Malam kedua maba ada di area perkemahan. semuanya sudah berkumpul namun mereka terpisah menjadi 2 kelompok.
Kelompok 1 menjadi penonton, kelompok 2 nenjadi pengisi acara.
Kebetulan malam ini ada acara pementasan talent dari maba dari setiap club seni, seperti club musik, theater, vocal, tari dan percussion.
Ali sudah beradu dengan gitar yg disiapkan panitia. ia mulai mempelajari lagu yg akan dibawakannya, kebetulan ali memang memilih club musik.
Sedangkan prilly, ia memilih club theater karna prilly memang suka berakting. ia pun terpaksa tidak ikut pementasan perdananya malam ini karena keadaan kakinya yg masih kurang memungkinkan prilly untuk perform. prilly bergabung bersama gea dan baja yg keduanya sama sama memilih club photopraphy
"eh itu si ali?" tanya gea pada baja saat tengah melhat ali sibuk dengan gitar di pangkuannya
"iye, dia kan masuk club musik"
"wahh berarti nanti dia perform?"
"iya ge, tuh anak separuh jiwanya musik. kata dia mending ga ada pacar dari pada ga ada gitar"
"elah pantesan, lo deket banget sama si ali?"
"udah sohib dari kapan tau kita mah"
"si ali kaya dingin gitu orangnya, ya gak sih?"
Gea lalu menyikut lengan baja dan memberi isyarat kalau sepertinya mereka harus membahas banyak soal ali sekarang, memberi tau prilly bagaimana sesungguhnya pribadi ali dengan cara seperti ini
"dia gak sedingin yg orang orang fikir. dia asik kok, baik pula. cuma dia emang gak mau terlalu membuka hati atau perasaan buat banyak cewe aja"
"eh, waktu kita dihukum kemaren dia berani banget coba ngelawan si ketua bem sengak itu"
"si ali gak suka di atur, dia gak suka senioritas, dia selalu anggep kalo kita semua sama dan gak perlu ada perbedaan derajat disini. dari dulu dia emang suka gitu, banyak orang yg justru anggep dia sok jagoan, padahal maksudnya gak gitu"
Diam diam, prilly mendengar percakapan kedua teman disebelahnya ini. prilly mengerti kenapa ali suka terlihat dingin dan menjadi sosok pemberani disini. prilly tau, ali ternyata memiliki alasan disetiap hal yg ia lakukan
Mata prilly masih tertuju pada lelaki itu, lelaki yg sibuk bernyanyi kecil sambil memangku gitar. tampan? sangat. prilly sendiri suka pangling kalau melihat ali tersenyum. bisa dianggap prilly hanya mengagumi ali. catat! hanya mengangumi, berbeda dengan sayang atau cinta. oke?
"terus si ali pernah pacaran?" pertanyaan gea kali ini membuat prilly semakin tertarik mendengar percakapan mereka. prilly pun menajamkan pendengarannya
"pernah sih, sekali apa dua kali gitu yak? lupa. pokoknya si ali tuh dulu kaya dijodohin paksa gitu sama mama nya, si ali awalnya nolak, tapi karna dia sayang banget sama mamanya jadi terpaksa di terima. tapi cuma jalan beberapa minggu doang abis itu udahan, si ceweknya gak betah di soalnya gak pernah di romantisin si ali" jawab baja dengan diiringi tawanya
"serius? apa dia gitu ke semua cewek? pantesan jomblo lah kalo gak romantis"
"setau gue ali romantis ke cewek cewek yg dia suka aja ge, tapi selama ini baru satu doang yg dia bilang secara langsung ke gue kalo dia suka sama ni cewek soalnya dia gak gampang suka sama orang"
"emang siapa ja?"
Prilly sudah mendengarkan dengan seksama, tapi sayang pembicaraan gea dan baja disela oleh suara ketua bem dan acara pun dimulai.
Prilly sedikit melirik ke sekitarnya, namun pandangannya berhenti pada iqbale yg sedang berbincang bersama maba wanita lain. sangat akrab. prilly merasa sesak dan kesal, prilly sakit seperti ini bukan harusnya iqbale duduk disebelahnya sekarang? tapi lelaki itu justru asik bersama orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri - 1
FanfictionKetika cinta bertepuk sebelah tangan. yg mencintai masih kukuh bertahan, namun yg dicintai muak dengan perasaan yg tak mungkin ia balas. Aku cinta kamu, tapi kamu cinta dia. terus yang cinta aku siapa? Jadi, lebih baik aku pergi. iya kan?