergi."
Aku pun berbalik menjauh pergi dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.
*
Aku menarik nafas dan melepaskannya perlahan, sambil memperhatikan LJUN dengan perasaan berdebar-debar. Mata pelajaran terakhir yang dihadapi di Ujian Nasional, IPA, sudah kujawab dan soal yang sulit mungkin hanya beberapa saja di materi biologi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LFS 1 - Air Train [END]
Fantasy[Little Fantasy Secret 1] Pertama kali Tyara merasakan keberadaan kereta api itu adalah setelah malam tahun baru, tepat setelah Kakek dan Nenek-nya tewas karena kecelakaan. Lalu, gadis itu melihat wujud kereta api spiritual yang hanya bisa dilihat...